-->

Minggu, 29 Januari 2023

Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yangluar biasa, yang pernah dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakanraksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan danperkembangannya. Masuk danberkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologissangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarahperkembangan awal Islam. Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru.Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M 

Namun yang pasti, hampir semuaahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki Islamadalah daerah Aceh.Datan gnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melaluijalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalurkesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masukdan berkembang di Indonesia.
Kegiatan pendidikan Islam diAceh lahir, tumbuh dan berkembang bersamaan dengan berkembangnya Islam di Aceh. Konversi massal masyarakat kepada Islam pada masa perdagangan disebabkan olehIslam merupakan agama yang siap pakai, asosiasi Islam dengan kejayaan, kejayaanmiliter Islam, mengajarkan tulisan dan hapalan, kepandaian dalam penyembuhandan pengajaran tentang moral 

Konversi massal masyarakatkepada Islam pada masa kerajaan Islam di Aceh tidak lepas dari pengaruhpenguasa kerajaan serta peran ulama dan pujangga. Aceh menjadi pusat pengkajianIslam sejak zaman Sultan Malik Az-Zahir berkuasa, dengan adanya sistempendidikan informal berupa halaqoh. Yang pada kelanjutannya menjadi sistempendidikan formal. Dalam konteks inilah, pemakalah akan membahas tentang pusatpengkajian Islam pada masa Kerajaan Islam dengan membatasi wilayah bahasan didaerah Aceh, dengan batasan masalah, pengertian pendidikan Islam, masuk danberkembangnya Islam di Aceh, dan pusat pengkajian Islam pada masa tiga kerajaanbesar Islam di Aceh. 

Islam merupakan salah satua gama besar di dunia saatini. Agama ini lahir dan berkembang di Tanah Arab. Pendirinya adalah Nabi Muhammad SAW. Agama ini lahir salah satunyasebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada saatitu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan kebodohan (jahiliah). Merekasudah tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal itumenyebabkan manusia berada pada titik terendah. Penyembahan berhala,pembunuhan, perzinahan, dan tindakan rendah lainnya merajalela. Islam mulai disiarkan sekitartahun 612 di Mekkah. Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan darilingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622.Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia. 

Muhammad mendirikan wilayahkekuasaannya di Madinah. Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam.Muhammad kemudian berusaha menyebarluaskan Islam dengan memperluas wilayahnya. Setelah Muhammad wafat pada tahun 632,proses menyebarluaskan Islam dilanjutkan oleh para kalifah yang ditunjuk Muhammad. Sampai tahun 750, wilayah Islamtelah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia,Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah-daerahdi Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibukota Damaskus. 

Pada tahun 750, Bani Umayyahdikalahkan oleh Bani Abbasiyah yang kemudian memerintah sampai tahun 1258dengan ibu kota di Baghdad. Pada masa ini, tidak banyak dilakukan perluasanwilayah kekuasaan. Konsentrasi lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan,kebudayaan, dan peradaban Islam. Baghdad menjadi pusat perdagangan, kebudayaandan ilmu pengetahuan. Setelah pemerintahan BaniAbbasiyah, kekuasaan Islam terpecah. Perpecahan ini mengakibatkan banyakwilayah yang memisahkan diri. Akibatnya, penyebaran Islam dilakukan secaraperorangan. Agama ini dapat berkembang dengan cepat karena Islam mengaturhubungan manusia dan Rob_Nya.Islam disebarluaskan tanpa paksaan kepada setiap orang untuk memeluknya 


BAB II 

PEMBAHASAN 

B. Sejarah Singkat Melayu Riau 

Imperium Melayu Riau adalah penyambung warisan Sriwijaya. Kedatangan Sriwijaya yang mula-mula sejak tahun 517 s/d 683 dibawah kekuasaan Melayu, dengan meliputi daerah Sumatera tengah dan selatan. Sriwijaya-Sailendra bermula dari penghabisan abad ke 7 dan berakhir pada penghujung abad ke 12. Kemaharajaan Melayu yang dimulai dari - Kerajaan Bintan-Tumasik abad 12-13 M dan kemudian memasuki periode Melayu Riau yaitu - zaman Melaka abad 14-15 m, - zaman Johor-Kampar abad 16-17 m, - zaman Riau-Lingga abad 18-19 m 

Paramesywara atau Iskandar Syah dikenal dengan gelar Sri Tri Buana, Maharaja Tiga Dunia (Bhuwana, Kw, Skt berarti dunia), seorang pangeran, keturunan raja besar. Ia sangat berpandangan luas, cerdik cendikia, mempunyai gagasan untuk menyatukan nusantara dan akhirnya beliaulah pula yang membukakan jalan bagi perkembangan islam di seluruh nusantara. Paramesywara adalah keturunan raja-raja Sriwijaya-Saildendra. Menurut M.Said (dalam bukunya Zelfbestuur Landchappen) Raja Suran adalah keturunan Raja Sultan Iskandar Zulkarnain di Hindustan yang melawat ke Melaka, beranak tidak orang laki-laki. Diantara putranya adalah Sang Si Purba, kawin dengan Ratu Riau. Dari puteranya menjadi turunan Raja Riau. Sang Si Purba sendiri pergi ke Bukit Sigantung Mahameru (Palembang) menjadi Raja dan kawin disana. Ia melawat ke Minangkabau dan menjadi Raja Pagarruyung. Memencar keturunannya menjadi Raja-Raja Aceh dan Siak Sri Indrapura. 

Menurut Sejarah Melayu tiga bersaudara dari Bukit Siguntang menjadi raja di Minangkabau, Tanjung Pura (Kalimantan Barat) dan yang ketiga memerintah di Palembang..Yang menjadi Raja di Palembang adalah Sang Nila Utama. Sang Nila Utama inilah yang menjadi Raja di Bintan dan Kemudian Singapura 

Dalam hikayat Hang Tuah yang terkenal, ada disebutkan, raja di “Keindraan” bernama Sang Pertala Dewa. Adapula tersebut seorang raja. Istri baginda hamil dan beranak seorang perempuan yang diberi nama Puteri Kemala Ratna Pelinggam. Setelah dewasa diasingkan ke sebuah pulau bernama : Biram Dewa.. Sang Pertala Dewa berburu di pulau Biram Dewa tersebut. Akhirnya kawin dengan Putri Kemala Ratna PeLinggam. Lalu lahir anaknya yang dinamai Sang Purba. Setelah itu mereka naik “keindraan”. Kemudian turun ke Bukit Sigintang Mahameru. Sang purba dirajakan di bukit siguntang. Sang Purba kawin dengan puteri yang berasal dari muntah seekor lembu yang berdiri ditepi kolam dimana sang puteri sedang mandi. Lahir seorang putra dinamai Sang Maniaka dan kemudian lahir pula putera yang kedua Sang Jaya Mantaka, yang ketiga Sang Saniaka dan yang keempat Sang Satiaka. Sang Maniaka dirajakan di Bintan dan singapura.[1]

C. Islam Masuk ke Riau 

Sebelum masuknya agama Islam ke daerah Riau, tidak ada seorangpun dari penduduk Riau yang memegang agama tauhid. Agama penduduk asli adalah anismisme yang percaya ruh nenek moyang dan para leluhur, kemudian menyusul pada sebagian penduduk mereka yang beragama Budha dan sekali berkembang menjadi Hindu-Budha.[2][2] Nah dalam kesempatan ini , agar lebih jelas pembahasan masuk Islam ke Riau dibatasi kepada beberapa daerah, yaitu: Kuntu-Kampar, Rokan, Kuantan, Indragiri, dan Tapung. Menurut Sejarah Riau, Kuntu-Kampar adalah daerah pertama-tama di Riau Daratan yang berhubungan dengan orang-orang Islam (pedagang). Hal ini dimungkinkan karena sejak zaman bahari daerah ini telah berhubungan dengan pedagang-pedagang asing dari negeri Cina, India, dan Arab-Persia. Hubungan tersebut didasarkan oleh kepentingan perdagangan, karena daerah lembah sungai Kampar Kanan/ Kiri merupakan daerah penghasil lada terpenting di dunia dalam periode 500-140 M. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau daerah Kuntu-Kampar yang mula-mula dimasuki agama Islam. 

Berdasarkan perjalanan para penyiar agama Islam yang dating sebagai pedagangitu, maka besar kemungkinan pada abad pertama hiriah atau abad ke-7 M agama Islam itu mungkin telah sampai di Riau, sebagaimana juga disimpulkan oleh seminar masuknya islam ke nusantara di Aceh tahun 1980.[3][3]Meskipun Islam telah masuk pada abad ke 7 atau 8 Masehi di Riau, namun penganut agama ini masih terbatas di lingkungan para pedagang dan penduduk kota di pesisir pantai tersebut. Hal ini disebabkan karena kuatnya pengaruh agama Budha yang merupakan agama Negara dalam kerajaan Sriwijaya waktu itu. 

Dari Kuntu, Islam diperkirakan menyebar ke Rokan dalam tahun738/ 1349. saat mereka dating ke daerah ini, Rokan sudah memiliki kehidupan bermasyarakat yang teratur, dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan sebagai primus interperes bernama Raja Said. Masuknya pelarian-pelarian Muslim dari Kuntu berhasil membawa pengikut-pengikut Raja Said memeluk Islam, danbahkan Raja Said sendiri akhirnya menjadi penganut islam yang baik. Di sampaing di atas, terdapat pula pendapat-pendapat lainnya, ada yang menyatakan Islam di Rokan berasal dari Lima Koto (Bangkinang,Kuok, Salo, Rumbio dan Air Tiris) yang terletak di tepi Sungai Kampar Kanan. 

Adapula yang berpendapat bahwa islam yang masuk ke Rokan datang dari Aceh (Kerajaan Samudera Pasei) pada abad ke 14. Kerajaan Pasei inilah yang kemudian mensponsori berdirinya Kerajaan Rokan bernama Kerajaan Kuntodar al-Salam yang dalam perkembangannya sejajar dengan Kerajaan Aceh Daral-Salam. Akan tetapi, dalam abad ke 14 itu juga, Kunto Dar al-Salam diserangmajapahit. Baru pada abad ke 16, terutama melalui tokoh syekh Burhanuddin bukanhanya diintensifkan kembali. Syekh Burhanuddin bukan hanya sebagai mubalig,tetapi juga bertindak sebagai guru. 

Dari Kuntu-Kampar dan Kunto Dar al-Salam, Islam menyebar keKuantan dan Indra giri. Di antara ulama yang berjasa menyebarkan islam kedaerah ini adalah syekh Burhanudin al-Kamil (Wafat 610/1214). Islamisasi yangdilakukan Syekh ini sampai ke Kuantan, terus ke hilirnya Muara SungaiIndragiri, seperti Sapat dan Prigiraja. Sumber lain menyebutkan masuknya Islam ke Inderagiri melalui pantai barat sumatera, dibawa oleh seorang ulama bernama Sayed Ali al-Idrus. Jalur-Jalur yang dilaluinya adalah: dari hadramaut singgah di Samudra Pasei, dan sampai dipantai barat Sumatera, tepatnya kota Air Bangis.Di daerah ini ia tinggal berapa lama dalam tugas mengembangkan agama Islam. Kemudian menuju timur dan sampai ke Kerajaan Siak, terus ke Pelalawan.[4][4] 

D. Teori Tentang Tempat Asal Datangnya Islam ke Riau 

1. Teori dari India 

Ditemukan oleh Snouck Hurgronje : “…Seolah sebagian bangsa India memeluk Islam, maka orang-orang Islam dari India turut mengambil lalulintas dan emigrasi di Nusantara, dan mereka itulah yang memasukkan Islam ke wilayah Nusantara.” Kemudian pendapat ini jadi popular dan sebagian orientalis menyetujuinya antaranya, R.O. Winstedt, B. Harrison dll. 

Alasan dalam kukuhkan teori ini: 

a. Batu-batu nisan awal yang dijumpai di alam melayu telah diimport dari Kambay (Kembayat) Gujerat. 

b. Peranan penting yang dimainkan oleh pedagang-pedagang Gujerat di Kepulauan Melayu dan Kesannya terhadap penyebaran Islam. 

c. Tradisi Kesusasteraan Melayu lebih mirip tradisi India Islam. 

d. Catatan Marco Polo dan Ibn Batutah yang pernah melawat Alam Melayu sekitar abad ke-13 dan 14 M. 

e. Ditemukannya makam Sultan malik al-Salleh, pemerintah Pasai yang disebut dalam Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-raja Pasai sebagai Pemerintah I di Kepulauan Melayu. 

f. Kekukuhan teori Islam hanya tersebar sekitar abad 13 M. 

Kelemahan Teori: 

Kajian mutakhir – perhubungan diantara Alam Melayu dan Tanah Arab sebelum lahirnya Islam lagi. Tidak tepat jika dikatakan batu nisan yang dijumpai menyerupai India, jadi Islam dari India. 

Bukan hanya pedagang India saja yang berdagang di Alam Melayu tetapi juga dari tempat lain seperti China. Pedagang arab yang pergi ke Canton juga singgah ke Alam Melayu sekurang-kurangnya untuk mendapatkan bekal atau menunggu angin yang sesuai untuk meneruskan pelayaran meraka dan masa inilah yang mereka gunakan untuk berdagang. Tradisi kesusasteraan mulai berkembang jauh setelah Islam lama menginjak dan berkembang luas di India. 

2. Teori dari China 

a. Prof.S.Q. Fatimi – perpindahan besar-besaran orang Islam dari Canton 876 (atau 878) akibat pemberontakan yang terjadi dan menjatuhkan korban hingga 100,000 – 150,000 orang Islam membuat mereka pergi menuju Alam Melayu yang diantaranya menurut S. Naquib ke Kedah dan Palembang. Selain itu, ke Champa, Brunei, pantai timur T.Melayu (Patani, Kelantan, T’ganu dan Pahang) dan Jawa Timur. 

b. Bukti dari batu nisan Syekh Abdul Qadir di Langgar, Kedah, batu bertuliskan Phan-rang di Kamboja, batu nisan Pahang dan batu bertuliskan Terenggganu 1303M. Pengaruh China ini dibuktikan dalam bentuk Mesjid di Malaka dan Jawa seperti Pagoda. 

c. Bukti yang dikemukakan cukup meyakinkan tetapi tidak bermakna Islam hanya pada masa itu baru diperkenalkan di Alam Melayukarena telah ada penempatan Islam di awal Tarikh tersebut terutama di utara Sumatera. 

3. Teori dari Tanah Arab 

Teori ini mendapat banyak dukungan pada masa sekarang. 

Bukti: 

a. Hamka: ada bukti orang Arab telah berlayar ke Indonesia sebelum kelahiran Nabi Muhammad untuk membeli rempah ratus dan kapur barus yang hanya terdapat di Sumatera. Peta/lokasi Alam Melayu telah lama berada di minda orang Arab. 

b. 7M – Islam telah sampai ke Sumatera ketika Muawiyah bin Abi Sofyan mengirim utusan ke Rja Sriwijaya. Begitu pula Umar bin Abd Azis telah menggiatkan dakwah dan perniagaan di Alam Melayu. 

c. Pemerintahan Khalifah Sulaiman bi Malik – mengirim 35 buah armada ke muara Sabak di Jambi. Armada inilah yang di sebut-sebut berangkat dari Ceylon ke Palembang 717M sebelum ke China. 

d. Pedagang Arab telah berdagang di Alam Melayu sebelum Islam masuk. Karena mereka telah memeluk agama Islam, maka mulailah Islam masuk di Alam Melayu. Sebagian besar pedagang dari Yama, Hadramaut dan Oman.pengislama Yaman atas usaha Ali bin Abi Thalib mempunyai implikasi terhadap pengislaman Alam Melayu karena merekalah yang menyebarkan Islam ketika singgah di Alam Melayu. 

e. Bukti catatan sejarah pengislaman raja-raja di Alam Melayu dilakukan oleh pendakwah dari Timur Tengah. Contohnya Maharaja Drebar II yang memerintah Kedah pada 1136M telah memeluk Islam dari S. Abdullah bin S. Ahmad dari Yaman dengan memakai nama beru Sultan Muzafar Shah. Parameswara juga masuk Islam dari Syekh Abdul Azis dari Jeddah dan berganti nama menjadi Sultan Muhammad Syah. 

f. Islam telah sampai sejak pertama Hijrah ( abad ke-7M ) wujud perkampungan islam di utara Sumatera yang dikenal sebagai Ta-Shih. 

g. Pengaruh Arab dalam bahasa Melayu separti Kitab, Surat, Kertas, dll. Begitu juga dengan nama orang Melayu yang berunsurkan kearaban. 

h. Terdapat di Alam Melayu keturunan Arab separti Syed dan Syarifah. 

Dari ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Islam telah datang ke Tanah Melayu sejak abad ke-7M. Akan tetapi baru berkembang pesat sejak abad 11-15M yakni sejak berdirinya Kerajaan Islam di tanah Melayu yang memiliki peranan penting dalam penyebaran Islam ke seluruh pelosok Alam Melayu.[5][

BAB III 

PENUTUP 

E. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa banyak pendapat yang berkembang tentang tempat asal datang Islam ke Riau seperti: 

a. Teori dari India 

b. Teori dari China 

c. Teori dari Arab 

Mereka memiliki bukti dan alasan masing-masing yang kuat dalam mengedepankan pendapat mereka 

Dari ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Islam telah datang ke Tanah Melayu sejak abad ke-7M. Akan tetapi baru berkembang pesat sejak abad 11-15M yakni sejak berdirinya Kerajaan Islam di tanah Melayu yang memiliki peranan penting dalam penyebaran Islam ke seluruh pelosok Alam Melayu seperti kerajaan Malaka, Johor, Samudra Pasai, dll. 


DAFTAR KEPUSTAKAAN 



Abdul Kadir, Sejarah Masuknya Islam di Riau, Pekanbaru: Pepustakaan Nasioanl RI, 1999 

UU. Hamidy, Potensi Lembaga Pendidikan Islam di Riau, Pekanbaru:UIR Press, 1994, 

http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu_Riau 

httpandi381.blogspot.com201201makalah-masuknya-agama-islam-ke.html.html 

http://yhiiie.wordpress.com/20121129sejarah-masuknya-islam-di-riau.html 



Pertemuan Pertama 

Awal Masuknya Islam ke Riau 

---------------------------------------------------------------------------------------------------- 

BAB I 

PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang 

Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yangluar biasa, yang pernah dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakanraksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan danperkembangannya. Masuk danberkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologissangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarahperkembangan awal Islam. Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru.Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M 

Namun yang pasti, hampir semuaahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki Islamadalah daerah Aceh.Datan gnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melaluijalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalurkesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masukdan berkembang di Indonesia. 

Kegiatan pendidikan Islam diAceh lahir, tumbuh dan berkembang bersamaan dengan berkembangnya Islam di Aceh. Konversi massal masyarakat kepada Islam pada masa perdagangan disebabkan olehIslam merupakan agama yang siap pakai, asosiasi Islam dengan kejayaan, kejayaanmiliter Islam, mengajarkan tulisan dan hapalan, kepandaian dalam penyembuhandan pengajaran tentang moral 

Konversi massal masyarakatkepada Islam pada masa kerajaan Islam di Aceh tidak lepas dari pengaruhpenguasa kerajaan serta peran ulama dan pujangga. Aceh menjadi pusat pengkajianIslam sejak zaman Sultan Malik Az-Zahir berkuasa, dengan adanya sistempendidikan informal berupa halaqoh. Yang pada kelanjutannya menjadi sistempendidikan formal. Dalam konteks inilah, pemakalah akan membahas tentang pusatpengkajian Islam pada masa Kerajaan Islam dengan membatasi wilayah bahasan didaerah Aceh, dengan batasan masalah, pengertian pendidikan Islam, masuk danberkembangnya Islam di Aceh, dan pusat pengkajian Islam pada masa tiga kerajaanbesar Islam di Aceh. 

Islam merupakan salah satua gama besar di dunia saatini. Agama ini lahir dan berkembang di Tanah Arab. Pendirinya adalah Nabi Muhammad SAW. Agama ini lahir salah satunyasebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada saatitu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan kebodohan (jahiliah). Merekasudah tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal itumenyebabkan manusia berada pada titik terendah. Penyembahan berhala,pembunuhan, perzinahan, dan tindakan rendah lainnya merajalela. Islam mulai disiarkan sekitartahun 612 di Mekkah. Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan darilingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622.Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia. 

Muhammad mendirikan wilayahkekuasaannya di Madinah. Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam.Muhammad kemudian berusaha menyebarluaskan Islam dengan memperluas wilayahnya. Setelah Muhammad wafat pada tahun 632,proses menyebarluaskan Islam dilanjutkan oleh para kalifah yang ditunjuk Muhammad. Sampai tahun 750, wilayah Islamtelah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia,Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah-daerahdi Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibukota Damaskus. 

Pada tahun 750, Bani Umayyahdikalahkan oleh Bani Abbasiyah yang kemudian memerintah sampai tahun 1258dengan ibu kota di Baghdad. Pada masa ini, tidak banyak dilakukan perluasanwilayah kekuasaan. Konsentrasi lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan,kebudayaan, dan peradaban Islam. Baghdad menjadi pusat perdagangan, kebudayaandan ilmu pengetahuan. Setelah pemerintahan BaniAbbasiyah, kekuasaan Islam terpecah. Perpecahan ini mengakibatkan banyakwilayah yang memisahkan diri. Akibatnya, penyebaran Islam dilakukan secaraperorangan. Agama ini dapat berkembang dengan cepat karena Islam mengaturhubungan manusia dan Rob_Nya.Islam disebarluaskan tanpa paksaan kepada setiap orang untuk

BAB II 

PEMBAHASAN 

B. Sejarah Singkat Melayu Riau 

Imperium Melayu Riau adalah penyambung warisan Sriwijaya. Kedatangan Sriwijaya yang mula-mula sejak tahun 517 s/d 683 dibawah kekuasaan Melayu, dengan meliputi daerah Sumatera tengah dan selatan. Sriwijaya-Sailendra bermula dari penghabisan abad ke 7 dan berakhir pada penghujung abad ke 12. Kemaharajaan Melayu yang dimulai dari - Kerajaan Bintan-Tumasik abad 12-13 M dan kemudian memasuki periode Melayu Riau yaitu - zaman Melaka abad 14-15 m, - zaman Johor-Kampar abad 16-17 m, - zaman Riau-Lingga abad 18-19 m 

Paramesywara atau Iskandar Syah dikenal dengan gelar Sri Tri Buana, Maharaja Tiga Dunia (Bhuwana, Kw, Skt berarti dunia), seorang pangeran, keturunan raja besar. Ia sangat berpandangan luas, cerdik cendikia, mempunyai gagasan untuk menyatukan nusantara dan akhirnya beliaulah pula yang membukakan jalan bagi perkembangan islam di seluruh nusantara. Paramesywara adalah keturunan raja-raja Sriwijaya-Saildendra. Menurut M.Said (dalam bukunya Zelfbestuur Landchappen) Raja Suran adalah keturunan Raja Sultan Iskandar Zulkarnain di Hindustan yang melawat ke Melaka, beranak tidak orang laki-laki. Diantara putranya adalah Sang Si Purba, kawin dengan Ratu Riau. Dari puteranya menjadi turunan Raja Riau. Sang Si Purba sendiri pergi ke Bukit Sigantung Mahameru (Palembang) menjadi Raja dan kawin disana. Ia melawat ke Minangkabau dan menjadi Raja Pagarruyung. Memencar keturunannya menjadi Raja-Raja Aceh dan Siak Sri Indrapura. 

Menurut Sejarah Melayu tiga bersaudara dari Bukit Siguntang menjadi raja di Minangkabau, Tanjung Pura (Kalimantan Barat) dan yang ketiga memerintah di Palembang..Yang menjadi Raja di Palembang adalah Sang Nila Utama. Sang Nila Utama inilah yang menjadi Raja di Bintan dan Kemudian Singapura 

Dalam hikayat Hang Tuah yang terkenal, ada disebutkan, raja di “Keindraan” bernama Sang Pertala Dewa. Adapula tersebut seorang raja. Istri baginda hamil dan beranak seorang perempuan yang diberi nama Puteri Kemala Ratna Pelinggam. Setelah dewasa diasingkan ke sebuah pulau bernama : Biram Dewa.. Sang Pertala Dewa berburu di pulau Biram Dewa tersebut. Akhirnya kawin dengan Putri Kemala Ratna PeLinggam. Lalu lahir anaknya yang dinamai Sang Purba. Setelah itu mereka naik “keindraan”. Kemudian turun ke Bukit Sigintang Mahameru. Sang purba dirajakan di bukit siguntang. Sang Purba kawin dengan puteri yang berasal dari muntah seekor lembu yang berdiri ditepi kolam dimana sang puteri sedang mandi. Lahir seorang putra dinamai Sang Maniaka dan kemudian lahir pula putera yang kedua Sang Jaya Mantaka, yang ketiga Sang Saniaka dan yang keempat Sang Satiaka. Sang Maniaka dirajakan di Bintan dan singapura.[6]

C. Islam Masuk ke Riau 

Sebelum masuknya agama Islam ke daerah Riau, tidak ada seorangpun dari penduduk Riau yang memegang agama tauhid. Agama penduduk asli adalah anismisme yang percaya ruh nenek moyang dan para leluhur, kemudian menyusul pada sebagian penduduk mereka yang beragama Budha dan sekali berkembang menjadi Hindu-Budha.[7] Nah dalam kesempatan ini , agar lebih jelas pembahasan masuk Islam ke Riau dibatasi kepada beberapa daerah, yaitu: Kuntu-Kampar, Rokan, Kuantan, Indragiri, dan Tapung. Menurut Sejarah Riau, Kuntu-Kampar adalah daerah pertama-tama di Riau Daratan yang berhubungan dengan orang-orang Islam (pedagang). Hal ini dimungkinkan karena sejak zaman bahari daerah ini telah berhubungan dengan pedagang-pedagang asing dari negeri Cina, India, dan Arab-Persia. Hubungan tersebut didasarkan oleh kepentingan perdagangan, karena daerah lembah sungai Kampar Kanan/ Kiri merupakan daerah penghasil lada terpenting di dunia dalam periode 500-140 M. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau daerah Kuntu-Kampar yang mula-mula dimasuki agama Islam. 

Berdasarkan perjalanan para penyiar agama Islam yang dating sebagai pedagangitu, maka besar kemungkinan pada abad pertama hiriah atau abad ke-7 M agama Islam itu mungkin telah sampai di Riau, sebagaimana juga disimpulkan oleh seminar masuknya islam ke nusantara di Aceh tahun 1980.[8][3]Meskipun Islam telah masuk pada abad ke 7 atau 8 Masehi di Riau, namun penganut agama ini masih terbatas di lingkungan para pedagang dan penduduk kota di pesisir pantai tersebut. Hal ini disebabkan karena kuatnya pengaruh agama Budha yang merupakan agama Negara dalam kerajaan Sriwijaya waktu itu. 

Dari Kuntu, Islam diperkirakan menyebar ke Rokan dalam tahun738/ 1349. saat mereka dating ke daerah ini, Rokan sudah memiliki kehidupan bermasyarakat yang teratur, dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan sebagai primus interperes bernama Raja Said. Masuknya pelarian-pelarian Muslim dari Kuntu berhasil membawa pengikut-pengikut Raja Said memeluk Islam, danbahkan Raja Said sendiri akhirnya menjadi penganut islam yang baik. Di sampaing di atas, terdapat pula pendapat-pendapat lainnya, ada yang menyatakan Islam di Rokan berasal dari Lima Koto (Bangkinang,Kuok, Salo, Rumbio dan Air Tiris) yang terletak di tepi Sungai Kampar Kanan. 

Adapula yang berpendapat bahwa islam yang masuk ke Rokan datang dari Aceh (Kerajaan Samudera Pasei) pada abad ke 14. Kerajaan Pasei inilah yang kemudian mensponsori berdirinya Kerajaan Rokan bernama Kerajaan Kuntodar al-Salam yang dalam perkembangannya sejajar dengan Kerajaan Aceh Daral-Salam. Akan tetapi, dalam abad ke 14 itu juga, Kunto Dar al-Salam diserangmajapahit. Baru pada abad ke 16, terutama melalui tokoh syekh Burhanuddin bukanhanya diintensifkan kembali. Syekh Burhanuddin bukan hanya sebagai mubalig,tetapi juga bertindak sebagai guru. 

Dari Kuntu-Kampar dan Kunto Dar al-Salam, Islam menyebar keKuantan dan Indra giri. Di antara ulama yang berjasa menyebarkan islam kedaerah ini adalah syekh Burhanudin al-Kamil (Wafat 610/1214). Islamisasi yangdilakukan Syekh ini sampai ke Kuantan, terus ke hilirnya Muara SungaiIndragiri, seperti Sapat dan Prigiraja. Sumber lain menyebutkan masuknya Islam ke Inderagiri melalui pantai barat sumatera, dibawa oleh seorang ulama bernama Sayed Ali al-Idrus. Jalur-Jalur yang dilaluinya adalah: dari hadramaut singgah di Samudra Pasei, dan sampai dipantai barat Sumatera, tepatnya kota Air Bangis.Di daerah ini ia tinggal berapa lama dalam tugas mengembangkan agama Islam. Kemudian menuju timur dan sampai ke Kerajaan Siak, terus ke Pelalawan.[9]

D. Teori Tentang Tempat Asal Datangnya Islam ke Riau 

1. Teori dari India 

Ditemukan oleh Snouck Hurgronje : “…Seolah sebagian bangsa India memeluk Islam, maka orang-orang Islam dari India turut mengambil lalulintas dan emigrasi di Nusantara, dan mereka itulah yang memasukkan Islam ke wilayah Nusantara.” Kemudian pendapat ini jadi popular dan sebagian orientalis menyetujuinya antaranya, R.O. Winstedt, B. Harrison dll 



Alasan dalam kukuhkan teori ini: 

a. Batu-batu nisan awal yang dijumpai di alam melayu telah diimport dari Kambay (Kembayat) Gujerat. 

b. Peranan penting yang dimainkan oleh pedagang-pedagang Gujerat di Kepulauan Melayu dan Kesannya terhadap penyebaran Islam. 

c. Tradisi Kesusasteraan Melayu lebih mirip tradisi India Islam. 

d. Catatan Marco Polo dan Ibn Batutah yang pernah melawat Alam Melayu sekitar abad ke-13 dan 14 M. 

e. Ditemukannya makam Sultan malik al-Salleh, pemerintah Pasai yang disebut dalam Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-raja Pasai sebagai Pemerintah I di Kepulauan Melayu. 

f. Kekukuhan teori Islam hanya tersebar sekitar abad 13 M. 

Kelemahan Teori: 

Kajian mutakhir – perhubungan diantara Alam Melayu dan Tanah Arab sebelum lahirnya Islam lagi. Tidak tepat jika dikatakan batu nisan yang dijumpai menyerupai India, jadi Islam dari India. 

Bukan hanya pedagang India saja yang berdagang di Alam Melayu tetapi juga dari tempat lain seperti China. Pedagang arab yang pergi ke Canton juga singgah ke Alam Melayu sekurang-kurangnya untuk mendapatkan bekal atau menunggu angin yang sesuai untuk meneruskan pelayaran meraka dan masa inilah yang mereka gunakan untuk berdagang. Tradisi kesusasteraan mulai berkembang jauh setelah Islam lama menginjak dan berkembang luas di India. 

2. Teori dari China 

a. Prof.S.Q. Fatimi – perpindahan besar-besaran orang Islam dari Canton 876 (atau 878) akibat pemberontakan yang terjadi dan menjatuhkan korban hingga 100,000 – 150,000 orang Islam membuat mereka pergi menuju Alam Melayu yang diantaranya menurut S. Naquib ke Kedah dan Palembang. Selain itu, ke Champa, Brunei, pantai timur T.Melayu (Patani, Kelantan, T’ganu dan Pahang) dan Jawa Timur. 

b. Bukti dari batu nisan Syekh Abdul Qadir di Langgar, Kedah, batu bertuliskan Phan-rang di Kamboja, batu nisan Pahang dan batu bertuliskan Terenggganu 1303M. Pengaruh China ini dibuktikan dalam bentuk Mesjid di Malaka dan Jawa seperti Pagoda. 

c. Bukti yang dikemukakan cukup meyakinkan tetapi tidak bermakna Islam hanya pada masa itu baru diperkenalkan di Alam Melayukarena telah ada penempatan Islam di awal Tarikh tersebut terutama di utara Sumatera. 

3. Teori dari Tanah Arab 

Teori ini mendapat banyak dukungan pada masa sekarang. 

Bukti: 

a. Hamka: ada bukti orang Arab telah berlayar ke Indonesia sebelum kelahiran Nabi Muhammad untuk membeli rempah ratus dan kapur barus yang hanya terdapat di Sumatera. Peta/lokasi Alam Melayu telah lama berada di minda orang Arab. 

b. 7M – Islam telah sampai ke Sumatera ketika Muawiyah bin Abi Sofyan mengirim utusan ke Rja Sriwijaya. Begitu pula Umar bin Abd Azis telah menggiatkan dakwah dan perniagaan di Alam Melayu. 

c. Pemerintahan Khalifah Sulaiman bi Malik – mengirim 35 buah armada ke muara Sabak di Jambi. Armada inilah yang di sebut-sebut berangkat dari Ceylon ke Palembang 717M sebelum ke China. 

d. Pedagang Arab telah berdagang di Alam Melayu sebelum Islam masuk. Karena mereka telah memeluk agama Islam, maka mulailah Islam masuk di Alam Melayu. Sebagian besar pedagang dari Yama, Hadramaut dan Oman.pengislama Yaman atas usaha Ali bin Abi Thalib mempunyai implikasi terhadap pengislaman Alam Melayu karena merekalah yang menyebarkan Islam ketika singgah di Alam Melayu. 

e. Bukti catatan sejarah pengislaman raja-raja di Alam Melayu dilakukan oleh pendakwah dari Timur Tengah. Contohnya Maharaja Drebar II yang memerintah Kedah pada 1136M telah memeluk Islam dari S. Abdullah bin S. Ahmad dari Yaman dengan memakai nama beru Sultan Muzafar Shah. Parameswara juga masuk Islam dari Syekh Abdul Azis dari Jeddah dan berganti nama menjadi Sultan Muhammad Syah. 

f. Islam telah sampai sejak pertama Hijrah ( abad ke-7M ) wujud perkampungan islam di utara Sumatera yang dikenal sebagai Ta-Shih. 

g. Pengaruh Arab dalam bahasa Melayu separti Kitab, Surat, Kertas, dll. Begitu juga dengan nama orang Melayu yang berunsurkan kearaban. 

h. Terdapat di Alam Melayu keturunan Arab separti Syed dan Syarifah. 

Dari ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Islam telah datang ke Tanah Melayu sejak abad ke-7M. Akan tetapi baru berkembang pesat sejak abad 11-15M yakni sejak berdirinya Kerajaan Islam di tanah Melayu yang memiliki peranan penting dalam penyebaran Islam ke seluruh pelosok Alam Melayu.[10]



BAB III 

PENUTUP 

E. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa banyak pendapat yang berkembang tentang tempat asal datang Islam ke Riau seperti: 

1. Teori dari India 

2. Teori dari China 

3. Teori dari Arab 

Mereka memiliki bukti dan alasan masing-masing yang kuat dalam mengedepankan pendapat mereka 

Dari ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Islam telah datang ke Tanah Melayu sejak abad ke-7M. Akan tetapi baru berkembang pesat sejak abad 11-15M yakni sejak berdirinya Kerajaan Islam di tanah Melayu yang memiliki peranan penting dalam penyebaran Islam ke seluruh pelosok Alam Melayu seperti kerajaan Malaka, Johor, Samudra Pasai, dll.

DAFTAR KEPUSTAKAAN 



Abdul Kadir, Sejarah Masuknya Islam di Riau, Pekanbaru: Pepustakaan Nasioanl RI, 1999 

UU. Hamidy, Potensi Lembaga Pendidikan Islam di Riau, Pekanbaru:UIR Press, 1994, 

http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu_Riau 

httpandi381.blogspot.com201201makalah-masuknya-agama-islam-ke.html.html 

http://yhiiie.wordpress.com/20121129sejarah-masuknya-islam-


Pertemuan kedua 

Waktu Masuknya Islam di Riau 

---------------------------------------------------------------------------------------------------- 

A. Pendahuluan 

Sebelum masuknya agama Islam ke daerah Riau, tidak ada seorang pun dari penduduk Riau yang memegang agama Tauhid. Agama bagi penduduk asli adalah animisme yang percaya ruh nenek moyang dan para leluhur, kemudian menyusul pada sebagian penduduk mereka yang beragama Budha dan kemudian sekali berkembang menjadi hindu Budha. Namun demikian penduduk Riau secara umum, adalah orang-orang yang sangat mematuhi ajaran agama yang mereka pegang, sekalipun bertentangan dengan hati nurani serta kurang didukung oleh akal pikiran mereka yang sehat. Sungguhpun demikian datangnya agama Islam yang membawa ajaran tauhid ketengah masyarakat tidak bertauhid, tidak didengar adanya benturan. Semua kaum pendatang (Muslim) banyak memperlihatkan hidup bersih dan jujur, dapat dipercayai dan ramah, dan tidak sedikitpun menyinggung perilaku acara keagamaan penduduk asli itu secara tajam. Kaum pendatang berusaha membagi kesejahteraan hasil dagangnya itu kepada penduduk asli. Mereka juga tidak pernah menampakkan rasa jijik dan benci kepada orang yang berlainan agama atau syirik itu, sebaliknya mereka malah kawin dengan penduduk asli itu karena media perkawinan ini merupakan salah satu siasat dakwah dan pendekatan yang sangat efektif yang dilakukan oleh Rasulullah SAW masa yang lalu. 

Selain itu, masuknya agama Islam ke daerah Riau sebagai suatu daerah Melayu, erat juga hubungannya dengan keadaan dan letak geografis rantau ini. Keadaan geografis yang banyak terdiri dari pantai dan sungai telah menyebabkan mudahnya pedagang-pedagang Islam mencapai daerah ini. Seperti kita ketahui, juru dakwah atau penyiar agama Islam itu telah berkelana ke berbagai penjuru dunia dengan cara berdagang. Dagang merupakan cara yang efektif masa itu juga untuk menyampaikan ajaran Islam, bukan untuk tujuan ekonomi semata. Itulah sebabnya penyiar Islam yang datang sebagai pedagang itu segera menyinggahi rantau Riau untuk menyampaikan panggilan Islam terhadap anak negeri di kawasan itu. 

Dalam membahas tentang masuknya Islam ke daerah Riau ini tidak terlepas dari pembahasan tentang masuknya Islam ke daerah Nusantara.[11] Ini dikarenakan Riau merupakan daerah bagian Nusantara. Dalam membicarakan kedatangan Islam ke Nusantara, kebanyakan ahli sejarah, terutama ahli sejarah Barat, berpendapat bahwa kedatangannya terjadi dalam abad ke 13 M. Sedangkan ahli sejarah tempatan, seperti Wan Hussin Abdul Kadir, Hamka, A. Hasymi, dan Naguib Al-Attas, berpendapat bahwa kedatangan Islam ke Nusantara bukan pada abad 13, 14 dan 15, tetapi jauh lebih awal, yaitu pada abad pertama Hijriyah atau pertengangan abad ke-7 atau ke-8 M. 

Meskipun awal penyebaran Islam di kepulauan Melayu telah dimulai oleh penyiar Islam yang datang sebagai pedagang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya peranan kerajaan Melayu dalam mata rantai penyambung kerajaan Melayu raja Sriwijaya, telah memainkan peranan cukup menentukan dalam penyebaran agama Islam di Rantau Asia Tenggara. Ini terjadi, pertama karena Melaka merupakan pusat kekuasaan dan pusat dagang yang amat dominan selama hampir 200 tahun, dari abad 14 sampai abad 15 M. Posisi Melaka yang serupa itulah yang kemudian membuka peluang terhadap Islamisasi di daerah Riau. Raja-raja Melaka itu juga mempunyai hubungan keturunan dengan raja Melayu di belahan Riau, yaitu dengan raja-raja kerajaan Riau-Lingga, Siak, dan Indragiri. Melalui hubungan ini maka agama Islam juga dengan mudah dianut oleh kerajaan dan anak negeri (rakyat) Melayu yang berada di belahan Riau.[12]

Secara garis besarnya, Kerajaan Melayu Riau adalah penyambung warisan Sriwijaya. Kedatangan Sriwijaya yang mula-mula sejak tahun 517 s/d 683 dibawah kekuasaan Melayu, dengan meliputi daerah Sumatera Tengah dan Selatan. Sriwijaya bermula dari penghabisan abad ke 7 M dan berakhir pada penghujung abad ke 12 M. Kemaharajaan Melayu yang dimulai dari Kerajaan Bintan-Tumasik abad 12-13 M dan kemudian memasuki periode Melayu Riau yaitu zaman Melaka abad 14-15 M, zaman Johor-Kampar abad 16-17 M, zaman Riau-Lingga abad 18-19 M.[13]

B. Waktu Masuknya Islam ke Daerah Riau 

Masuk Islam ke Riau dibatasi kepada beberapa daerah, yaitu: Kuntu-Kampar, Rokan, Kuantan, Indragiri, dan Tapung. Menurut Sejarah Riau, Kuntu-Kampar adalah daerah pertama-tama di Riau Daratan yang berhubungan dengan orang-orang Islam (pedagang). Hal ini dimungkinkan karena sejak zaman Bahari daerah ini telah berhubungan dengan pedagang-pedagang asing dari negeri Cina, India, dan Arab-Persia. Hubungan tersebut didasarkan oleh kepentingan perdagangan, karena daerah lembah sungai Kampar Kanan/ Kiri merupakan daerah penghasil lada terpenting di dunia dalam periode 500-1400 M. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau daerah Kuntu-Kampar yang mula-mula dimasuki agama Islam. Pada zaman Bahari juga, ada sebagian tokoh yang berkeyakinan bahwa kerajaan Islam Riau telah ada sejak abad ke-12M dan diyakini pula bahwa mereka telah masuk ke daerah Riau ini sejak abad ke-7 M. 

Meskipun Islam telah masuk pada abad ke 7 atau 8 Masehi di Riau, namun penganut agama ini masih terbatas di lingkungan para pedagang dan penduduk kota di Pesisir Pantai tersebut. Hal ini disebabkan karena kuatnya pengaruh agama Budha yang merupakan agama Negara dalam kerajaan Sriwijaya waktu itu. Dari Kuntu, Islam diperkirakan menyebar ke Rokan dalam tahun 738/ 1349 M. Saat mereka datang ke daerah ini, Rokan sudah memiliki kehidupan bermasyarakat yang teratur, dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan sebagai primus interperes bernama Raja Said. Masuknya pelarian-pelarian Muslim dari Kuntu berhasil membawa pengikut-pengikut Raja Said memeluk Islam, dan bahkan Raja Said sendiri akhirnya menjadi penganut Islam yang baik. 

Di samping itu, terdapat pula pendapat–pendapat lainnya, ada yang menyatakan Islam di Rokan berasal dari Lima Koto (Bangkinang, Kuok, Salo, Rumbio dan Air Tiris) yang terletak di tepi Sungai Kampar Kanan. Adapula yang berpendapat bahwa Islam yang masuk ke Rokan datang dari Aceh (Kerajaan Samudera Pasai) pada abad ke 14. Kerajaan Pasai inilah yang kemudian mensponsori berdirinya Kerajaan Rokan bernama Kerajaan Kunto dar al-Salam yang dalam perkembangannya sejajar dengan Kerajaan Aceh Dar al-Salam. Akan tetapi, dalam abad ke 14 itu juga, Kunto Dar al-Salam diserang Majapahit. Baru pada abad ke 16, terutama melalui tokoh syekh Burhanuddin bukan hanya diintensifkan kembali. Syekh Burhanuddin bukan hanya sebagai mubalig, tetapi juga bertindak sebagai guru. 

Dari Kuntu-Kampar dan Kunto Dar al-Salam, Islam menyebar ke Kuantan dan Indragiri. Di antara ulama yang berjasa menyebarkan Islam ke daerah ini adalah syekh Burhanudin al-Kamil (Wafat 610/1214). Islamisasi yang dilakukan Syekh ini sampai ke Kuantan, terus ke hilirnya Muara Sungai Indragiri, seperti Sapat dan Prigiraja. Sumber lain menyebutkan masuknya Islam ke Indragiri melalui pantai barat sumatera, dibawa oleh seorang ulama bernama Sayed Ali al-Idrus. Jalur-Jalur yang dilaluinya adalah: dari Hadramaut singgah di Samudra Pasai, dan sampai dipantai barat Sumatera, tepatnya kota Air Bangis. Di daerah ini ia tinggal berapa lama dalam tugas mengembangkan agama Islam. Kemudian menuju timur dan sampai ke Kerajaan Siak, terus ke Pelalawan. 



Terdapat dua teori masuknya Islam ke Indonesia, yaitu: 

1. Teori Pertama 

Teori pertama, menyatakan bahwa Islam sudah datang di Indonesia sejak abad pertama Hijriah atau abad ke-7/8 M. Di antara ilmuan yang menganut teori ini adalah: J. C. Van Leur, T. W. Arnold, Hamka, Abdullah bin Nuh dan D. Shahab. 

Di antara alasan yang dijadikan sandaran mereka adalah bahwa pada 674 di pantai Barat Sumatera telah terdapat perkampungan (koloni) Arab Islam. Bangsa Arab sudah aktif dalam lapangan perniagaan laut sejak abad-abad pertama Masehi. Mereka telah lama mengenal jalur perdagangan laut melalui Samudera Indonesia. 

2. Teori Kedua 

Teori kedua, menyatakan bahwa Islam datang di Indonesia pada abad ke-13 M. Di antara sejarawan yang menganut teori ini adalah C. Snouck Hurgronje. Pendapat ini kemudian diikuti oleh banyak sejarawan, seperti W. F. Stutterheim dan Bernard H. M. Vlekke. Pendapat ini di dasarkan pada batu nisan Sultan pertama dari Kerajaan Samudera Pasai, yakni al-Malik al-Saleh yang wafat pada 1297. Alasan lainnya adalah keterangan Marcopolo yang menyatakan bahwa di Perlak pada tahun 1292, penduduknya telah memeluk agama Islam. Namun, dia menyatakan bahwa Perlak merupakan satu-satunya daerah Islam di Nusantara ketika itu.[14]

C. Kesimpulan 

Riau merupakan suatu daerah melayu yang letak dan keadaan geografisnya terdiri dari sungai-sungai. Hal ini telah menyebabkan mudahnya pedagang-pedagang Islam mencapai daerah ini. Adapun waktu masuknya Islam ke daerah Riau masih mengalami perdebatan, ada yang mengatakan pada abad ke 7 M dan ada juga yang mengatakan pada abad ke 13 M atau 14 M. Namun, penulis lebih cenderung bahwa masuknya Islam ke daerah Riau adalah pada abad ke 7 M. 

DAFTAR KEPUSTAKAAN



Abdul Kadir. Sejarah Masuknya Islam di Riau. Perpustakaan Nasional RI. 1999.
Badri Yatim. Sejarah Islam Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama. 1998.
http://wikipedia.com/2012/12/29/Melayu_Riau.html//. Diakses 01 Maret 2013 pukul 19.45 WIB.
UU Hamidy. Potensi Lembaga Pendidikan Islam di Daerah Riau. Pekanbaru: UIR Press. 1994.

[1] Abdul Kadir, Sejarah Masuknya Islam di Riau, Pekanbaru: Pepustakaan Nasioanl RI, 1999, h. 114 
[3][3] UU. Hamidy, Potensi Lembaga Pendidikan Islam di Riau, Pekanbaru:UIR Press, 1994, h. 19 
[4][4] httpandi381.blogspot.com201201makalah-masuknya-agama-islam-ke.html.htm 
[5][5] http://yhiiie.wordpress.com/20121129sejarah-masuknya-islam-di-riau.htm 
[6] Abdul Kadir, Sejarah Masuknya Islam di Riau, Pekanbaru: Pepustakaan Nasioanl RI, 1999, h. 114 
[7] UU. Hamidy, Potensi Lembaga Pendidikan Islam di Riau, Pekanbaru:UIR Press, 1994, h. 19 
[9] httpandi381.blogspot.com201201makalah-masuknya-agama-islam-ke.html.htm 
[11]Abdul Kadir, Sejarah Masuknya Islam di Riau, Perpustakaan Nasional RI, 1999, hlm. 2. 
[12] UU Hamidy, Potensi Lembaga Pendidikan Islam di Daerah Riau, UIR Press, Pekanbaru, 1994, hlm. 18-20. 
[13] http://wikipedia.com/2012/12/29/Melayu_Riau.html// diakses pada 01 Maret 2013 pukul 19.45 WIB. 
[14] Badri Yatim, Sejarah Islam Indonesia, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, Jakarta, 1998, hlm. 28



Baca Artikel Terkait: