-->

Senin, 17 Agustus 2015

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

Dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celakalah kami, Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya. Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhan-mu tidak menganiaya seorang pun.” (QS Al-Kahfi: 49)

TAFSIR RINGKAS

Allah ta’ala mengabarkan tentang hari ditampakkan amalan-amalan, “Dan diletakkanlah Kitab,” yaitu catatan kebaikan dan keburukan. Allah memberikan setiap orang catatannya masing-masing. Orang yang beriman mengambil Kitab tersebut dengan tangan kanannya, sedangkan orang kafir mengambilnya dengan tangan kiri.

Lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah” pada waktu itu, “ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya”yaitu di dalam kitab tersebut yang berisi keburukan-keburukan mereka. “Dan mereka berkata, ‘Aduhai celakalah kami,Mereka menyesal dan merasa sedih, sehingga mereka mengatakan, bahwa mereka dalam kecelakan dan kebinasaan.“Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar,” dari dosa-dosa kami“melainkan ia mencatat semuanya.”

Kemudian Allah ta’ala berkata di akhir penunjukan catatan-catatan tersebut, “Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis),” baik berupa kebaikan maupun keburukan, telah ditetapkan di dalam kitab mereka dan telah diperhitungkan dan mereka telah diberikan balasan atas apa yang telah mereka lakukan. “Dan Tuhan-mu tidak menganiaya seorang pun,” dengan menambah keburukan mereka dengan keburukan yang lain, atau kebaikan mereka dengan kebaikan yang lain. Dengan demikian, penghuni surga masuk ke dalam surga dan penghuni neraka masuk ke dalam neraka.1

PENJABARAN AYAT

Beriman kepada hari akhir adalah suatu keharusan bagi setiap muslim. Seorang muslim mengimani semua yang dikabarkan oleh Allah subhanahu wa ta’aladi dalam Al-Qur’an dan semua yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hadits-haditsnya.

Termasuk yang dikabarkan oleh Allah dan Rasulnya adalah yaumul-hisab (hari dimana amalan-amalan ditampakkan dan diperhitungkan oleh Allah) akan terjadi. Pada hari itu seluruh amalan kebaikan dan keburukan manusia akan diperlihatkan kepadanya dan dia tidak akan mengingkari hal tersebut.

Di antara hal yang harus diimani pada hari tersebut adalah keberadaan suatu kitab yang mencatat seluruh amalan, baik yang baik maupun yang buruk. Tidak ada yang terluput di dalam kitab tersebut, semuanya telah tercatat. Ayat yang sedang kita bahas ini berbicara tentang kitab tersebut.

Firman Allah ta’ala:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ

Dan diletakkanlah Kitab

Para ulama berselisih pendapat dalam mengartikan ‘Kitab’ pada ayat ini. Pendapat-pendapat yang mereka sebutkan adalah sebagai berikut:

Kitab tersebut adalah kitab yang berisi catatan-catatan amalan kebaikan dan keburukan manusia dan akan diberikan catatan tersebut kepada manusia dan diterima dengan tangan kanan atau tangan kiri.

Kitab tersebut adalah kitab yang diletakkan di hadapan Allah ta’ala.

Kata ‘Kitab’ tersebut hanyalah kiasan yang berarti ‘al-hisab’ yaitu hari perhitungan amalan para hamba. 2

Pendapat yang benar adalah pendapat pertama, karena Allah subhanahu wa ta’alamenyebutkan setelah potongan ayat ini:

فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ

Lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya.”

Ini menunjukkan bahwa Kitab tersebut adalah kitab yang bisa dilihat oleh orang-orang yang bersalah pada hari tersebut. Penulisan ‘Kitab’ dalam bentuk mufrad(menunjukkan sebuah kitab) pada ayat ini, tidak berarti bahwa kitab tersebut hanya satu saja. Ini hanya menunjukkan jenis kitab. Adapun kitab-kitab catatan amal sangatlah banyak. Setiap orang akan mendapatkan satu kitab catatan amalnya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا

Dan tiap-tiap manusia itu Telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah Kitab yang dijumpainya terbuka (QS Al-Isra’: 13).

Firman Allah ta’ala:

فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ

Lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya.

Perkataan ‘kamu’ pada ayat tersebut bukanlah ditujukan kepada orang tertentu dan yang diajak bicara pada ayat ini bukanlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari itu berada pada kedudukan yang tinggi dari tempat tersebut.3 Allah mengabarkan pada ayat ini bahwa mereka sangat ketakukan setelah melihat catatan keburukan yang pernah mereka lakukan, karena mereka mengetahui bahwa setelah menerima catatan amal tersebut mereka akan mendapatkan kesusahan yang lebih parah dan azab yang pedih dari Allahsubhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, mereka mengatakan:

Firman Allah ta’ala:

وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا

Dan mereka berkata, “Aduhai celakalah kami.”

Perkataan ‘Aduhai celakalah kami,’ menunjukkan bahwa mereka benar-benar menyadari kesalahan yang telah mereka kerjakan karena telah menyia-nyiakan umur yang telah mereka jalani selama mereka hidup di dunia. Tidak ada yang bisa mereka lakukan kecuali mengumumkan kebinasaan yang akan mereka dapatkan setelah menerima kitab tersebut.

Kemudian mereka mengatakan:

مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا

Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.

Mereka keheranan dengan detailnya pencatatan dosa yang mereka lakukan. Allah mencatat seluruh dosa mereka dalam kitab tersebut, baik yang besar maupun yang kecil sekalipun. Ibnu ‘Abbasradhiallahu ‘anhuma mengatakan, “Ash-Shaghiirah (yang kecil) artinya tersenyum, sedangkan Al-Kabiirah (yang besar) artinya tertawa dengan suara keras.” Sa’id bin Jubair rahimahullah mengatakan, “Ash-Shaghiirah (yang kecil) artinya dosa kecil, memegang dan mencium, sedangkan Al-Kabiirah (yang besar) artinya perbuatan zina.” 4

Ath-Thabari rahimahullah mengatakan, “Kitab ini tidak menyisakan yang kecil dari dosa-dosa dan amalan-amalan kami, begitu pula yang besar darinya kecuali kitab ini mencatatnya.”5

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ كَقَوْمٍ نَزَلُوا فِي بَطْنِ وَادٍ ، فَجَاءَ ذَا بِعُودٍ ، وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ حَتَّى أَنْضَجُوا خُبْزَتَهُمْ ، وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ.

Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil (yang diremehkan)! Sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil itu seperti suatu kaum yang turun di dalam wadi (sungai kering). Kemudian orang yang ini membawa satu kayu dan yang itu membawa satu kayu, sehingga mereka bisa memasak roti-roti mereka. Sesungguhnya dosa-dosa kecil jika dikerjakan terus-menerus oleh pelakunya maka dia akan membinasakannya.”6

Firman Allah ta’ala:

وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا

Dan mereka dapati apa yang telah kerjakan ada (tertulis).

Ada dua pendapat dalam mengartikan kata (حَاضِرًا) pada ayat ini. Di antara ulama ada yang mengartikan bahwa “mereka mendapatkan perhitungan atas apa yang mereka kerjakan benar-benar ada di hadapan mereka,” dan ada juga yang mengatakan bahwa “mereka mendapatkan balasan atas apa-apa yang mereka kerjakan benar-benar ada di hadapan mereka.” Allahu a’lam arti yang pertama lebih tepat, karena ayat ini berbicara tentang hari perhitungan (yaumul-hisaab).7

Ada beberapa ayat yang bermakna mirip dengan ayat ini, di antaranya adalah firman Allah ta’ala:

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya. Dia ingin kalau kiranya antara dia dengan hari itu ada masa yang lama. Dan Allah memperingatkan kalian terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya” (QS Ali ‘Imran: 30).

Begitu pula firman-Nya:

يُنَبَّأُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ

Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya” (QS Al-Qiyaamah: 13).

Dan juga firman-Nya:

يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ (9)

Pada hari dinampakkan segala rahasia”(QS Ath-Thaariq: 9).

Firman Allah ta’ala:

وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

Dan Tuhan-mu tidak menganiaya seorang pun.

Allah subhanahu wa ta’ala mengharamkan kezaliman pada diri-Nya dan pada makhluk-Nya. Allah tidak akan berbuat zalim kepada siapa pun. Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan di dalam hadits qudsi:

يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا

Wahai hamba-hambaku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman pada diriku dan Aku jadikan kezaliman haram di antara kalian.”8

Begitu pula dalam hal pencatatan amal, Allah tidak akan menghukum seseorang kecuali sesuai dengan kesalahan yang telah dia lakukan. Allah juga tidak akan mengurangi pahala orang yang taat kepada-Nya.9

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) Hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan” (QS Al-Anbiya’: 47).

Begitu pula firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar” (QS An-Nisa’: 40).

Ini merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beramalshalih. Allah tidak akan mengurangi pahala-pahala mereka, justru Allah akan melipatkangandakannya. Di antara bentuk keadilan Allah subhanahu wa ta’ala, Allah akan mengadili hewan yang berbuat zalim karena telah menzalimi hewan lain, padahal kita ketahui bahwa hewan bukanlah makhluk yang dibebankan beban syariat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْجَمَّاءَ لَتُقَصُّ مِنَ الْقَرْنَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Sesungguhnya hewan-hewan yang tidak bertanduk akan diberikan hak qishaash (membalas) kepada hewan-hewan yang bertanduk di hari kiamat.”10

KESIMPULAN

Beriman kepada hari akhir adalah suatu keharusan bagi setiap muslim.Kita harus mengimani bahwa di hari perhitungan ada kitab yang mencatat seluruh amalan-amalan, baik yang baik maupun yang buruk. Setiap orang akan mendapatkan satu kitab catatan amalnya.Orang-orang yang bersalah akan merasakan ketakutan setelah menerima catatan tersebut, karena mengetahui keburukan dan siksaan apa yang akan menerima setelah itu.Allah mencatat seluruh dosa mereka dalam kitab tersebut, baik yang besar maupun yang kecil sekalipun.Allah subhanahu wa ta’alamengharamkan kezaliman pada diri-Nya dan pada makhluk-Nya.Allah akan mengadili hewan yang berbuat zalim karena telah menzalimi hewan lain.

Demikian tulisan ini. Semoga bermanfaat. Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala mencatat kita sebagai orang-orang yang menerima catatan amal kita dengan tangan kanan kita dan dimudahkan untuk menuju surga Allah ta’ala. Amin.

***

DAFTAR PUSTAKA

Aisarut-Tafaasiir li kalaam ‘Aliyil-Kabiir Wa bi Haamisyih Nahril-Khair ‘Alaa Aisarit-Tafaasir. Abu Bakr Jaabir bin Musa Al-Jazaairi. 1423 H/2002. Al-Madinah: Maktabah Al-‘Ulûm wal-hikam

At-Tahriir wa At-Tanwiir. Muhammad Ath-Thahir bin ‘Asyur. 1997. Tunisia: Dar Sahnuun.

Al-Jaami’ Li Ahkaamil-Qur’aan. Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi. Kairo: Daar Al-Kutub Al-Mishriyah.

Jaami’ul-bayaan fii ta’wiilil-Qur’aan. Muhammad bin Jariir Ath-Thabari. 1420 H/2000 M. Beirut: Muassasah Ar-Risaalah.

Ma’aalimut-tanziil. Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’uud Al-Baghawi. 1417 H/1997 M. Riyaadh: Daar Ath-Thaibah.

Tafsiir Al-Qur’aan Al-‘Adzhiim. Ismaa’iil bin ‘Umar bin Katsiir. 1420 H/1999 M. Riyaadh: Daar Ath-Thaibah.

Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan. Abdurrahmaan bin Naashir As-Sa’di. Beirut: Muassasah Ar-Risaalah.

Dan lain-lain. Sebagian besar telah tercantum di footnotes.

Catatan kaki

1 Lihat Aisarut-tafaasiir hal. 841.

2 Lihat Tafsiir Al-Baghawi V/177, Tafsiir Al-Qurthubi X/418 dan Tafsiir Ibni KatsiirV/165.

3 Lihat At-Tahriir wat-Tanwiir XVIII/18.

4 Tafsiir Al-Baghawi V/177.

5 Tafsiir Ath-Thabari XVIII/39.

6 HR Ahmad dalam Musnad-nya no. 22808. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shahiihahno. 3102.

7 Lihat Tafsiir Al-Qurthubi X/419.

8 HR Muslim no. 2577/6572.

9 Tafsiir Al-Baghawi V/178.

10 HR Ahmad dalam Musnad-nya no. 520. Syaikh Al-Albani memasukkan haditstersebut di dalam Ash-Shahiihah no. 1588.

___

Penulis: Ust. Sa’id Yai, Lc. M.BA.
(Muslim.or.id)




Baca Artikel Terkait: