-->

Senin, 23 Januari 2023

– Suara bukan sekadar bunyi yang keluar dari suatu instrumen. Dalam ilmu Fisika, suara merupakan gelombang mekanik yang merambat melalui udara. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu kajian dari Dr. Andri Abdurochman, S.Si., M.T., Dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad.

Dalam riset yang dilakukan mulai 2007 itu, ia membandingkan suara bacaan (murattal) Al Qur’an dengan musik klasik dan musik terapi relaksasi sebagai media terapi menurunkan stres.

“Penelitian menunjukkan, suara bacaan Alquran memiliki tingkat relaksasi paling baik dibanding musik klasik atau musik relaksasi lainnya,” ujar Andri, pada lamanunpad.ac.id, Kamis (3/3/2016).

Hal ini dibuktikan melalui penelitian tahun 2010 yang dilakukannya terhadap beberapa naracoba anak-anak dan remaja usia sekolah (SD, SMP dan SMA) dari sebuah Yayasan di Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang. Untuk beberapa waktu, anak-anak ini diberikan musik yang bisa meningkatkan stres. Dr. Andri pun melakukan perekaman otak si anak untuk mengetahui bagaimana frekuensi gelombang otak yang ditimbulkan dari musik pembangkit stres itu.

Kemudian sang anak diberikan terapi mendengarkan bacaan Al-Quran selama tiga bulan, kemudian diperdengarkan kembali musik yang bisa meningkatkan stres. Hasilnya menunjukkan, daya tahan anak terhadap stres pada kesempatan kedua jauh lebih kuat daripada pada saat pemberian musik yang pertama jika dilihat dari rekaman gelombang otaknya.

“Anak yang sudah didengarkan suara bacaan (terapi) Al-Quran akan jauh lebih tenang dan lebih tahan terhadap stres,” simpulnya.

Adapun bacaan Al-Quran yang didengarkannya merupakan kumpulan ayat-ayat yang memiliki satu kata yang sama. Dr. Andri mencari kata di dalam Al-Quran yang bermakna positif lalu mengumpulkan bacaan (murattal) ayat-ayat tersebut.

Lulusan program Doktor di Université de Strasbourg, Perancis ini mengungkapkan, efek ini muncul karena relaksivitas yang dihasilkan akibat mendengar bacaan tersebut. Ini disebabkan setiap sel dalam otak manusia punya frekuensi alamiah masing-masing. Pada saat otak diberikan stimulus berupa suara, jika spektrum frekuensi suaranya itu adalah berbanding lurus dengan frekuensi natural sel, maka si sel akan beresonansi.

“Ketika resonansi itu, si sel kemudian bisa aktif atau memberikan sinyal ke kelenjar dalam tubuh untuk mengeluarkan hormon, karena si kelenjar kesehatan itu akan aktif hanya pada kondisi tertentu, misalnya tidur,” jelas Dr. Andri.

Pada saat mendengar bacaan Al-Quran, otak mengalami relaksasi yang baik sehingga seolah-seolah sedang berada dalam keadaan tidur. Pada kondisi tersebut, sel kemudian memberikan sinyal ke kelenjar dalam tubuh untuk mengeluarkan hormon. Kondisi inilah yang dialami oleh seseorang ketika melakukan terapi tersebut.

Lebih lanjut Dr. Andri menjelaskan, sesuatu yang dilakukan atau didengarkan berulang-ulang juga akan memiliki efek hipnosis. Berdasarkan kemampuan peningkatan daya tahan naracoba karena bacaan Al-Quran, ia juga dalam penelitian pada bidang komunikasi kedokteran gigi. Pada penelitian tersebut, Dr. Andri berperan dalam pengolahan data frekuensi dan spektrum suara pada saat kata-kata hipnosis tersebut disampaikan kepada naracoba, serta respon otak (rekaman elecro-encephalogram) terhadap hipnosis.
(Aln)



Baca Artikel Terkait: