-->

Jumat, 23 September 2016

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Peradaban Islam menjadi sangat kuat dan dominan pada abad pertengahan, masyarakat Eropa cenderung meniru atau "berkiblat ke Islam". Kini ketika giliran kebudayaan Barat yang kuat dan dominan maka proses peniruan itu juga terjadi. Terbukti sejak kebangkitan Barat dan lemahnya kekuasaan politik Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai disiplin ilmu termasuk Islam ke Barat dalam rangka meminjam. Hanya saja karena peradaban Islam dalam kondisi terhegemoni maka kemampuan menfilter konsep-konsep dalam pemikiran dan kebudayaan Barat juga lemah.
Dalam kehidupan kita mengenal adanya pembagian waktu diantaranya; masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Dengan adanya sejarah kita dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu. Keadaan pada masa lalu mempengaruhi masa kini dan mendatang. Mengetahui sejarah dan perjalanan Islam pada masa-masa tersebut dapat membantu dalam menerawang perkembangan dan perubahan yang terjadi pada peradaban Islam. Sejalan dengan waktu yang terus berjalan maka perubahan pasti terjadi baik ke arah positif maupun negatif. Perubahan tersebut perlu disadari agar tidak terus berkembang kepada arah yang negatif.
Jika kita tela’ah Qs. Al-fatihah, surat pertama di dalam Al-Qur’an, kita akan mendapati:
الْمُسْتَقِيمَ الصِّرَاطَ اهْدِنَا
الضَّالِّينَ وَلَا عَلَيْهِمْ الْمَغْضُوبِ غَيْرِ عَلَيْهِمْ ينَ أَنْعَمْتَ الَّذِ صِرَاطَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau anugrahkan ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.” (QS. 1:6,7)
Jelas sekali ayat diatas menganjurkan kita untuk banyak membaca sejarah, agar hal-hal yang dapat merugikan manusia tidak akan kita ulangi lagi. Kita juga harus tanggap dan peka atas kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar kita saat ini, dengan mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu untuk bekal kita dimasa yang akan datang.


B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peradaban Islam pada masa Nabi Muhammad saw?
2. Bagaimana peradaban Islam pada masa kini?
3. Apakah penyebab kemunduran peradaban Islam?


C. Tujuan Penulisan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. menjelaskan peradaban Islam pada masa Nabi Muhammad saw,
2. menjelaskan peradaban Islam pada masa kini,
3. mengetahui penyebab kemunduran peradaban Islam.


D. Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, makalah ini berguna sebagai bahan ajar yang tepat untuk memahami, mengembangkan, serta menerapkan ilmu pengetahuan tentang perkembangan peradaban Islam. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan tentang peradaban Islam,
2. pembaca, sebagai media informasi tentang memahami ilmu pengetahuan peradaban Islam dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik secara teoritis maupun praktis.


E. Prosedur Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dimana penyusun menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komperhensif. Data teoritis dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka yaitu penyusun mengambil data melalui kegiatan membaca dari berbagai literatur yang sesuai dengan tema makalah. Kemudian data tersebut diolah dengan teknik analisis isi dengan melakukan kegiatan pengeksposisian data serta menerapkan data tersebut dalam konteks tema makalah.


F. Sistematika Penulisan Makalah
Kata pengantar, daftar isi, bab I pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, prosedur penulisan makalah, sistematika penulisan makalah, bab II kajian teori, pengertian peradaban, bab III pembahasan, peradaban islam pada masa Nabi Muhammad saw, peradaban Islam pada masa kini, penyebab kemunduran peradaban Islam, bab IV penutup, simpulan, saran, daftar pustaka.



BAB II
KAJIAN TEORI


A. Pengertian Peradaban
Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan persamaan hak di depan hukum. Dari sini kemudian muncul idiom-idiom demokrasi, seperti egalite (persamaan), equality (keadilan), liberty (kebebasan), human right (hak asasi manusia), dan sebagainya.
Demokrasi secara etimologis terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat “cratein” atau “cratus” yang berarti kekuasan dan kedudukan jadi secara istilah demokrasi adalah keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat. Dalam pengertian ini, demokrasi berarti demokrasi langsung yang dipraktikkan di beberapa negara kota di Yunani kuno. Dengan demikian, demokrasi dapat bersifat langsung seperti yang di Yunani kuno, berupa partisipasi langsung dari rakyat untuk membuat peraturan perundang-undangan, atau demokrasi tidak langsung yang dilakukan melalui lembaga perwakilan. Demokrasi tidak langsung ini cocok untuk negara yang penduduknya banyak dan wilayahnya luas.
Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan persamaan hukum. Dalam tradisi Barat, demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya menjadi pemerintah bagi dirinya sendiri dan wakil rakyat seharusnya menjadi pengendali yang bertanggung jawab terhadap tugasnya. Oleh karena rakyat tidak mungkin rakyat mengambil keputusan karena jumlah terlalu besar maka dibentuklah dewan perwakilan rakyat. Sistem ini popular karena melibatkan masyarakat merupakan komponen utamanya. Pemerintah dipilh langsung oleh rakyat yang berfungsi sebagai penyalur aspirasi dan membuat kebijakan untuk kepentingan rakyat demi kesejahteraan rakyat.
Dari penjelasan tersebut jelas sekali bahwa demokrasi menginginkan pemerintahan diselenggarakan secara terbuka dan rakyat diberi kesempatan dalam memerintah. Demokrasi dan kebebasan sering digunakan secara timbal balik. Namun keduanya tidak sama atau berbeda. Demokrasi merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan dan juga seperangkat praktek dan prosedur tertentu melalui sejarah panjangnya yang berliku-liku. Oleh karena itu, demokrasi sering diartikan sebagai sebuah pelembagaan kebebasan.
Sistem Demokrasi juga digunakan di Indonesia dengan berdasarkan Pancasila. Indonesia memiliki Badan Legislatif yang anggotanya merupakan wakil rakyat. Rakyat juga berwenang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Dalam Islam, demokrasi sudah diajarkan oleh Rasulullah. Contohnya, pada saat Perang Badar beliau mendengarkan saran sahabatnya mengenai lokasi perang walaupun itu bukan pilihan yang diajukan olehnya.
Pada saat ini, banyak Negara yang mengadaptasi sistem Demokrasi yang berasal dari Negara Barat. Dalam tradisi Barat, demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya menjadi “pemerintah” bagi dirinya sendiri, dan wakil rakyat seharusnya menjadi pengendali yang bertanggung jawab atas tugasnya. Karena alasan inilah maka lembaga legislatif di dunia Barat menganggap sebagai pioner dan garda depan demokrasi. Lembaga legislatif benar-benar menjadi wakil rakyat dan berfungsi sebagai agen rakyat yang aspiratif dan distributif. Keberadaan wakil rakyat didasarkan atas pertimbangan, bahwa tidak mungkin semua rakyat dalam suatu negara mengambil keputusan karena jumlahnya yang terlalu besar. Oleh sebab itu kemudian dibentuk dewan perwakilan. Di sini lantas prinsip amanah dan tanggung jawab (credible and accountable) menjadi keharusan bagi setiap anggota dewan. Sehingga jika ada tindakan pemerintah yang cenderung mengabaikan hak-hak sipil dan hak politik rakyat, maka harus segera ditegur. Itulah perlunya perwakilan rakyat yang kuat untuk menjadi penyeimbang dan kontrol pemerintah. Padahal, sistem demokrasi tersebut belum tentu sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. Sistem Demokrasi di Barat memiliki tujuan-tujuan yang sifatnya duniawi dan materialistis. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari Sistem Demokrasi yang sejalan dengan aturan Islam.
Pada kenyataannya demokrasi negara yang berkembang atau terbelakang cenderung pelaksanaan demokrasi tidak berjalan baik dan bahkan tidak berjalan sama sekali. Salah satu faktornya adalah kebutuhan biologis masyarakat belum sepenuhnya terpenuhi. Oleh karena itu, mereka tidak banyak memikirkan hal-hal lain yang mendasar dan luas bagi kelangsungan kehidupan mereka dalam kancah perpolitikan. Mereka hanya cukup untuk mendapatkan sesuap nasi guna mendapati kelangsungan hidup mereka dan yang terpenting perut tidak kosong.
Perhatikan FirmanNya:
(٤٣) تَعْلَمُونَ ل كُنْتُمْ إِنْ الذِّكْرِ أَهْلَ فَاسْأَلُوا إِلَيْهِمْ نُوحِي رِجَالا إِل لِكَقَبْ مِنْ أَرْسَلْنَا وَمَا
Artinya:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” (Q.S An-Nahl: 43).
Dari contoh ayat-ayat Al-Qur’an di atas dapat dipahami adanya prinsip musyawarah dan persatuan dan kesatuan umat sebagai salah satu sendi atau pilar demokrasi. Disamping itu, pilar yang lain seperti tolong-menolong, rasa kebersamaan, dan sebagainya.







BAB III
PEMBAHASAN


Islam adalah agama yang berdasarkan pada ketundukkan terhadap aturan Allah. Islam adalah agama penghambaan kepada Allah yang mencipta, mengatur, dan memelihara alam semesta. Islam adalah agama yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam sebagaimana dijelaskan oleh surat Al Anbiya ayat 107.
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ


“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Islam dalam arti agama yang disampaikan melalui Nabi Muhammad saw, lahir bersama dengan turunnya Al-Quran 14 abad lebih yang lalu. Masyarakat jahiliah adalah masyarakat pertama yang bersentuhan dengannya, serta masyarakat pertama pula yang berubah pola pikir, sikap, dan tingkah lakunya, sebagaimana dikehendaki Islam.


A. Peradaban Islam pada Masa Rasulullah saw
Dalam masa tiga tahun sejak wafatnya Nabi Muhammad saw pada tahun 623 Masehi, pasukan kaum Muslimin yang telah menguasai jazirah Arab. Di bawah pimpinan para khalifah, pemimpin spiritual dan politik yang menggantikan Nabi Muhammad, pasukan Muslim menyebar dengan cepat ke segala Arah.
Beberapa hal yang menjadi spirit yang sangat penting dalam meraih sukses kaun Muslimin membangun imperium Islam yang besar selama berabad-abad adalah pendakatan yang rasional, adil, dan manusiawi terhadap peraturan dan pengaturan masyarakat di daerah-daerah yang ditaklukkannya, tidak memaksakan untuk pindah agama bagi penganut agama-agama yang sudah ada, suatu pendekatan yang mencerminkan ajaran-ajaran moral Islam yang berasal dari Al-Quran, sehingga banyak penganut baru agama Islam berlimpah di banyak daerah.
Cepatnya ekspansi wilayah pemerintahan Muslim yang diikuti perpindahan agama secara sukarela dari banyak pengikut Kristen, Yahudi, dan lain-lain menyebabkan kaum Muslimin Arab dihadapkan pada pilihan bagaimana cara dan mengadaptasikan kepercayaan dan pemikiran Islam dengan kepercayaan, pemikiran, budaya, dan filsafat dari wilayah-wilayah yang telah kaum Muslimin taklukkan. Islam telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam peradaban dalam beberapa masa yang puncaknya terjadi pada era Rasulullah saw.
Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama sekitar 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah saw di Madinah, Khulafaur Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah, sampai tumbangnya kehilafan Turki Utsmani. Masa-masa kejayaan dan puncak keemasan peradaban Islam melahirkan banyak ilmuan muslim berkelas internasional yang telah menghasilkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 tahun. Pada masa tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan umat Islam.
Kita dapat membagi masa dakwah Rasulullah saw menjadi dua periode, yaitu fase Mekkah dan Madinah.
1. Fase Mekkah
Setiap periode memiliki tahapan-tahapan sendiri dengan kekhususannya masing-masing yang satu berbeda dengan yang lain. Hal ini tampak jelas setelah meneliti berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama dua periode secara mendetail. Fase Mekkah berjalan kira-kira selama tiga belas tahun. Peiode Mekkah dibagi menjadi tiga tahapan dakwah yaitu:
a) Tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi yang berjalan selama tiga tahun.
b) Tahapan dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Mekkah yang dimulai sejak tahun keempat hingga akhir tahun kesepuluh.
c) Tahapan dakwah di luar Mekkah dan penyebarannya yang dimulai dari tahun kesepuluh hingga hijrah ke Madinah.




2. Fase Madinah
Fase Madinah berjalan selama sepuluh tahun penuh. Pada periode Mekkah Nabi Muhammad saw belum berhasil meletakkan dasar-dasar Islam karena tidak mendapatkan sambutan dari sebagian besar kaum Quraisy. Tetapi setelah pindah ke Madinah, Nabi Muhammad saw berhasil meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam. Rasulullah mendapatkan sambutan yang hangat ketika tiba di Madinah, segera mendapatkan pengikut dan sebagian penduduknya menjadikan Muhammad sebagai pemimpin mereka. Pada saat itu, penduduk kota Madinah terdiri dari tiga golongan, yaitu
a) Penduduk asli, mereka yang membantu kepentingan Nabi Muhammad saw.
b) Muhajirin, mereka yang hijrah dari Mekkah untuk mencari perlindungan di dalamnya.
c) Umat Yahudi, mereka yang sedikit demi sedikit dipaksa keluar dari Arab.
Dari golongan pertama dan kedua, Nabi Muhammad saw membentuk pasukannya. Seseudah hijrah, kota Madinah menajdi tempat kelahiran Islam dan tempat berlindung bagi umat Islam dan akhirnya disebut “kota Nabi”.
Pada saat berjaya, peradaban Islam semangat pencarian ilmu sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Semangat pencarian ilmu yang berkembang menjadi tradisi intelektual secara historis dimulai dari pemahaman terhadap al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw yang kemudian dipahami, ditafsirkan, dan dikembangkan oleh para sahabat.
Kesuksesan Rasulullah saw dalam membangun peradaban Islam yang tiada taranya dalam kurun waktu 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi saat Rasulullah saw berhasil memegang kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia dan Mesir. Rasulullah merupakan pemimpin yang luar biasa, beliau membangun peradaban Islam hingga puncak kesuksesannya hanya dalam kurun waktu yang terbilang singkat. Masa kerasulan Muhammad saw pada akhir periode Madinah merupakan puncak Islam karena sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
دِينًا الْإِسْلَامَ لَكُمُ وَرَضِيتُ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَأَتْمَمْتُ دِينَكُمْ لَكُمْ أَكْمَلْتُ الْيَوْمَ
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (Q.S. Al-Maidah ayat 3)
Kesuksesan tersebut membawa Islam menjadi sumber kemajuan peradaban Islam berskala dunia terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Islam menciptakan peradaban yang gemilang dengan menciptakan karya-karya teknologi yang mempengaruhi kehidupan dunia sampai saat ini.
Dari abad ke-9 sampai ke-12, karya-karya tentang filosofi, sejarah, kedokteran, keagamaan, astronomi, dan geografi lebih banyak ditulis dalam bahasa Arab daripada bahasa lainnya.
Islam adalah salah satu peradaban yang paling unik, terlahir paling muda, menyebar paling cepat, mencakup wilayah yang paling luas, dianut oleh sangat banyak jenis suku bangsa dan ras, muncul dalam berbagai aspek yang sangat beragam, baik dalam bidang teknologi, sastra, kaligrafi, arsitektur, busana, dan berbagai disiplin keilmuan.
Sekian lamanya Islam melakukan penyebaran ajarannya telah menorehkan banyak hasil yang dapat dirasakan oleh dunia saat ini. Beberapa warisan peradaban Islam yang telah mendunia antara lain operasi bedah (dasar-dasar ilmu bedah modern) oleh Al-Zahrawi, pesawat terbang oleh Abbas Qasim Ibnu Firnas, optik oleh Ibnu Haytam, mesin robot oleh Al-Jazari, perancang air mancur oleh Banu Musa bersaudara, hukum gravitasi universal oleh salah satu Banu Musa bersaudara yaitu Abu Ja’far Muhammad.
Berbagai hasil yang luar biasa dari masa-masa peradaban saat itu telah tercipta dan membuat peradaban Islam memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap peradaban dunia.




B. Peradaban Islam pada Masa Kini
Kita saat ini hidup di abad modern yang kebetulan dimulai dari Eropa Barat. Namun sesungguhnya bahan-bahan pembentuk kemodernan berasal dari pengalaman hampir seluruh umat manusia dari Cina di Timur sampai Spanyol di Barat. Rentang daerah peradaban umat manusia pra-modern itu berpusat di kawasan Timur Tengah dengan budaya Islamnya membuat peradaban Islam menjadi pemberi paling banyak sumbangan bahan klasik bagi timbulnya abad modern.
Dalam kosakata ilmu pengetahuan modern dapat kita temukan berbagai “jejak kaki” yang menunjukkan bahwa sumbangan Islam itu terutama berwujud sebagai bahan yang merupakan high culture umat manusia saat itu dan sampai sekarang, sebagaimana tercermin pada istilah-istilah ilmiah seperti aljabar (al-jabr), alkohol (al-kuhul), logaritma (al-khawarizmiyyah) dan lain-lain.
Sejarah mencatat bahwa umat Islam adalah kelompok umat manusia yang pertama menginternasionalkan ilmu pengetahuan. Jika sebelumnya suatu cabang ilmu pengetahuan hanya merupakan kekayaan nasional bangsa tertentu, seperti Yunani, Persia, India, dan Cina, maka sejak Islam dan perdaban Islam, ilmu-ilmu itu tumbuh menjadi kekayaan bersama umat Islam.
Berawal pada abad ke-14, Islam sebagai sebuah imperium mengalami kemunduran dibidang militer, politik, budaya, sebuah kondisi dan kecenderungan yang tidak berubah hinga saat ini. Penaklukkan oleh Turki Seljuk, perang salib, dan perebutan kembali wilayah Spanyol Muslim menimbulkan gejolak dan ketidakstabilan di wilayah Islam yang mengakibatkan hilangnya vitalitas dan tujuan sosial.
Setelah abad ke-15 sains dan ilmu pengetahuan di wilayah Muslim menjadi tertutup dari energi yang inovatif dan keberhasilan di bidang ilmu pengetahuan lebih berkembang di Eropa yang telah belajar dari ilmuan-ilmuan Muslim.
Antara pertengahan abad ke-18 dan abad ke-20, teknologi, prosedur pendidikan, dan strategi politik yang dikembangkan Barat menjadi kekuatan-kekuatan sosial dan budaya baru yang progresif dan menjadi asing bagi Islam yang semakin kurang dinamis dalam karakter, bentuk, dan tujuan.
Dunia Muslim hari ini memiliki keterbatasan dalam berbagai bidang terutama ekonomi, politik, dan militer. Dalam konteks ekonomi, misalnya mayoritas negara-negara Islam merupakan negara berkembang dan tergolong miskin, kecuali di beberapa negara seperti di Kuwait, Saudi Arabia, Brunei Darussalam, Persatuan Emirat Arab, Qatar, Libya, Iran. Sedangkan 60 negara berpenduduk Muslim dapat dikatakan memiliki penduduk miskin yang kurang lebih sama dengan Indonesia, bahkan lebih menderita, misalnya Somalia, Jibouti, Kashmir, Afghanistan, Nigeria, Mali, Kamerun, Gaban, Kosofo, dan banyak lainnya. Sedangkan di negara-negara Muslim yang relatif kaya pun, terdapat kesenjangan mutu kehidupan antara kaya dengan yang miskin masih merupakan kenyataan yang mengganggu keseimbangan kehidupan umat di masa-masa mendatang.
Dalam politik, negara-negara Muslim belum sepenuhnya bisa mempraktikkan sistem demokrasi, sehingga belum tercipta stabilitas politik. Apalagi kalau dilihat dari perspektif militer, dunia Muslim masih jauh tertinggal.
Di samping dalam ketiga bidang di atas, negara-negara Muslim juga mengalami ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan dan penguasaan IPTEK masih didominasi negara-negara Barat, walaupun faktanya negara-negara Muslim tersebut memiliki harta kekayaan yang banyak seperti berbagai macam harta galian emas, perak, gas alam, minyak bumi, dan harta kekayaan lainnya, namun karena keterbatasan sumber daya manusia Muslim dalam bidang teknologi, akhirnya menghambat terciptanya kesempatan menciptakan kemakmuran dari hasil mengekplorasi sumber daya alam yang dikarunia Allah, dan tidak dapat keluar dari krisis peradaban yang mengelilingi Islam dari berbagai penjuru.
Padahal seperti pembahasan di atas bahwa era golden age Islam sesungguhnya ditopang oleh penguasaan kaum Muslim terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi modern kala itu. Pada era tersebut, komunitas Muslim menjadi rujukan dan sentra peradaban dunia. Mahasiswa berdatangan dari berbagai penjuru dunia untuk mendalami berbagai varian ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasilnya, terlihat beberapa abad kemudian. Eropa yang sebelumnya dalam “kegelapan”, akhirnya dapat mengejar ketertinggalan mereka dan menjadi pusat peradaban baru.
Ditambah lagi, saat ini terjadi perubahan yang sangat serius yaitu muncul rasa takut yang tidak beralasan di Barat terhadap Islam yang dianggapnya sebagai musuh atau bahaya baru yang mengancam peradaban dunia setelah lemahnya ideologi komunisme dengan bubarnya Uni Soviet. Selain tantangan yang berasal dari luar, ada juga tantangan dari dalam yang bermacam-macam. Di antaranya, tersebarnya fenomena terorisme di dunia Islam, walaupun ia dianggap sebagai fenomena universal dan adanya gambaran pemahaman yang salah tentang Islam dan penafsiran-penafsiran yang salah tentang ajaran-ajaran Islam.
Jika membahas mengenai bagaimana kondisi umat Islam saat ini, khususnya dalam hal moralitas, maka akan ditemukan satu kenyataan yang rasanya tidak cukup memuaskan. Saat ini, umat Islam sudah terlalu terlena dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang semakin banyaknya dan pada akhirnya menjauhkan mereka dari nilai-nilai keislaman yang sebenarnya. Di lain pihak, golongan umat yang lebih sedikit mengenyam pendidikan justru menjadi fanatis terhadap Islam dan kemudian melakukan tindakan-tindakan yang menjurus pada radikalisme. Dari kondisi ini, dapat terlihat bahwa umat Islam Indonesia masih terjebak dalam suatu ketersesatan karena tidak sanggup menunjukkan nilai-nilai keislamannya meskipun sudah mengakui Islam sebagai agamanya. Bisa dilihat dari bagaimana maraknya kasus-kasus besar yang telah menjangkiti para pemimpin bangsa saat ini. Mulai dari kasus korupsi yang sangat marak, kerusuhan-kerusuhan atas dalih agama, dan lain-lain. Semua ini bisa terjadi karena masih kurangnya pemahaman akan moralitas yang benar tentang agama Islam oleh sebagian besar umat Islam. Dengan kata lain, penanaman benih-benih keislaman umat melalui pendidikan tidaklah cukup berhasil dalam prakteknya.
Penanaman benih-benih Islam dalam umat tidak harus dilakukan dalam sekolah-sekolah yang berbasiskan Islam saja, namun juga di sekolah-sekolah umum. Permasalahannya ialah kurangnya kesadaran untuk menjalani kehidupan bernegara yang sekaligus beragama. Konsep negara pada dasarnya adalah konsep yang dibawa dari Barat, yang sebelumnya masih sangat asing bagi orang-orang Indonesia. Oleh karena itu, konsep negara ini harus bisa diselaraskan dengan Islam sebagai tempat bernaung umat sebelum konsep negara itu dapat diterima oleh setiap muslim Indonesia. Bisa dilihat dari contoh yang terjadi pada kasus Ahmadiyah beberapa waktu lalu, di mana terjadi penyerangan dan perusakan terhadap penganut Ahmadiyah dan juga fasilitas-fasilitas umum lainnya. Pada dasarnya, masalah ini bisa diselesaikan oleh negara melalui jalan hukum, namun masyarakat justru mengambil tindakan terlebih dahulu untuk membereskan masalah ini dengan jalan kekerasan. Meskipun begitu, lambatnya pemerintah untuk mengatasi masalah ini juga menjadi bukti bagaimana ketidaksigapan mereka dalam mengatasi masalah penistaan agama.
Berbagai macam permasalahan negara dan umat tersebut menjadi sesuatu yang sangat disayangkan dan disesalkan, karena dapat dilihat bagaimana moral umat saat ini sudah demikian jatuh. Kalaupun menunjukkan kemajuan, sayangnya itu hanya berlaku untuk segolongan umat saja, apalagi dalam dunia politik. Padahal, para pemimpin dan penggerak umat pada masa-masa menuju kemerdekaan sanggup menggerakkan dan membangkitkan umat Islam Indonesia untuk satu tujuan yang mulia (kemerdekaan Indonesia).
Umat Islam Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk maju kedepannya. Selain karena jumlah umat yang besar, umat Islam di Indonesia relatif tidak terlalu mengalami pergolakan-pergolakan yang saat ini tengah melanda Timur Tengah. Selain itu, SDA yang dimiliki sangat banyak dan seharusnya umat bisa menguasai itu dibandingkan orang-orang Barat yang notabenenya adalah orang asing. Umat Islam sejauh ini sudah memiliki peranan yang besar dalam kehidupan bernegara di Indonesia, namun masih kurang mampu untuk menselaraskannya dengan kehidupan beragama. Karena itu, peningkatan moralitas umat Islam Indonesia harus digencarkan kembali melalui pembaharuan-pembaharuan yang sifatnya tidak bertentangan dengan dasar-dasar Islam dan di lain pihak juga dapat membentuk karakter Bangsa Indonesia yang mayoritas adalah muslim ini.
Fakta, umat Islam di masa sekarang berada pada salah satu masa terburuknya sejak cahaya Islam muncul di Makkah dan benderang di Madinah. Keadaan umat Islam sekarang lebih buruk daripada masa-masa suram ketika bangsa Mongol menghancurkan Baghdad, membunuh khalifah dan menjadikan jalanan Baghdad basah oleh darah umat Islam. Masa itu memang merupakan masa yang sangat suram bagi umat Islam, namun kondisi umat Islam sekarang lebih buruk dari masa tersebut.
Saat itu, Baghdad menjadi lautan darah. Saat ini, bukan cuma Baghdad yang bermandikan darah dan porak-poranda, tapi juga Bashrah, Yerusalem, Ghaza, Kabul, Islamabad, Kashmir dan kota-kota Islam lainnya. Saat itu, khalifah terbunuh oleh pasukan Mongol. Sekarang, umat Islam telah hidup puluhan tahun tanpa khalifah, tanpa imam bagi seluruh umat Islam, padahal semua ulama bersepakat bahwa mengangkat seorang imam atau khalifah bagi seluruh umat Islam merupakan kewajiban yang dibebankan di setiap pundak umat Islam.
Fitnah terbesar umat Islam di masa ini adalah ketika sebagian besar umat Islam tidak menyadari kondisi mereka sebenar-benarnya. Mereka sekarang tak peduli lagi dengan Islam dan peradabannya dan lebih mengagungkan peradaban barat yang sekuler bahkan anti tuhan. Mereka menganggap Islam sama dengan agama-agama lain, hanya mengatur aspek-aspek spiritual saja, dan tak punya aturan dalam kehidupan masyarakat, tak punya tuntunan dalam bidang sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, politik dan pemerintahan. Umat Islam sekarang senang mendengar ceramah dan khutbah yang menganjurkan sedekah dan sabar, namun ‘sakit telinga’ ketika mendengar da’i yang menyerukan penerapan Islam secara kaffah.
Umat Islam sekarang dengan ‘senang hati’ terlibat dalam aktivitas riba bunga bank, muamalah batil ala asuransi, pakaian setengah telanjang dan pergaulan bebas, sebaliknya mereka ‘anti dan alergi’ terhadap celana cingkrang, wajah yang jenggotan, muslimah yang berjilbab (baju kurung) dan berkerudung menutupi seluruh auratnya, mirip teroris kata mereka.
Lihatlah umat Islam sekarang ini. Perzinaan merajalela, judi menjadi-jadi, minum khamr jadi kegemaran, suap-menyuap hal biasa, malah yang taat kepada Allah dianggap hina. Saksikanlah, seorang artis yang telah melakukan zina tetap dipuja-puja bahkan didukung oleh masyarakat banyak, terutama kalangan remaja dan para artis, mereka meminta artis tersebut dibebaskan dari ancaman hukuman dan dipulihkan nama baiknya. Saksikanlah juga artis wanita pasangan zinanya, baik yang sudah punya suami dan yang belum, mereka hanya menjadi saksi atas kejahatan yang mereka lakukan dan mereka akui sendiri. Bandingkanlah dengan yang terjadi pada seorang ustadz yang ditinggalkan jamaah pengajiannya dan dikecam dimana-mana hanya karena ustadz tersebut menikah lagi secara syar’i. Bandingkanlah wahai orang-orang yang berakal!
Ingatlah wahai seluruh umat Islam, jika standar hidup diserahkan pada manusia, maka kekacauan yang akan terjadi. Jika tolok ukur benar-salah tergantung hawa nafsu, maka kezaliman yang akan merajalela. Hanya Islamlah solusi bagi semua permasalahan umat ini. Mari kembali kepada Islam, secara kaffah, jangan setengah- setengah.
Mari kita sama-sama renungi ayat-ayat al-Qur’an berikut ini:

Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al- A’raf: 96)
Ayat ini menunjukkan dua akibat berbeda, berkah dari langit dan bumi jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa serta siksa jika penduduk negeri- negeri mendustakan ayat- ayat Allah ta’ala. Semoga kita termasuk orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Artinya: “Dan peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan- Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah ‘azza wa jalla akan menimpakan siksaan bagi umat manusia secara umum, baik terhadap orang-orang yang zalim maupun terhadap yang taat. Kondisi ini terjadi ketika kemaksiatan telah nampak nyata dan kemungkaran telah merajalela serta tidak ada upaya yang cukup untuk melakukan perubahan terhadap kemaksiatan dan kemungkaran tersebut oleh orang-orang yang taat. Semoga ancaman ayat ini tidak menimpa kita, na’udzubillah min dzalik.

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Kata al-fasad menunjukkan kerusakan secara umum, baik kerusakan alam, moral, kerusakan di bidang sosial, budaya, pendidikan, ekonomi dan politik. Kerusakan- kerusakan tersebut menurut ayat ini disebabkan oleh kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia.
Saudaraku sesama muslim, jika Anda ingin mengecek kebenaran syarah (penjelasan) saya terhadap ayat-ayat di atas, silakan cek di kitab-kitab tafsir mu’tabar. Ayat-ayat diatas merupakan peringatan Allah yang sangat jelas kepada kita semua, agar kita tak coba-coba untuk bermaksiat kepada-Nya dan menentang perintah-Nya. Allah telah menyiapkan azab di dunia dan di akhirat bagi ahli maksiat yang senang berlumur dosa dan para penentang ayat-ayat-Nya. Hanya kepada-Nya kita bermohon keselamatan dan perlindungan dari azab dunia dan azab yang sangat pedih di akhirat.


C. Penyebab Kemunduran Peradaban Islam
Islam sebagai suatu sistem peradaban merupakan sistem budaya, oleh karena itu bersifat simbolik, sebagai model untuk realitas. Dalam agama, konsepsi manusia mengenai realitas tidak didasarkan pada pengetahuan tetapi pada keyakinan yang berbeda antara agama yang satu dengan agama yang lain. Dalam agama monotheistik, otoritas ini adalah Tuhan dengan semua wahyu yang diturunnkan oleh-Nya. Konsep-konsep untuk realita akan mengalami suatu perubahan yang paralel. Wahyu al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw merupakan kebenaran akhir, yang valid untuk segala waktu, semua agama dan seluruh kemanusiaan. Dalam intepretasi ini, agama Islam tidak dapat diubah dan tidak dapat disesuaikan dengan realitas apapun, karena agama Islam merupakan agama terakhir yang di turunkan kepada Nabi terakhir.
Ketika kita telah mengetahui bagaimana peradaban Islam zaman dahulu pada masa kejayaan, dimana para pemimpin masih sangat kuat dalam memperjuangkan serta menyebarkan Islam hingga akhir hayatnya, tentu terlihat perbedaan yang sangat kontras bila dibandingkan dengan peradaban Islam sekarang. Dari abad ke abad terjadi penurunan peradaban Islam dimulai dari abad ke-14, Islam sebagai sebuah imperium mengalami kemunduran dibidang militer, politik, budaya, sebuah kondisi dan kecenderungan yang tidak berubah hinga saat ini. Pendapat Wakil Ketua MPR RI 2012, Hajriyanto Y. Thohari yang dipetik dari portal Republika, mengatakan bahwa terdapat 2 alasan yang menjadi faktor menurunnya peradaban Islam.
a. Pertama, umat Islam punya kecenderungan meninggalkan budaya-budaya lama yang Islami di tengah arus modernisasi dan globalisasi. Pasalnya, beberapa budaya Islam dianggap tidak relevan dan rasional.
b. Kedua, budaya Islam di Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya barat yang lebih modern dan kosmopolitan sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Selain disebabkan kedua hal tersebut, semakin hari benteng pertahanan umat Islam semakin berkurang, banyak masyarakat yang beragama Islam namun tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya, bahkan melanggar pada ajaran Islam. Hampir sebagian besar umat Islam larut dalam arus modernisasi dan globalisasi yang di antaranya tidak memiliki pondasi agama yang kuat, sehingga lebih mudah dipengaruhi hal negatif ketimbang hal positif. Kemudian dari berbagai hal tersebut jarang sekali ada orang yang ingin memperbaikinya, sehingga peradaban Islam kurang berkembang dengan baik sekarang.


BAB IV
PENUTUP


A. Simpulan
Kesuksesan Rasulullah saw dalam membangun peradaban Islam yang tiada taranya dalam sejarah dicapai dalam kurun waktu 23 tahun. Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi, di mana Nabi Muhammad saw telah berhasil memegang kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia, dan Mesir. Nabi Muhammad saw merupakan pemimpin yang sangat luar biasa, beliau membangun peradaban Islam hingga puncak kesuksesannya hanya dalam kurun waktu yang terbilang singkat.
Peradaban Islam sangat mempengaruhi peradaban dunia karena kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Tak banyak yang mengetahui bahwa Islam menciptakan peradaban yang gemilang dengan menciptakan karya-karya teknologi yang mempengaruhi kehidupan dunia sampai saat ini. Salah satu ilmuan Eropa melukiskan perkembangan peradaban Islam sebagai suatu ledakan yang mengguncangkan seluruh dunia.
Banyak penemuan-penemuan oleh ilmuan Islam menciptakan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berpengaruh bagi dunia. Hasil karya ilmuan-ilmuan Islam bisa kita rasakan sampai saat ini, meskipun dalam hal ini ilmuan-ilmuan Eropa yang mengembangkan hasil karya ilmuan Islam.
Dunia pengetahuan dan teknologi mengalami zaman keemasan dengan bermunculannya ilmuan-ilmuan Muslim yang sampai sekarang penemuannya masih digunakan dan menjadi rujukan sebagai dasar dari perkembangan pengetahuan modern, tapi mungkin karena kurangnya publisitas dan banyaknya peristiwa sejarah yangmenjadikan nama-nama mereka kurang dikenal bahkan dikalangann para umat Muslim itu sendiri.
Berawal pada abad ke-14, Islam sebagai sebuah imperium mengalami kemunduran pada bidang militer, politik, budaya, sebuah kondisi dan kecenderungan yang tidak berubah hinga saat ini. Bidang teknologi, prosedur pendidikan, dan strategi politik yang dikembangkan Barat menjadi kekuatan-kekuatan sosial dan budaya baru yang progresif dan menjadi asing bagi Islam yang semakin kurang dinamis dalam karakter, bentuk, dan tujuan. Berbagai penurunan terjadi dari berbagai segi, termasuk norma. Arus modernisasi dan globalisasi yang masuk diterima oleh kebanyakan umat tanpa disaring terlebih dahulu baik dan buruknya. Pondasi kehidupan setiap orang yang berpegang pada agama Islam tidak kokoh sehingga menjadi salah satu penyebab menurunnya peradaban Islam yang berkualitas seperti pada masa-masa sebelumnya.


B. Saran
Peradaban Islam yang kini kian menurun perlu segera dibenahi. Perubahan ini tidak hanya dilakukan esok atau bagi orang lain saja, namun kesadaran diri sendiri. Kita dapat memulainya dari detik ini dan bisa dari hal terkecil. Sebagai umat kita perlu saling mengingatkan sesama dan yang paling penting adalah menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup.
Umat Islam perlu menyelaraskan modernisasi dan globalisasi dengan kehidupan beragama. Oleh karena itu, peningkatan moralitas umat Islam Indonesia harus digencarkan kembali melalui pembaharuan-pembaharuan yang sifatnya tidak bertentangan dengan dasar-dasar Islam serta perlu membentuk karakter umat Muslim saat ini. Budaya Islam terutama di Indonesia yang banyak dipengaruhi oleh budaya barat yang lebih modern dan kosmopolitan sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tetap dapat diterima namun kita dapat berupaya menyaring segala hal yang baik dan buruk sesuai dengan ajaran Islam sehingga kehidupan kita dapat seimbang.

Salah satu upaya lain yang dapat kita lakukan khususnya sebagai pendidik adalah menanam benih karakter Islami yang matang kepada anak didik. Segala hal yang didapat oleh anak pada masa golden ageakan menjadi pondasi bagi kehidupan masa depannya. Oleh karena itu, sebagai pendidik harus mampu memaksimalkan masa tersebut untuk membentuk karakter anak sebaik mungkin agar mereka tumbuh menjadi generasi yang berakhlak dan mampu menjadi umat Muslim yang kokoh.
Sourche: http://hanahafifah.blogspot.co.id/



Baca Artikel Terkait: