-->

Jumat, 26 Juni 2015


Peneliti imbau kaum pria bekukan sperma



Dr Smith berargumen semakin lanjut usia pria, penyakit yang diidapnya kian beragam. Bila mereka memiliki anak pada usia lanjut, penyakit itu dapat ditularkan ke anak-anak mereka.

Seorang ilmuwan bioetika mengimbau para pemuda berusia 18 tahun untuk mengirim sperma mereka ke bank sperma untuk dibekukan dan digunakan pada masa mendatang mengingat adanya resiko menjadi ayah pada usia yang lebih tua.

Dr Kevin Smith, dari Universitas Abertay di Dundee, mengatakan deposito sperma harus “menjadi hal yang lazim”.

Smith merujuk fakta bahwa kaum pria jaman sekarang makin telat memiliki anak. Rata-rata usia ayah di Inggris dan Wales naik dari 31 tahun pada awal 1990-an menjadi 33 tahun saat ini.

Masalahnya, kata Smith, hal itu berisiko. Dalam penelitiannya yang dimuat Journal of Medical Ethics, semakin lanjut usia pria, penyakit yang diidapnya kian beragam. Bila mereka memiliki anak pada usia lanjut, penyakit itu dapat ditularkan ke anak-anak mereka.

“Kita harus mengkhawatirkan ini – efeknya sangat besar dan nyata. Ini waktunya kita menganggap serius masalah mengenai usia ayah dan efeknya bagi anak-anak generasi berikut,” kata Smith kepada BBC.

Solusi yang ditawarkan Smith adalah mendonorkan sperma saat pria masih berusia 18 tahun. Benih yang dibekukan bank sperma itu bisa digunakan di kemudian hari.

Biaya menyimpan sperma beku secara pribadi adalah sekitar £150-£200 (Rp3 juta hingga Rp4 juta) per tahun.

Imbauan membekukan sperma pada usia belasan tahun dipandang aneh dan kurang berguna.
Bayi tabung

Allan Pacey, professor bidang andrologi di Universitas Sheffield, mengatakan: “Ini adalah saran teraneh yang pernah saya dengar.”

Dia mengatakan risiko yang dihadapi pria lebih tua dalam hal memiliki anak a “sangat kecil”.

“Kami tahu bahwa sperma kebanyakan lelaki tidak bisa dibekukan dengan baik. Itu adalah salah satu alasan kami kekurangan pendonor sperma,” tambahnya.

“Oleh karena itu, pria-pria yang membekukan sperma mereka pada usia 18 dan kemudian menggunakan sperma itu setelah beberapa tahun, artinya meminta istri-istri mereka melalui sejumlah prosedur bayi tabung untuk memulai keluarga.”

Profesor Adam Balen, anggota dewan British Fertility Society, tidak setuju dengan perlunya bank sperma universal.

“Selain membawa pendekatan yang sangat palsu kepada proses melestarikan keturunan, namun itu juga memberikan perasaan keamanan yang palsu karena teknologi ini tidak selalu menjamin pembuatan bayi.”

Dia memperingatkan bahwa sperma yang telah dibekukan tidak terlalu subur dan pasangan yang menggunakannya pun harus bergantung pada prosedur bayi tabung.

ref: http://www.bbc.com/indonesia/



Baca Artikel Terkait: