-->

Rabu, 21 Oktober 2015

Mediterania – NATO pada hari Senin (19/10) kemarin menggelar latihan militer terbesar dalam kurun waktu lebih dari 13 tahun terakhir dengan melibatkan 36.000 pasukan di Laut Mediterania.

Dalam latihan tersebut NATO melakukan simulasi perang di area luas yang membentang dari Sisilia hingga Spanyol dan Portugal melawan kekuatan superpower utama Eropa yang berusaha menginvasi negara-negara di kawasan itu.

Penggunaan istilah superpower tersebut oleh sejumlah pejabat ditegaskan bahwa secara jelas maksudnya sama sekali bukan Rusia.

Latihan militer itu direncanakan berlangsung sampai dengan tanggal 6 November mendatang, dan akan fokus memberikan dukungan kepada pasukan “pelopor” yang rencananya akan ditempatkan NATO di sepanjang perbatasan dengan Rusia untuk menahan invasi negara Beruang Merah itu ke Eropa Timur.

Berbagai prediksi tentang kemungkinan invasi Rusia itu mengemuka di negara-negara anggota NATO dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal tersebut menjadi justifikasi meningkatnya anggaran militer secara signifikan dan pengerahan pasukan ke negara-negara yang sebetulnya “adem ayem” di Eropa Timur.

Latihan gabungan NATO tersebut juga akan melibatkan jenis “perang hibrida” dan akan memberikan tantangan kepada para perwira militer untuk melakukan “perang propaganda” melalui internet dengan menggunakan rekayasa gambar dan intelijen fiktif/palsu. Hal itu diklaim sebagai hasil dari pelajaran dan pengalaman selama 14 tahun lebih pendudukan NATO di Afghanistan.

Tujuh negara non-anggota NATO juga ikut berpartisipasi dalam latihan militer tersebut, di antaranya yang penting untuk dicatat adalah Ukraina yang saat ini terlibat konflik politik dan militer dengan Rusia terkait isu Krimea.

Ukraina sendiri memprediksi kemungkinan akan terlibat perang global berskala luas dengan Rusia, untuk itu negara pecahan bekas Uni Soviet itu berambisi untuk bergabung dengan aliansi militer negara-negara Eropa Barat dan Amerika.




Baca Artikel Terkait: