-->

Minggu, 20 Maret 2016





Ilustrasi – Hagia Sophia. (livescience.com)



Selalu ada kesan yang menarik, semangat muda yang menggebu dan inspirasi untuk melakukan kebaikan tiap kali disebutkan nama Sultan Muhammad Al-Fatih. Betapa tidak, seorang pemuda di usianya yang masih belia, yaitu 21 tahun, dapat membebaskan sebuah negara dari gelapnya peradaban jahiliyah menuju peradaban Islam yang agung. Berbekal dengan prinsip Al-Quran dan As-Sunnah, pada tahun 1453 M ditaklukkanlah Kota Konstantinopel, kota yang belum bisa ditaklukkan selama beberapa abad dalam sejarah Islam. Nama Muhammad Al-Fatih tersebar harum di berbagai literatur-literatur sejarah Islam, bahkan sampai ke buku pelajaran sekolah menengah atas pun tersebut namanya.

Keberadaannya telah disebutkan dalam hadits sejak zaman Rasulullah hidup,
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]
Dan semua kisah kepahlawanan tersebut dapat dirangkum menjadi satu oleh sebuah nama negara di daerah Eurasia, ialah Turki. Turki menjadi saksi bisu atas indahnya masa-masa kejayaan Islam beberapa abad silam. Akan tetapi, peninggalan dan nuansa keislamannya masih dapat kita rasakan apabila kita berkunjung ke Istanbul, Turki.

Turki adalah sebuah negara yang sebagian daerahnya berada di benua Asia dan sebagian lagi termasuk bagian benua Eropa. Sehingga negara ini memiliki kebudayaan yang unik, yang juga campuran antara budaya penduduk Asia dan penduduk Eropa. Selat Bosphorus memisahkan keduanya. Hampir sekitar 90% penduduknya beragama Islam, sayangnya sebagian besar adalah Islam sekuler. Semenjak pemerintahan Mustafa Kemal Attaturk, ibukota Turki dipindah ke Ankara yang sebelumnya adalah Istanbul.

Turki sering disebut sebagai “Negeri 1000 Masjid” karena di sepanjang jalan kita dapat menemukan banyak masjid-masjid dengan bentuk bangunannya yang khas. Dindingnya sekilas terlihat menyerupai sebuah benteng. Bangunannya menjulang tinggi dengan kubah-kubah dan menaranya. Dengan melihat jumlah menaranya, kita dapat mengetahui siapa donatur terbesar dari pembangunan masjid tersebut.

Biasanya jika terdapat dua menara, artinya masjid tersebut dibangun oleh masyarakat setempat. Jika terdapat tiga, empat atau lebih biasanya dibangun oleh keluarga raja atau raja itu sendiri.
Jika kita berkeliling sepanjang kota Istanbul, kita akan mudah menemukan bekas puing-puing benteng yang mengelilingi Istanbul. Apabila diperhatikan, benteng tersebut terdiri dari 3 lapis dinding tebal, yang saat itu dapat dihancurkan oleh meriam pasukan Muhammad Al-Fatih. Tour guide saya mengatakan, bahwa meriam tersebut adalah meriam terbesar yang pernah ada saat zaman itu. Masya Allah, lagi-lagi saya dibuat kagum oleh kecanggihan teknologi peradaban Islam pada masa kejayaan Islam beberapa abad silam.

Tempat yang wajib dikunjungi ketika berada di Istanbul adalah Museum Hagia Sophia. Tempat ini dulunya adalah sebuah gereja besar yang menjadi simbol kota Konstantin. Ketika Hagia Sophia berhasil direbut oleh pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih, gereja ini diubah menjadi sebuah masjid yang sangat indah. Simbol-simbol yang berbau non-muslim ditutup dan ditambahkanlah beberapa menara yang dapat kita lihat hingga hari ini. Pada hari Jumat tepat beberapa hari setelah ditaklukkannya Konstantinopel, dikumandangkanlah adzan pertama di Masjid Hagia Sophia melalui menara-menara tersebut. Di dalamnya dapat dilihat terdapat kaligrafi bertuliskan lafazh Allah, Muhammad SAW, Abu Bakar RA, Umar bin Khattab RA, Utsman bin Affan RA, Ali bin Abi Tholib, serta cucu Rasulullah Hasan dan Husain. Saat ini masjid tersebut telah beralih fungsi menjadi sebuah museum yang dikunjungi oleh banyak wisatawan dunia yang berkunjung ke Istanbul.
Tak jauh dari Hagia Sophia, jangan lupa juga berkunjung Masjid Blue Mosque. Arsitektur Blue Mosque ini tak kalah indah dengan Hagia Sophia. Jika kita masuk di dalamnya, kita dapat melihat warna-warna yang menghiasi dinding dan kubah masjid. Warna tersebut didominasi oleh warna biru, hijau dan merah yang melambangkan Allah, surga dan neraka secara berturut-turut. Kaligrafi di kubahnya bertuliskan ayat Al-Quran surat An-Nuur. Terlihat motif bunga tulip di beberapa bagian dari dinding masjid. Karpetnya di dalamnya pun bermotif bunga tulip, bunga khas negara Turki.
Masih satu kawasan dengan Hagia Sopia dan Blue Mosque, ada juga Topkapi Palace atau Topkapi Sarayi. Topkapi ini merupakan museum yang dulunya merupakan tempat tinggal dari raja-raja Turki Ottoman. Di dalamnya tersimpan beberapa barang kerajaan selama Turki Ottoman, seperti tempat tidur bayi, perhiasan, jam, alat makan dan sebagainya. Sebagian besar peralatan tersebut terbuat dari batu mulia seperti emas dan perak. Ada pula peninggalan dari zaman Rasulullah seperti  pedang Nabi dan pedang para sahabat, pakaian yang dikenakan Fatimah RA putri Rasulullah, sampai jenggot dan gigi Rasul yang patah saat perang di bukit Uhud. Yang membuat saya merinding, adalah ketika memasuki sebuah ruangan yang di dalamnya tidak pernah berhenti dibacakan ayat suci Al-Quran dengan merdu selama 24 jam oleh beberapa qori’ secara bergantian, bukan oleh kaset rekaman.
Kawasan Topkapi Palace ini dirawat dengan sangat baik hingga saat ini. Di beberapa corner terpasang papan yang berisikan penjelasan sejarah Islam yang berkaitan dengan Topkapi Palace. Ketika senja hari, lampu-lampu berwarna oranye dinyalakan. Lokasi Topkapi Palace yang berada di tepi Laut Marmara ini membuat pengunjung disuguhi panorama yang indah. Dari kawasan ini juga kita dapat melihat langsung benua Asia (yang merupakan bagian dari Turki) yang terdapat di seberang Laut Marmara. Kombinasi antara bangunan, pohon-pohon, lampu-lampu taman serta panorama alamnya sungguh membuat saya ingin berlama-lama berada di dalamnya.
Beberapa tempat bersejarah lain yang terdapat di Istanbul yaitu Hippodrome, Baylerbai Palace, serta Masjid Abu Ayyub Al-Anshari. Sedangkan jika ingin berwisata alam, beberapa tempat yang menarik pengunjung terbanyak yaitu Cappadocia. Di Cappadocia, kita bisa menyaksikan pemandangan alam dengan menaiki balon udara. Biasanya pengunjung datang ketika subuh agar dapat menikmati sunrise dari balon udara. Selain itu daerah lain yang dapat dikunjungi yaitu Pamukkale, Antalya, Cesme dan masih banyak lagi. Jika ingin berbelanja untuk oleh-oleh, kita dapat mengunjungi Grand Bazaar.
Meskipun Turki menyediakan berbagai tempat wisata alam yang sangat indah, tetap saja hal yang paling berkesan adalah mengetahui sejarah dari Turki yang tak lepas dari kejayaan Islam pada masa keemasan. Sungguh nikmat rasanya, apabila membayangkan jika kita dapat kembali ke masa-masa di mana aturan dan hukum Islam dapat diterapkan di berbagai tempat. Semuanya berjalan dengan harmonis dan seimbang. Ya, mudah-mudahan dengan pertumbuhan umat muslim yang pesat di beberapa negara di dunia kejayaan Islam dapat kembali diraih. (dakwatuna.com)






Baca Artikel Terkait: