-->

Minggu, 29 Januari 2023



Allah Swt befirman:

“Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik dari mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (kafir). Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali mereka berpegang pada tali agama Allah dan tali perjanjian di antara mereka, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan mereka membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikan itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas” (QS. Ali Imran 110-112).

Firman Allah Swt di atas menggambarkan kaum muslimin sebagai ummat terbaik diantara umat manusia di muka bumi. Sedangkan kaum Yahudi yang sangat membenci kaum muslimin sejak Islam datang di kota Madinah dan berkembang menjadi pusat pemerintahan baru yang kuat, ditimpakan martabat yang rendah. Perkembangan Islam yang begitu pesat dan kian kuat membuat iri kaum Yahudi, sehingga mereka merasa perlu berseteru dengan kaum muslimin dan mengkhianati janji yang telah mereka sepakati bersama Rasulullah Saw. Namun Allah Swt memenangkan kaum muslimin atas mereka.

Ayat tersebut juga mencantumkan sifat-sifat kaum muslimin sebagai umat terbaik, khairul ummah. Sedangkan ayat-ayat berikutnya (ayat 111-112) menyebut sebab-sebab kehinaan dan kemalangan kaum Yahudi.

Lalu, bagaimana keadaan kaum muslimin saat ini, yang seolah-olah tidak menjadi umat yang terbaik. Sebaliknya, bangsa yahudi nampak menjadi bangsa yang unggul dan baik pamornya di mata umat manusia? Tafsir berikut ini akan mengupas permasalahan-permasalahan di atas.

Keutamaan Umat Mahammad SAW.
Dalam lafadz ‘kuntum khaira ummah’, seruan tersebut ditujukan kepada ummat nabi Muhammad Saw Lafadz ‘kuntum’ tidak dimaksudkan untuk menyatakan keadaan kaum muslimin pada masa lalu, melainkan bermakna (‘antum’), artinya demikianlah Allah Swt membentuk kalian. Hal ini seperti firman Allah Swt: “wa kaana allaahu samii ‘an bashiiro” yang tentu tidak diartikan bahwa Allah Swt dulu maha Mendengar dan maha Melihat, sedangkan sekarang sudah tidak demikian keadaannya. 

Lafadz ‘ukhrijat linnas’ menunjukkan bahwa kaum muslimin bukan dibangkitkan untuk umat Islam semata, melainkan untuk seluruh umat manusia. Sebagaimana Rasulullah Saw diutus untuk seluruh umat manusia, kaum musliminpun mengikuti perjuangan beliau SAW, yakni mengemban risalah Islam ke seluruh umat manusia.

Ada tiga sifat yang dimiliki oleh ummat pengemban risalah Muhammad SAW ini yang menyertai predikat anugerah Allah SWT sebagai ummat yang terbaik, yakni : (1). Menyuruh kepada yang yang ma’ruf, (2). Mencegah dari yang mungkar, dan (3). Beriman kepada Allah Swt. Sebagaimana terdapat dalam lafadz : “ta’muruu bil ma’ruf watanhauna ‘anil munkar wa tu’minuuna billah”. 

Itulah tiga yang sifat yang menjadi unsur-unsur kebaikan umat Rasulullah Saw. Dalam hal ini perlu dipahami, bahwa iman kepada Allah Swt., tentu harus ada terlebih dahulu sebelum dua hal yang lain, yakni amar ma’ruf nahi mungkar. Demikian pula iman kepada risalah Islam. Sebab aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar tidak ditentukan oleh tradisi masyarakat, melainkan oleh syari’at yang diturunkan oleh Allah Swt.

Dalam mengulas ayat tersebut, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyertakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Durrah binti Abi Lahab berkata: Bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw., sewaktu beliau berpidato di mimbar: “Siapakah orang yang terbaik yang Rasullah?” Rasululah SAW menjawab :

“Manusia yang terbaik adalah manusia yang paling banyak membaca, paling bertaqwa kepada Allah SWT, paling giat melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan paling suka bersilaturahmi”.


Imam Ibnu Katsir mengatakan kandungan ayat tersebut sama dengan maksud ayat :

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”. (QS. Al Baqarah 143).

Jelaslah kini mengapa kaum muslimin disebut oleh Allah sebagai ‘khairu ummah’ (umat terbaik) dan‘ummata wasathan’ (umat yang adil dan pilihan), yakni lantaran umat ini beriman kepada Allah Swt., yang telah menurunkan syari’at paripurna (QS. Al Maidah 3) kepada RasulNya Saw, serta senantiasa menegakkan pelaksanaan syari’at secara sempurna ('kaffah') yang menjadi rahmat bagi seluruh alam (‘rahmatan lil ‘alamin’) dengan aktivitas ‘amar ma’ruf nahi mungkar’. Jika umat ini masih memiliki unsur-unsur kebaikan umat tersebut, maka predikat terbaik dan pilihan tersebut tentu masih lekat. Sebaiknya jika sifat itu hilang, layaklah predikat itu tak disandang!. Wallahu'alam.

sumber: >



Baca Artikel Terkait: