-->

Senin, 25 Mei 2015


Baru empat hari menguasai kota bersejarah, Palmyra di Suriah, kelompok militan Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS) sudah mengeksekusi 400 orang. Dari ratusan orang itu juga terdapat anak-anak dan perempuan. 

Dikutip dari kantor berita Reuters, Senin 25 Mei 2015, informasi tersebut memang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Namun, informasi itu konsisten dengan laporan para aktivis bahwa ISIS melakukan eksekusi sepihak sejak merebut kota itu dari pasukan pemerintah. 

Sebelumnya, kelompok militan itu memiliki sejarah melakukan pembunuhan massal dan menghancurkan bangunan sejarah di kota yang menunjukkan bukti paganisme

"Kelompok teroris itu telah menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk anak-anak dan perempuan. Jasad mereka dimutilasi, dengan tuduhan bekerja sama dengan pemerintah dan tidak mengikuti perintah," kata media pemerintah Suriah, yang mengutip pernyataan penduduk di dalam kota tersebut. 

Warga yang dieksekusi oleh ISIS, termasuk pegawai pemerintah. Di dalamnya juga terdapat kepala perawat di sebuah rumah sakit dan seluruh anggota keluarganya. 

Menurut informasi dari jurnalis Suriah, Leith Abou Fadel pada Minggu kemarin melalui Twitter, salah satu suster yang dieksekusi berkewarganegaraan Amerika Serikat. Dia bernama Hala Malek Wardeh. 

"Hala Malek Wardeh Jableh adalah seorang perawat di Rumah Sakit Nasional Palmyra. Dia dieksekusi oleh pelaku tindak kriminal, ISIS," tulis Fadel dan dikutip laman International Business Times

Para pendukung ISIS telah mengunggah pula video-video di dunia maya yang menunjukkan bagaimana mereka menyisir setiap ruangan yang ada di gedung milik pemerintah. Mereka mencari pasukan pemerintah dan menurunkan foto Presiden Bashar al-Assad dan ayahnya. 

Para aktivis mengatakan di media sosial, ratusan jasad diyakini yang merupakan loyalis pemerintah ditemukan tergeletak di jalan-jalan. 

Menurut organiasi The Syrian Observatory for Human Rights, banyak juga warga yang tak bersalah dipengal di kota. Namun, tidak diketahui jumlahnya. 

Sementara itu, badan PBB, UNESCO, khawatir akan kehancuran situs-situs bersejarah yang terdapat di Palmyra. Situs bersejarah yang kerap disebut Tadamur dalam Bahasa Arab itu merupakan peninggalan Kerajaan Romawi. 

UNESCO mengatakan, kehancuran Palmyra merupakan kehilangan yang besar bagi kemanusiaan. (asp)
Sumber: VIVA.co.id




Baca Artikel Terkait: