-->

Kamis, 28 April 2016



– Setelah jatuhnya pemerintahan Dinasti Utsmani, Republik Turki lahir di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Attaturk pada 1923. Sebagai pendiri, ia kemudian memperkenalkan sejumlah reformasi yang akan mengurangi peran Syariat Islam di negara tersebut, termasuk penghapusan sistem Khilafah. Tak hanya itu, Attaturk menutup seluruh madrasah yang ada di negeri itu, melarang pemakaian pakaian Islami, bahkan mengubah azan ke bahasa Turki. Undang-Undang berasas sekuler pun terus digencarkan.

Selama beberapa dekade, Turki memberlakukan aturan sekuler tersebut. Namun, keadaan tersebut sedikit demi sedikit mulai berubah saat partai AKP di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan unggul di negeri itu. Ia yang kini menjabat sebagai Presiden, mulai menata ulang UU yang diterapkan Attaturk, yang hasilnya menjadikan Turki jauh lebih Islami.

Berikut 7 langkah strategis Erdogan mengembalikan keislaman Turki:

1. Masifnya Pembangunan Masjid

Dilansir dari Ilmfeed.com, ada sebanyak 17 ribu masjid yang dibangun oleh pemerintah Turki selama periode 2002-2013. Terdapat lebih banyak lagi masjid era Utsmani yang saat ini dalam masa pengembangan dan perbaikan.

2. Larangan Hijab Dicabut

Hijab sempat dilarang pemakaiannya di sektor-sektor publik, juga dilarang bagi sejumlah profesional seperti guru, pengacara, anggota parlemen, serta karyawan yang bekerja di lembaga-lembaga negara. Namun, oleh Partai AKP, larangan tersebut dicabut.

Pada Agustus 2015, seorang menteri bernama Aysen Gurcan menjadi menteri wanita pertama yang mengenakan jilbab pasca pencabutan larangan itu. Menyusul pada November 2015, seorang wanita menjadi hakim perempuan pertama yang mengenakan hijab.

3. Satu Juta Pelajar Terdaftar di Sekolah Imam Hatip

Sekolah Imam Hatip adalah sebuah lembaga pendidikan kejuruan yang dirancang untuk memberikan pendidikan agama, dan melatih para imam dan ulama. Banyak masjid yang dibangun pemerintah Turki kemudian melatih dan menyekolahkan imam mereka di sekolah ini. Sekolah Imam Hatip setelah reformasi Attaturk melarang berdirinya madrasah.

Pada 2002, sejumlah 65 ribu siswa mendaftarkan diri di sekolah ini. Jumlah tersebut semakin meninggi, hingga pada 2013 siswa yang masuk ke sekolah Imam Al-Hatip mencapai 658 ribu orang. Bilal Erdogan, orang yang menjadi kunci atas meluasnya sekolah tersebut, menyatakan bahwa jumlah pelajarnya telah menginjak angka 1 juta orang pada 2016.

4. Pendidikan Agama Diwajibkan

Pemerintah Turki juga memperkenalkan pendidikan agama sebagai mata ajar wajib di sekolah-sekolah Turki. Tak berhenti di sana, pelajaran mengenai kehidupan Nabi Muhammad SAW dan mata ajar Al-Quran pun sudah diberlakukan.

Erdogan menyatakan, “Kami ingin meningkatkan jumlah pemuda yang religius.”

“Apa Anda berharap AKP akan membangun generasi atheis? Itu bukanlah misi kami. Kami akan menumbuhkan generasi-generasi konservatif dan demokratis yang merangkul nilai dan prinsip bangsa,” tuturnya.

5. Pembatasan Usia Belajar Al-Quran Dihapus

Dulu, anak-anak harus mencapai usia 12 tahun sebelum bisa mencapai kelas mata ajar Al Quran. Akan tetapi pemerintah sudah menghapuskan aturan tersebut, sehingga memungkinkan anak-anak bisa menghadiri kelas tersebut. Pada 2013, sebuah proyek diluncurkan dengan nama “Kelas Al-Quran untuk Anak-Anak Pra-Sekolah”.

6. Pembatasan Iklan dan Penjualan Minuman Keras

Negeri tersebut sempat memungkinkan penjualan alkohol di negara yang mayoritas Muslim ini. Namun saat ini, di televisi dan film, penggambaran alkohol sudah dikaburkan.

Pemerintah Turki juga melarang alkohol di lokasi-lokasi seperti asrama mahasiswa, lembaga kesehatan, klub olahraga, lembaga pendidikan, dan SPBU. Lalu pada 2013, AKP melarang iklan minuman keras dalam radius 100 meter dari lokasi masjid atau sekolah. Beberapa lokasi yang diizinkan menjual miras, hanya diizinkan menjual miras di bawah jam 10 malam.

7. Meluasnya Perbankan Syariah

Selama beberapa tahun terakhir, perbankan syariah berkembang di Turki. Erdogan sendiri mengharapkan Bank BUMN Ziraat memiliki 170 cabang bank pada tahun 2018. Dalam pidatonya baru-baru ini, ia menyatakan sistem perbankan berbasis bunga sangat merugikan masyarakat.

“Jika kita ingin melangkah ke depan, kita perlu tumbuh di sebuah sistem yang lebih berpartisipasi nyata dari sistem konvensional yang kejam ini,” katanya.

Ia memungkas, ”Perbankan syariah adalah sistem yang sama sekali berbeda dari sistem konvensional saat ini. Saya percaya bahwa sistem ini akan menjadi kekuatan pendorong di belakang ekonomi Turki.”

Sumber : Al-Hikmah/antiliberalnews




Baca Artikel Terkait: