-->

Senin, 07 Desember 2015


Setelah 100 Hari pemerintahan jokowi, rakyat mulai sadar bahwa Presiden kita tidak sehebat janjinya. Hal ini tentunya bukan karena kesalahan presiden sendiri, namun banyak faktor di linkaran presiden yang mempengaruhi kinerja beliau.

Sebagai seorang presiden yang bukan ketua partai, jokowi mengalami banyak kendala dalam menjalankan tugasnya sebagai presiden, janji manis dan Harapan besar di pundak jokowi yang sudah di gadang gadang oleh lebih dari 58 juta pemilihnya sudah mulai susah di realisasikan.

Dalam artikel ini, saya tidak hanya membahas kekurangan jokowi sebagai seorang presiden, namun juga masukan bagi bapak presiden agar bisa menjadi presiden yang berwibawa, tegas dan bisa membawa indonesia ke arah yang lebih baik selama kepemimpinannya. Satu hal yang penting disini, saya bukan pendukung jokowi, saya tidak memilih beliau di pemilu 2014 kemarin. Alasan utama saya menulis disini adalah bahwa Presiden, siapapun itu adalah simbol negara yang  harus di jaga kewibawaannya. Saya berharap artikel ini dibaca oleh para pendukung jokowi, syukur syukur dibaca di orang orang yang keluar masuk istana.

Jokowi bukan  ketua partai

Jokowi adalah jokowi, manusia biasa dan seorang tukang kayu yang karirnya melejit dari walikota sampai jadi seorang presiden. Kekurangan utama dari seorang jokowi adalah tidak mempunyai partai. Efek samping dari hal ini tentunya sebagian besar keputusan jokowi di recoki oleh pihak partai. Jokowi sebagai presiden tidak lagi menjadi seorang presiden yang mengambil keputusan secara tegas namun lebih sering keputusan itu sebagai titipan partainya. 

Solusi untuk permasalahan ini adalah jokowi membuat partai baru misalkan dari relawan kemarin yang mati matian membela jokowi dengan partai projokowi. Kalau itu tidak mungkin, jokowi harus berani maju sebagai calon Ketua PDIP, walaupun ini sangat sulit ditembus karena walaupun PDIP adalah partai "DEMOKRASI" indonesia, namun kepemimpinannya cenderung oligarki. 

Jika kedua hal itu susah, maka jokowi bisa menyebrang ke KMP dan minta dukungan kepada lawannya yaitu Prabowo dan Kawan kawannya. Ini adalah solusi yang efektif sehingga jokowi bisa lebih independent dalam mengambil keputusan. 

Dari sini juga bisa disimpulkan bahwa Seorang pemimpin harus punya pengaruh di lingkungan atau komunitas yang dibangun. Jokowi itu bisa dikatakan 100% dompleng PDIP, itu repotnya. Berbeda dengan Prabowo dengan Himpunan taninya, perannya sebagai pengusaha atau di komunitas pencak silat. Jokowi hanya tukang kayu. SBY juga sama, sebelum di demokrat, SBY sudah kenyang di dunia militer dan pemerintahan, tentunya pendukungnya juga banyak. Perhatikan juga dengan Gusdur, walaupun bukan pemimpin partai, namun Gusdur adalah tokoh INTI dari NU serta PKB waktu itu. Sudah saatnya jokowi membangun "Komunitas" pendukungnya sendiri seperti Nasdem atau Partai baru Perindo Hary tanoe. 

Cap petugas partai

Sungguh heran bagaimana seorang presiden masih dicap sebagai petugas Partai bahkan di pertegas oleh elite Partai pengusungnya. Jokowi harus berani secara tegas memberikan keterangan press bahwa dirinya seorang presiden indonesia yang tidak bisa ditekan oleh siapapun, cap petugas partai sudah saatnya ditanggalkan, 

jokowi juga harus berani menjewer para elit yang berani mengecap dia hanya petugas partai dan berani mengambil keputusan yang bersebrangan dengan partai pengusungnya jika keinginan partai berseberangan dengan keinginan rakyat. 

Boneka megawati

Jokowi boneka megawati sudah dari dulu menjadi rahasia umum, hal terbaru yang menjadi bukti adalah pernyataan jokowi bahwa Calon kapolri bukan pilihannya? WTF! Dari pengakuan ini jelas bahwa hak Prerogatif presiden sudah dirampas oleh partai pengusungnya. Seharusnya partai pengusungnya memberi saran dan masukan, bukan memaksakan "MASUKAN" tadi. 

Jokowi bisa lepas dari predikat boneka jika beliau berani mengambil keputusan yang bersebrangan dengan keinginan megawati. Saya yakin jika keputusan jokowi pro rakyat  dan tidak mengikuti keinginan partai atau terlihat di setir oleh megawati, Jokowi akan lepas dari status boneka. 

Kebanyakan Cengar cengir 

Jokowi sebagai seorang presiden harus mengurangi sikap cengar cengir baik saat bertemu tamu negara atau di sorot  media. Cengar cengir itu menghilangkan wibawa. Anda pernah lihat sukarno, suharto atau SBY cengar cengir? Tidak! mereka menjaga wibawa. Dalam perkara ada yang lucu, mereka hanya tertawa kecil, bukan cengangas cengenges. Jadi pak jokowi, kurangi cengar cengir dan jaga wibawa anda sebagai seorang presiden.

Perbaiki Cara berpakaian dan Bahasa tubuh

perhatikan bahasa tubuh anatar prabowo dan jokowi

Lihat dari gambar diatas, Siapa yang punya aura wibawa dan kepemimpinan? Siapa yang posisinya lebih tinggi? Prabowo sudah bawaan dari Militer punya wibawa. Jokowi itu rakyat biasa, makanya jika jokowi memperbaiki Cara berbicara, cara berjalan dan cara berpakaian. Pasti lebih punya sinar.

Cara berpakaian jokowi yang sering menggunakan kemeja putih juga kurang pas karena posisi dia sekarang pimpinan, Manager Negara, bukan Buruh, bukan karyawan. Jokowi seharusnya punya penata busana sendiri agar terlihat lebih berwibawa. Cara berlajan jokowi juga seharusnya tegap, tatapan kedepan, jangan menunduk kebawah dan satu lagi, Jokowi tidak perlu lagi mencium tangan megawati saat di pertemuan yang disorot media, Cukup jabat tangan biasa. Perhatikan semua elit PDIP jika bersalaman dengan megawati? apakah ada yang mencium tangan seperti jokowi? ANDA PRESIDEN PAK. 

Ubah cara bicara dan pidato

Cara bicara dan pidato jokowi tidak tampak sebagai seorang presiden, banyaknya kata yang diulang, kalimat yang tidak tersusun rapih, dan terlalu lambat dan nadanya kurang tegas. Jokowi juga tidak seharusnya banyak basa basi ketika mengumumkan sesuatu lewat media. Jokowi tidak perlu harus bisa bahasa inggris, yang penting, Perbaiki gaya bicara agar tampak berwibawa. Perhatikan SBY, Suharto atau sukarno. Seorang presiden sudah sepantasnya berdiri tegap dan lantang dalam berucap. Kalau boleh jujur, kalimat yang keluar dari mulut Megawati jauh lebih terasa rohnya ketimbang seorang jokowi. 

Jika jokowi tidak bisa mengubah cara bicara, minimal cari juru bicara atau sudah seharusnya istana merekrut ahli pidato dan bahasa tubuh. 

Demikianlah saran yang bisa saya sampaikan, sekali lagi, saya bukan fan jokowi, bukan pemilih jokowi dan bukan simpatisan jokowi. Saya hanya warga indonesia yang INGIN presiden sebagai SIMBOL negara punya Wibawa dan menjadi Orang nomor 1 di dindonesia dalam arti sebenarya. (Jejakcandra)




Baca Artikel Terkait: