-->

Minggu, 29 Januari 2023


1. Wasiat Abu Bakar sebelum wafat
Saat Abu Bakar merasa ajalnya semakin dekat, dia memanggil putrinya AisyahRadhiyallahu ‘Anha dan menyampaikan wasiat kepadanya, “Wahai putriku, sesungguhnya kita diangkat menjadi pemimpin kaum muslimin, kita tidak mengambil dinar ataupun dirham, akan tetapi kita makan dari tumbukan makanan mereka, kita mengenakan sesuatu yang kasar dari pakaian mereka, tidak tersisa pada kita sedikitpun dari harta kaum muslimin selain seorang budak Habsyi, unta pembawa air, dan sehelai kain beludru yan telah usang. Jika saya meninggal nanti berikanlah semua itu kepada Umar.

Lihat juga unta yang biasa kita perah susunya untuk kita minum, mangkuk tempat kita meletakkan lauk, dan kain beludru yang biasa kita kenakan, semua itu telah kita ambil manfaatnya saat kita menjadi pemimpin kaum muslimin. Jika aku meninggal serakan semua itu pada Umar.”

2. Wafatnya Abu Bakar dan wasiatnya tentang warisannya

Sakit Abu Bakar, menurut penuturan putrinya Aisyah, bermulai saat dia mandi pada hari senin tanggal Jumadits Tsaniah saat cuaca sangat dingin. Dia lalu jatuh demam selam 15 hari sampai tidak bisa keluar untuk mengimami shalat berjamaah di masjid. Dalam jangka waktu itu dia menyuruh Umar untuk menggantikannya. Kian hari demamnya kian parah. Orang-orang pun berdatangan menjenguknya. Utsman merupakan orang yang paling banyak menemani Abu Bakar selama dia sakit.

Kemudian Abu Bakar berwasiat atas seperlima hartanya. Dia berkata, “Aku mengambil bagian dari hartaku sebanyak bagian yang telah Allah tetapkan dari harta kaum muslimin untuk digunakan di jalan Allah. Aku lebih suka mewasiatkan seperlima harta dari pada seperempatnya, dan mewasiatkan seperempat harta lebih aku sukai daripada sepertiganya, karena sepertiga tidak menyisakan apa-apa.”

Dalam setiap doanya, Abu Bakar selalu mengucapkan, “Ya Allah, jadikanlah saat terbaik dari usiaku pada penghujungnya, bagian terbaik dari amalku yang paling akhir, dan yang terbaik dari hari-hariku adalah hari di saat hamba menghadapimu.”

Saat sakitnya semakin parah, putrinya Aisyah datang menjenguk. Waktu itu Abu Bakar sedang berjuang menghadapi sakaratul maut. Aisyah pun mengungkapkan situasi itu dengan melantunkan sebait syair. Mendengar itu Abu Bakar langsung membuka matanya dan berkata, “Bukan begitu, akan tetapi hendaknya engkau mengucapkan, “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kamu hindari.” (QS. Qaf [50]: 19)

Lalu Abu Bakar bertanya pada sang putri, “Berapa lembar kain yang engkau gunakan untuk mengkafani Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam?” Jawab Aisyah, “Tiga helai kain putih, tanpa gamis dan tanpa penutup kepala.” Lalu Abu Bakar bertanya lagi, “Pada hari Rasulullah wafat?” Jawab Aisyah, “Hari Senin.” Abu Bakar bertanya, “Hari apa sekarang?” Aisyah menjawab, “Hari Senin.” Abu Bakar berkata, “Saya kira saya akan meninggal di rentang waktu dari sekarang sampain nanti malam.” Lalu mata Abu Bakar tertumbuk pada kain putih yang biasa digunakan untuk menyelimutinya. Ada bekas minyak za’faran di sana. Dia pun menyuruh Aisyah untuk mencucinya untuk digunakan sebagai salah satu kain kafan, tinggal menambahkan dua helai kain lagi. Aisyah berkata, “Tapi kain ini telah usang.” Jawab Abu Bakar, “Orang yang masih hidup lebih berhak atas pakaian baru daripada orang mati. Sejatinya kain itu akan habis dimakan ulat.” Akhirnya Abu Bakar pun menghadap Tuhannya pada sore hari Selasa, kemudian dimakamkan pagi hari berikutnya.

Abu Bakar sempat berwasiat agar jasadnya dimandikan oleh Asma’ binti Umais dibantu oleh Abdurrahman bin Abu Bakar, dan agar dia dikuburkan disamping RasulullahShallallahu Alahi wa Sallam.

3. Pengurusan jenazah Abu Bakar
Jasad Abu Bakar dimandikan dan dikafani sesuai dengan wasiat yang disampaikannya menjelang wafat. Kemudian dia dishalatkan oleh kaum muslimin diimami oleh Umar. Jasadnya diletakkan di antara makam dan mimbar Rasulullah. Setelah itu digalilah tanah di sebelah makam Rasulullah. Kepalanya kira-kira sejajar dengan pundak Rasulullah. Lubang lahatnya menempel pada makam Rasulullah. Yang ikut turun ke dalam liang kuburnya adalah Umar bin Khaththab, Thalhah, Utsman, dan Abdurrahman bin Abu Bakar. Kemudian kuburan itu pun ditimbun kembali dengan tanah, Bersamaan dengan itu terjadi gempa di Mekah.

Abu Quhafah bertanya, “Ada apa ini?” Dijawab, “Anakmu meninggal dunia.” Abu Quhafah berkata, “Sungguh merupakan musibah besar. Siapa yang menggantikannya?” Dijawab, “Umar.” Abu Quhafah berkata, “Dia adalah sahabatnya.”

4. Usia Abu Bakar dan periode kekhalifahannya
Masa kekhalifahan Abu Bakar sekitar dua tahun tiga bulan beberapa hari. Menurut riwayat yang disepakati, dia meninggal dunia pada usia 63 tahun.

5. Istri Abu Bakar dan Anak-anaknya
Abu Bakar sempat menikah dengan empat orang istri, yaitu Qutailah binti Abdul Uzza, Ummu Ruman binti Amir, Asma’ binti Umais, dan Habibah binti Kharijah.

Abu Bakar dikaruniai enam orang anak, tiga putra dan tiga putri. Yang putra bernama Abdullah, Abdurrahman, dan Muhammad, sementara yang putri adalah Aisyah ummul mukminin, Asma’ si pemilik dua ikat pinggang, dan Ummu Kultsum yang terlahir beberapa saat setelah Abu Bakar wafat.

Itulah Abu Bakar, bagaimanapun para penulis menuliskan, para pemuji memuji, para khatib membicarakan, dan orang-orang menyebarkan tentang keutamaan dan kedudukannya, mereka tidak akan merubah kedudukannya di sisi Allah, melainkan mereka tengah mengangkat kedudukan mereka sendiri. Yaitu ketika mereka memposisikan diri sebagai orang yang pantas membicarakan tokoh yang mulia ini, manusia terhormat, dan khalifah yang seolah-olah diturunkan dari langit.

S e l e s a i  . . .

Artikel http://www.SahabatNabi.com




Baca Artikel Terkait: