-->

Senin, 23 Januari 2023


Seorang Mukmin sangat mengerti bagaimana menafkahi keluarganya. Yakni dengan mencari rejeki yang halal dan menjauhi cara-cara haram, ataupun syubhat

Tujuan utama seorang Mukmin dalam mencari nafkah adalah mencari ridho Allah Subhanahu wa ta'ala, itulah sebabnya rejeki halal untuk keluarga menjadi hasil yang diharapkan.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman,

"Dan carilah (kebahagiaan) negeri akhirat, pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu. Dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (ihsan) kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al Qashash: 77)

Dalam tafsir Al Qurthubi, Qatadah rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud kalimat "janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi" ialah rezeki yang halal. Allah memerintahkan manusia secara jelas dalam ayat tersebut untuk mencari rezeki yang halal yang mana hal tersebut merupakan bagian dari kebahagiaan di dunia. 

Berbuat ihsan (berbuat baik) kepada Allah Subhanahu wa ta'ala juga kepada makhluk-Nya merupakan yang diperintahkan juga dalam ayat tersebut untuk mewujudkan kebahagiaan dunia akhirat berupa rezeki yang halal dan pahala besar di akhirat.

Dari sahabat Jabir radhiallahu anhu, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, 

"Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah, perbaguslah dalam mencari (rezeki). Karena tidaklah jiwa akan mati sampai terpenuhinya rezekinya, walaupun lambat." (HR.Ibnu Majah)

Dalam hadits lain dijelaskan,

"Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu anhu, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menegaskan, 'Apabila rezeki lambat bagi kalian maka jangan mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena keutamaan-Nya tidak akan didapat dengan kemaksiatan terhadap-Nya" (HR. Al Hakim)

Dua hadits tersebut menganjurkan bahkan memerintahkan manusia untuk mencari rejeki dengan cara yang makruf. Berapa pun jumlahnya, banyak ataukah sedikit, jika seorang Mukmin yakin hal itulah yang sudah Allah Subhanahu wa ta'ala takarkan untuknya maka jiwa akan selalu tenang. 

Jika rezeki yang didapat dirasa banyak, bersyukurlah dengan memanfaatkannya di jalan Allah dan menyedekahkannya kepada yang berhak menerimanya, jika dirasa sedikit yang didapat maka tengoklah mereka yang kondisi perekonomiannya lebih sulit. Sebab, masih banyak hal yang patut disyukuri diantaranya kenikmatan waktu juga kesehatan yang dengan keduanya menjadikan setiap orang dapat berusaha menjemput lagi rezeki halal yang telah Allah Subhanahu wa ta'ala sediakan.

Penting diingat, harta yang didapat dengan cara munkar, tak akan membawa keberkahan, bahkan dengan cara yang munkar tersebut dapat menyebabkan tertolaknya doa. Lebih dari itu, harta haram bisa menjadi sebab diharamkannya jasad yang memakannya untuk masuk ke dalam surga. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam,

"Tidak akan masuk surga, jasad yang ditumbuhkan dari makanan yang haram."(HR. Abu Ya'la Al Bazar)

Untuk itu sangat diwajibkan mencari rezeki dengan cara yang halal dan menjauhi cara yang haram. Semoga dengan itu Allah memberikan kecukupan pada Ma'isyah (Penghidupan) dan setiap Mukmin mampu menyukurinya sehingga kita termasuk golongan orang-orang yang bertaqwa.(suaraislam)




Baca Artikel Terkait: