-->

Minggu, 24 Mei 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Rasionalisme dan empiris merupakan aliran filsafat yang brbeda pandangan terhadap ilmu pengetahuan. Letak perbedaan itu pada sumber dari ilmu pengetahuan. Menurut kaum rasionalis misalnya oleh Rene Descartes menyatkan sumber dari ilmu pengetahuan yang mencukupi dan dapat di percaya adalah rasio (akal). Akal juga dapat menurunkan beberapa dasar atau asas-asas pengetahun yang pasti.[1] Sedangkan menurut kaum empiris misalnya jhon locke menyatakan sumber berdari ilmu pengetahuan adalah pengalaman. Pengalaman yang menjadi sumber pengetahuan baik pengalaman batin maupun pengalaman lahir. Akal bukan menjadi sunmber pengetahuan akan tetapi menjadi pengolah kepada informasi yang di peroleh dari pengalaman.
Terdapat pertentangan hebat antara kaum rasional dan empiris. Masing –masing ingin menang sendiri, rasionalism meragukan semua pandangan empirisme dan begitu juga sebaliknya empirisme memendang rasionalisme penuh dengan subjektifitas dan sangat personalistik.[2] Oleh karena itu muncul filosof yang ingin mendamaikan keduanya, dia brnama Immanuel kant. Immanuel kant dengan pandangan kritsnya mencoba mendudukan dn antara rasio dan iman (pengalaman) pada posisi masing-masing pandanan kant di sebut kritisme
Filsafat kritisme memulai pelajaran nya dengan menyelidiki batas-batas rasio sebagai sumber pengetahuan. Pada mulanya kant berpaham rasionalisme, kemudian kant setuju dangan kata hatinya dan mengikuti hume yang berpandangan empirisme. Tetapi ken tidak serta menerim empirisme begitu saja karena empirise dapat mendatangkan keaguan terhdap budi. [3]
Dari penjelasan di atas dapat di interpertasi bahwa imanuel kant mencoba membut suatu sintesa baru bag sumber pengetahuan dan mencoba mencari titik temu antara aliran rasionalisme dan empirisme. Kant juga mengatakan bahwa pengenalan manusia merupakan sintesis antara unsur-unsur a riori dan aposteriori. Makalah ini di tulis untuk memahami dan menganalisis pandanan kritisme imanuel kant


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di rumuskan beberpa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana geografi Immanuel kant?
2.      Bagaimana pandanan kritisme immanuel kant?
C.    Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusanmasalah di atas maka tujuan maslah dalam makalah ini adalah
1.      Untuk mengetahu biografi Immanuel kant.
2.      Untuk mngetahui pandangan kritisme imanuel kant.





BAB II
    PEMBAHASAN
A.    Biografi Imanuel Kant
Immanuel kant lahir di konigserg, prusia timur, jerman. Ia lahir di kalangan kelurga yang miskin,tetapi sangat saleh dan mulia.kant sekolah di teologia dan sangat menyenangi kajian-kajian alam dan astrologi termasuk juga kajian filsafat.setelah berhasil meraih dua gelar akademis,ia mulai menyibukan diri mengajar di unifersitas sebagai dosenluar biasa (1755 M).kant melakukan itu semua 14 tahun, sebelum akhirnya menjadi professor(guru besar) bidang logika.[4]
Immanuel kant juga merupakan filsufbesar jerman. Pikiran dan tulisan nya sangat penting dan membawa refolusi besar jauh jangkauannya dalam filsafat modern. Immanuel kat terpenaruh dengan pandangan pietisme dari ibu nya tetapi kant hidup pada masa scepticism serta membaca karangan voltari dan hume. Akibat dari itu kant memiliki problem: what cant we know (apa yng dapat kita ketahui), what is nature and what are the limits of human knowledge (apakah alam ini dan apakah bates bates ini pengetahuan manusia itu ).sebagian besar dari hidup Immanuel kant ia gunakan untuk mempelajari logical prosess of though (proses penalaran logis), the external word (dunia eksternal) dan the reality of things (realitas segala yang wujud). [5]
            Kant juga di pandang mampu menciptakan suatu pola filsafat yang di anggap palig mengagumkan dalam filsafat modern. Ada 3 buku besarnya yang menjadi penompang terhadap kesuksesannya ini, yaitu:
Kritik akal murni (critique of pure reason) kritik akal praktis (critique of practical reason) dan kritik hukum (critique of judgement).
B.     Filsafat Kritisme Immanuel Kant
            Immanuel kant telah melakukan usaha untuk mejembatani pandangan yang saling bertentangan antara rasionalisme dan emprisme. Kekurangan dari kedua aliran tersebut hendak di ganti dengan pandangan yang memberikan keleluasan bagi adanya bahan-bahan yang bersifat pengalaman indrawi dan juga bagi adanya subjek yang mengetahui yang secara aktif mengelola pengalaman inderawi tersebut.
           Seperti yang di jelaskan di atas bahwa terjadi perdebatan yang hebat antara rasionalisme dan emperisme. Rasionalisme berpendapat sumber pengetahuan adalah akal (rasio), empirisme memberikan peranan yang sangat besar kepada pikiran manusia dan memberikan titik besar dan pengutamaan pada penalihatan akal dan penjabaran yang logis artinya indra sangat menentukan. Sedangkan empirisme secara berat memberikan titik besar pada pengalaman indrawi yang bersifat langsung.[6]
           Immanuel kant tidak menentang akan adanya akal murni. Ia hanya menunjukan bahwa akal murni itu terbatas. Akal mrni menghasilkan pengetahuan indrawi tidak dapat menjangkau hakikat objek, tidak sampai pada kebenaran umum, adapun kebenaran umum, adapun kebenaran umum harus bebas dari pengalaman artinya harus jelas dan pasti dengan sendirinya.pandangan kant di atas di sebut dengan kritisme.
Ciri utama ari rutisme kant adalah:
1.      Menganggap objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan objek.
2.      Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas hakikat sesuatu, rasio hanya mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
3.      Menjelaskan bahwa pengenalan manusia pada sesuatu diperoleh atas peranan unsur anaximenes priori yang berasal dari rasio serta ruang dan waktu dan peranan unsur Aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.
  Pada ciri yang pertama kepada objek berdasarkan kepadasubjeknya  Ada tiga tahap dalam pengenalan yaitu: pertama, pengenalan pada taraf indra. Pengenalan sebagai sintesis dari unsur-unsur apriori dan aposteriori yang masing-masing memainkan peranan sebagai bentuk (apriori) dan materi (aposteriori). Kedua, pengenalan pada taraf akal. Immanuel kant membedakan akal (verstand) dengan rasio dan budi (vernuft). Tugas akal mengatur data-data indrawi dengan mengemukakan putusan-putusan. Ketiga, pengenalan pada taraf rasio. Tugas rasio adalah memberikan argumen-argumen bagi putusan-putusan yang telah dibuat oleh akal.
Melalui ciri-ciri tersebut dapat dipahami kritisme merupakan sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur filsafat rasionalisme dan emprisme dalam suatu hubungan yang seimbang, yang satu tidak terpisahkan dengan yang lain. Artinya antara pengetahuan indrawi dengan harus bersama-sama digunakan tidak dipisahkan. Hal ini pengeuwatkan kant dalam mengetahi peranan akal dan keharusan empiri. Walaupun semua pengetahuan  bersumber pada akal, tetapi adanya pengertian timbul dari benda (empirisme ). [7]
Kritisme kant juga berpandangan bahwa pengetahuan itu seharusnya sintetis apriori, yang dimaksud dengan pengetahuan sintesis apriori adalah pengetahuan yang bersumber dari rasio dan empiri sekaligus bersifat apriori dan aposteriori disini akal budi dan pengalaman dibutuhkan serentak. Disini juga menegaskan bahwa pandangan kant memberikan penjelasan bahwa pengetahuan dari akal merupakan sitesis dari data indrawi dansumbangan dari kategori-kategori.
Kant telah berhasil mengharmonisasi hubungan antara rasio dan pengalaman sehingga pengetahuaan yang benar bukan dari apriorinya saja tetapi juga aposteriori, bukan hanya rasio melainkan juga pada hasil indrawi. Kant juga menyatakan adanya pengetahuan yang benar-benar ‘pasti’ artinya menolak aliran sekeptisisme yang menyatakan tidak ada pengetahuan yang pasti. Kebenran menurut ilmu pengetahuan menurut kant harus memiliki kapastian sehingga rasionalnya benar, disamping menuntut bahwa ilmu pengetahuan harus maju dan berkembang didasari kenyataan-kenyataan yang berkembang oleh karena dia setuju dengan pendapat empirisme, ilmu pengetahuan harus berdasarkan dua hal,yaitu bahan yang didapat dari luar yang disebut ding an Sich dan pengolahan sintesis dari diri sendiri ding fuer mich.[8]
C.    Ontologi Kritisme Imanuel Kant
       Ontology berasal dari dua suku kata Ontos dan logos. Ontos adalah yang berwujud dan logos artinya ilmu. Jadi ontologi adalah ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada.[9] Ontology membahas tentang segala yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya jadi yang menjadi landasan dalam tataran adalah apa objek yang ditelaah, bagaimana wujud yang hakiki dan dari o jek tersebut, bagaimanapun hubungan objek tersebut dengan daya pikir dan penangkapan manusia.[10]
       Pada tahapan ini dibahas apa objek yang ditelaah, bagaimana wujud yang hakiki dari objek, hubungan objek dengan daya pikir dan penangkapan manusia menurut pandangan kritisme yang dalam makalah ini disebut ontology krtisisme Immanuel kant.
      Bersinggungnya pemikiran Immanuel kant dengan pemikiran hume da berhadapan dengan aliran sekeptisisme telah memberikan kontribusi terhadap apa yang menjadi problem kant.problem yang dihadpi kant terkait dengan what can wee know (apa yang dapat kita ketahui), what is nature and what are the limits of human knowledge (apakah alam ini dan apakah batas-batas pengetahuan manusia itu). Sebagian besar dari hidup Immanuel kant ia gunakan untuk mempelajari logical prosess of thought (proses penalaran logis), the external word (dunia external ) dan the reality of things (realitas segala yang wujud).
      Kant berpandangan bahwa idealisme yang akan dia bangun adalah idealisme transedental . idealisme kant ini bukan berarti yang biasa sebab dia menganggap keseluruhan realitas tidak bersifat rohaniah seperti pada Leibniz. Kant tidak mengajarkan bahwa segala pengetahuan hanya didapat diterangkan oleh ide-ide yang dibawa sejak lahir. Transedental kant merupakan suatu pemutaran pandangan kant. Kant tidak mempersalahkan bagaimana duduk perkaranya didunia dan benda-benda lain, kant lebih suka membahas bagaimana proses manusia bisamengenali dunia dan dari sini kant menelaah tentang kemungkinan pengetahuan.
     Lebih ditegaskan lagi Imanuel kant mengakui adanya wujud alam indrawi dan dianggapnya sebagai fenomena bagi entitas hakiki dibaliknya, karena itu, ia membedakan dua jenis wujud.
1.      Segala sesuatu yang tampak dilihat dihadapan kita (penampakan luar )atau fenomena.
2.      Segala sesuatu pada zatnya atau hakikat intinya (the think in its self) atau noumena
       Dua pembagian wujud kant ini artinya jika yang kita ketehui hanya fenomena luar dari setiap entitas itu yang mempunyai pengaruh pada kemampuan pengetahuan kita, maka sesunguhnya didalam setiap entitas itu terdapat suatunhkikikat nyata, dimna fenomena luar merupakan indikasinya, terdapat suatu hakikat nyata, dimna fenomena luar merupakan indikasinya, meskipun kita tidak mengklaim mempunyai pengetahuan tentangnya. Hakikat tersebut tidak mempengaruhi kemampuan pengetahuan kita dan kita tidak memiliki pengetahuan intuwitif tentangnya. Oleh karena itu kita membenarkan dan mempercayai eksistensi sebuah entitas dan kemudian berhenti pada titik ini. Maka yang kita klaim hanyalah apa yang tampak dihadapan kita saja, yaitu fenomena luar dari sebuah entitas.
     Kant berpendapat apa yang tidak dapat di temui atas dasar rasio teoritis harus diandaikan atas dasar rasio praktis, tetapi tentang kebebasan kehendak, imoralitas jiwa, dan adanya allah kita semua tidak mempunyai pengetahuan teoritis. Menerima ketiga postulap tMenerima ketiga postulap tersebut di namakan kant denga tersebut di namakan kant dengan glaube alias kepercayaan.


D.    Epistemologi Kritisisme Immanuel Kant
            Teori Immanuel kant tentang pengetahuan terangkum dalam pembagia pengetahuan atau pertimbangan rasional menjadi tiga kelompok.
1.      Matematika yaitu semua pengetahuan rasional dalam kelompok in adalah penilaian sintetik primer yang mendahului pengalaman indrawi, sebab ia membahas tentang subjek-subjek alam dalam jiwa manusia.
2.      ilmu pengetahuan, yaitu pengetahuan manusia tentang alam objektif yang tunduk kepada pengalaman indrawi, dalam hal ini kant memisahkan meteri dari bidang ini. Karena akal tidak mengetahui apapun tentang alam selain fenomena-fenomenanya.
3.      metafisik, kan berpendapat mustahil untuk sampai pada pengetahuan dalam meta fisik melalui akal teoritis dan bahwa usaha apapun untuk mendirikan pengetahuan metafisik di atas dasar filsafat adalah upaya yang sia-sia, tak memiliki nilai.
            Kesimpulan yang di tarik kant adalah: pertama, pertimbangan-pertimbangan sains matematis adalah sintesis perimer dan nilai mutlak. Kedua,pertimbangan yang berdasarkan pada pengalaman indra dalam ilmu pengetahuan adalah sinesis sekunder. Ketiga, subjek-subjek metafisika tidak dapat melibatkan pengetahuan rasional yang masuk akal, juga tidak dapat berdasarkan pertimbangan sintess primer dan tidak berdasarkan sintesis sekunder.
Kant di dalam kritik atas rasio murni menyatakan bahwa pengetahuan terbagi menjadi tiga bagian:
1.      Pengetahuan analitis: pengetahuan sudah termuat dalam subjek.
2.      Pengetahuan sentesis aposteorori: prediket di hubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrai.
3.      Pengetahuan sintesis apriori: akal budi dan pengalaman indrawi di butuhkan serentak, ilmu pasti, ilmu alam bersifat sintetis apriori.
            Pada tahapan ini juga menurut fuadfarid kritisisme Immanuel kant membagi etistemologi atau pengetahuan menjadi dua unsur, yakni: materi dan bentuk pengetahuan. Materi pengetahuan adalah sensasi-sensasi yang di pindahkan oleh indra kepada kita dari alam fenomena dari setiap entitas.bentuk pengetahuan adalahikatan-ikatan pemikiran yang memberikan otoritas bagi pembentukan sensasi-sensasi sekaligus membuat penilaian (hukum). Bahkan kant mengklasifikasi pengetahuan menjadi dua bagian:
1.      Berdasarkan apa yang oleh kant di sebut sebagai bentuk-bentuk (forms) yang ada di dalam akal, seperti ruang (locus) dan waktu (tempus) kedua bentuk ini membeeikan penciptaan sensasi-sensasi nya
2.      Berdasarkan makna-makna unifersal dalam akal yabg memberi kemungkinan kepada kita untuk memahami hasil-hasil pengetahuan itu adalah hukm-hukum keniscayaan.
            Berdasarkan pembagian pengetahuan kant diatas dapat diinterpertasi bahwa kant pengetahuan yang sebenarnya yang oleh kant sebut dengan matematis ilmu pengetahuan, dan matefisik berdasarkan bentuk-bentuk (form) dan berdasarkan makna-makna unifersal dalam akal untuk memahami hasil pengetahuan inderawi.
E.     Tinjauan Terhadap Kritisme Immanuel Kant.
           Kritisme Immanuel kant telah memberikamn sumbangan yang besar, berdasarkan pengelihatannya yang begitu jelas mengenai keadaan yang saling mempengaruhi diantara subjek pengetahuan dan objek pengetahuan ia telah memberikan pembetulan terhadap sikap berat sebelah yang dikemukakan oleh penganut rasionalisme dan empirisme sehingga dia membuka jalan bagi perkembangan filsafat dikemudian hari.
          Dalam kenyataan kritik atau tinjauan terhadap pandangan kritisisme Immanuel  kant bermunculan. Sebagian ahli tidak sepakat dan memandang terdapat kesalahan dalam kritisisme kant. Letak kesalahan itu pada: pertama, kritisisme kant yang menganggap sains-sains matematis adalah produk dari kebenaran-kebenaran matematis dan prinsipnya, dengan ini kant memunculkan prinsip-prinsip dan kebenaran matematika bebas dari kemungkinan salah dan kontradiksi, krena mereka diciptakan dalam jiwa dan berasaln darinya dan bukan dari orang luar sehingga orang lain mungkin curiga mereka salah atau bertentangan.
         Kedua, mengadopsi Doktrin kritisisme Kant tak pelak membawa kepada pada idealisme, sulitnys membuktikan realitas objektif berbagai persepsi indera, selain itu metode dalamrealitas objektif dengan hukum dengan hukum kausalitas oleh Kant kausalitas itu dinisbatkan kepada fenomena-fenomena empiris maka Kant tidak dapat melakukan apapun selain mengungkapkan persepsi indera serta fenomena-fenomena yang tampak padanya.
            Disamping kedua letak kesalahan Immanuel Kant di atas, tinjauan atas kritisme Immanuel Kant antara lain terdapat pada batasan-batasan pengetahuan manusia menurut Kant adalah pengalaman inderawi,sehingga kita tidak dapat mengetahui apa yang ada di balik pengalaman inderawi itu. Selain itu maksudnya unsur-unsur yang ruang dan waktu terhadap berbagai persepsi menjadi berbagai fenomona inderawi, terdapat juga prinsip rasional dan kategori pengetahuan terhadap fenomena-fenomena itu, kemudian ini menjadi persoalan ilmiah dan standard universal yang urgen, makna-makna ini tidak bersumber dari pengalaman, karena pengalaman inderawi tidak bersifat universal serta mengungkapkan keniscayaanya.
          Selain itu juga terdapat standard-standar rasional yang terpisah dari berbagai inderawi, namun standard ini tidak memiliki objek yang khusus yang dapat diterapkan, jiwa, alam dan noumena dalam entitas selama terpisah makna-makna dari entitas inderawi, maka usaha-usaha metafisik yang dilakukan untuk mendapatkanya menurut Kant tidak ada hasilnya.



BAB III
         PENUTUP
A.    Kesimpulan
Immanuel Kant dengan aliran kritisme telah memberikan dasar bagi pengembangan pengetahuan modern. Kritisme merupakn sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur filsafat rasionalisme dan emperisme dalam  suatu hubungan yang  seimbang, yang satu tidak  terpisahkan dengan yang lain.  Imanuel kant mengakui adanya wujud alam indrawi dan dianggapnya sebagai fenomena bagi entitas hakiki dibaliknya, karena itu, ia membedakan dua jenis wujud.
1.      Segala sesuatu yang tampak dilihat dihadapan kita (penampakan luar )atau fenomena.
2.      Segala sesuatu pada zatnya atau hakikat intinya (the think in its self) atau noumena
            Kritisme Immanuel kant telah memberikamn sumbangan yang besar, berdasarkan pengelihatannya yang begitu jelas mengenai keadaan yang saling mempengaruhi diantara subjek pengetahuan dan objek pengetahuan ia telah memberikan pembetulan terhadap sikap berat sebelah yang dikemukakan oleh penganut rasionalisme dan empirisme sehingga dia membuka jalan bagi perkembangan filsafat dikemudian hari.
B.     Saran
Makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi buku referensi, penulisan apalagi kata-kata yang tidak terurai dengan baik. Penulis mengharap kritikan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini




       

           








DAFTAR PUSTAKA

Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2005
Beni AAhmad Soebani, Filsafat Ilmu, Bandung; Pustaka Setia, 2009
Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid , Cara MUdah Belajar Filsafat, Jogjakarta:IRCiSod,  2012
Inu Kencana Syafi’I, Pengantar Filsafat, (Bandung:Refika Aditama, 2010
Juhaya S. Praja,  Aliran –aliran Filsafat dan Etika, Jakarta:Kencana Prenada, 2003
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar,  Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014
Poejawijadtna, Pembimbing kearah Filsafat, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Rizal Muntasyir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008
Sutarjdo A.  Wiramiharja, Pengantar Filsafat, Bandung;Refika Aditama, 2009
Muhammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimologi,  Aksiologi, dan  Logika Ilmu Pengetahuan,  (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 69



[1] Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 65
[2] Beni AAhmad Soebani, Filsafat Ilmu, (Bandung; Pustaka Setia, 2009), hlm. 96
[3] Poejawijadtna, Pembimbing kearah Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 207
[4] Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid , Cara MUdah Belajar Filsafat, ( Jogjakarta:IRCiSod,  2012),  hlm. 116
[5] Juhaya S. Praja,  Aliran –aliran Filsafat dan Etika, ( Jakarta:Kencana Prenada, 2003), hlm. 115
[6] Rizal Muntasyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 81
[7] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, ( Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 119
[8] Sutarjdo A.  Wiramiharja, Pengantar Filsafat, (Bandung;Refika Aditama, 2009),hlm. 74
[9] Muhammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimologi,  Aksiologi, dan  Logika Ilmu Pengetahuan,  (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 69
[10] Inu Kencana Syafi’I, Pengantar Filsafat, (Bandung:Refika Aditama, 2010), hlm. 9



Baca Artikel Terkait: