BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rasionalisme
dan empiris merupakan aliran filsafat yang brbeda pandangan terhadap ilmu
pengetahuan. Letak perbedaan itu pada sumber dari ilmu pengetahuan. Menurut
kaum rasionalis misalnya oleh Rene Descartes menyatkan sumber dari ilmu
pengetahuan yang mencukupi dan dapat di percaya adalah rasio (akal). Akal juga
dapat menurunkan beberapa dasar atau asas-asas pengetahun yang pasti.[1]
Sedangkan menurut kaum empiris misalnya jhon locke menyatakan sumber berdari
ilmu pengetahuan adalah pengalaman. Pengalaman yang menjadi sumber pengetahuan
baik pengalaman batin maupun pengalaman lahir. Akal bukan menjadi sunmber
pengetahuan akan tetapi menjadi pengolah kepada informasi yang di peroleh dari
pengalaman.
Terdapat
pertentangan hebat antara kaum rasional dan empiris. Masing –masing ingin
menang sendiri, rasionalism meragukan semua pandangan empirisme dan begitu juga
sebaliknya empirisme memendang rasionalisme penuh dengan subjektifitas dan
sangat personalistik.[2]
Oleh karena itu muncul filosof yang ingin mendamaikan keduanya, dia brnama
Immanuel kant. Immanuel kant dengan pandangan kritsnya mencoba mendudukan dn
antara rasio dan iman (pengalaman) pada posisi masing-masing pandanan kant di
sebut kritisme
Filsafat
kritisme memulai pelajaran nya dengan menyelidiki batas-batas rasio sebagai
sumber pengetahuan. Pada mulanya kant berpaham rasionalisme, kemudian kant
setuju dangan kata hatinya dan mengikuti hume yang berpandangan empirisme.
Tetapi ken tidak serta menerim empirisme begitu saja karena empirise dapat
mendatangkan keaguan terhdap budi. [3]
Dari
penjelasan di atas dapat di interpertasi bahwa imanuel kant mencoba membut
suatu sintesa baru bag sumber pengetahuan dan mencoba mencari titik temu antara
aliran rasionalisme dan empirisme. Kant juga mengatakan bahwa pengenalan
manusia merupakan sintesis antara unsur-unsur a riori dan aposteriori. Makalah
ini di tulis untuk memahami dan menganalisis pandanan kritisme imanuel kant
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas dapat di rumuskan beberpa rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana geografi
Immanuel kant?
2.
Bagaimana pandanan
kritisme immanuel kant?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan
rumusanmasalah di atas maka tujuan maslah dalam makalah ini adalah
1.
Untuk mengetahu
biografi Immanuel kant.
2.
Untuk mngetahui
pandangan kritisme imanuel kant.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imanuel Kant
Immanuel kant lahir di konigserg, prusia
timur, jerman. Ia lahir di kalangan kelurga yang miskin,tetapi sangat saleh dan
mulia.kant sekolah di teologia dan sangat menyenangi kajian-kajian alam dan
astrologi termasuk juga kajian filsafat.setelah berhasil meraih dua gelar
akademis,ia mulai menyibukan diri mengajar di unifersitas sebagai dosenluar
biasa (1755 M).kant melakukan itu semua 14 tahun, sebelum akhirnya menjadi
professor(guru besar) bidang logika.[4]
Immanuel kant juga merupakan filsufbesar
jerman. Pikiran dan tulisan nya sangat penting dan membawa refolusi besar jauh
jangkauannya dalam filsafat modern. Immanuel kat terpenaruh dengan pandangan
pietisme dari ibu nya tetapi kant hidup pada masa scepticism serta membaca karangan
voltari dan hume. Akibat dari itu kant memiliki problem: what cant we know (apa
yng dapat kita ketahui), what is nature and what are the limits of human
knowledge (apakah alam ini dan apakah bates bates ini pengetahuan manusia itu
).sebagian besar dari hidup Immanuel kant ia gunakan untuk mempelajari logical
prosess of though (proses penalaran logis), the external word (dunia eksternal)
dan the reality of things (realitas segala yang wujud). [5]
Kant juga di pandang mampu
menciptakan suatu pola filsafat yang di anggap palig mengagumkan dalam filsafat
modern. Ada 3 buku besarnya yang menjadi penompang terhadap kesuksesannya ini,
yaitu:
Kritik akal murni (critique of pure reason) kritik akal praktis (critique of practical reason)
dan kritik hukum (critique of judgement).
B. Filsafat Kritisme Immanuel
Kant
Immanuel kant telah melakukan usaha untuk mejembatani pandangan yang
saling bertentangan antara rasionalisme dan emprisme. Kekurangan dari kedua
aliran tersebut hendak di ganti dengan pandangan yang memberikan keleluasan
bagi adanya bahan-bahan yang bersifat pengalaman indrawi dan juga bagi adanya
subjek yang mengetahui yang secara aktif mengelola pengalaman inderawi
tersebut.
Seperti yang di jelaskan di atas
bahwa terjadi perdebatan yang hebat antara rasionalisme dan emperisme.
Rasionalisme berpendapat sumber pengetahuan adalah akal (rasio), empirisme
memberikan peranan yang sangat besar kepada pikiran manusia dan memberikan titik
besar dan pengutamaan pada penalihatan akal dan penjabaran yang logis artinya
indra sangat menentukan. Sedangkan empirisme secara berat memberikan titik
besar pada pengalaman indrawi yang bersifat langsung.[6]
Immanuel kant tidak menentang akan
adanya akal murni. Ia hanya menunjukan bahwa akal murni itu terbatas. Akal mrni
menghasilkan pengetahuan indrawi tidak dapat menjangkau hakikat objek, tidak
sampai pada kebenaran umum, adapun kebenaran umum, adapun kebenaran umum harus
bebas dari pengalaman artinya harus jelas dan pasti dengan sendirinya.pandangan
kant di atas di sebut dengan kritisme.
Ciri
utama ari rutisme kant adalah:
1.
Menganggap objek
pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan objek.
2.
Menegaskan keterbatasan
kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas hakikat sesuatu, rasio hanya
mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
3.
Menjelaskan bahwa
pengenalan manusia pada sesuatu diperoleh atas peranan unsur anaximenes priori
yang berasal dari rasio serta ruang dan waktu dan peranan unsur Aposteriori
yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.
Pada
ciri yang pertama kepada objek berdasarkan kepadasubjeknya Ada tiga tahap dalam pengenalan yaitu:
pertama, pengenalan pada taraf indra. Pengenalan sebagai sintesis dari
unsur-unsur apriori dan aposteriori yang masing-masing memainkan peranan
sebagai bentuk (apriori) dan materi (aposteriori). Kedua, pengenalan pada taraf
akal. Immanuel kant membedakan akal (verstand) dengan rasio dan budi (vernuft).
Tugas akal mengatur data-data indrawi dengan mengemukakan putusan-putusan.
Ketiga, pengenalan pada taraf rasio. Tugas rasio adalah memberikan
argumen-argumen bagi putusan-putusan yang telah dibuat oleh akal.
Melalui ciri-ciri tersebut dapat
dipahami kritisme merupakan sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk
mempersatukan kedua macam unsur filsafat rasionalisme dan emprisme dalam suatu
hubungan yang seimbang, yang satu tidak terpisahkan dengan yang lain. Artinya
antara pengetahuan indrawi dengan harus bersama-sama digunakan tidak
dipisahkan. Hal ini pengeuwatkan kant dalam mengetahi peranan akal dan
keharusan empiri. Walaupun semua pengetahuan
bersumber pada akal, tetapi adanya pengertian timbul dari benda
(empirisme ). [7]
Kritisme kant juga berpandangan bahwa
pengetahuan itu seharusnya sintetis apriori, yang dimaksud dengan pengetahuan
sintesis apriori adalah pengetahuan yang bersumber dari rasio dan empiri
sekaligus bersifat apriori dan aposteriori disini akal budi dan pengalaman
dibutuhkan serentak. Disini juga menegaskan bahwa pandangan kant memberikan
penjelasan bahwa pengetahuan dari akal merupakan sitesis dari data indrawi
dansumbangan dari kategori-kategori.
Kant telah berhasil mengharmonisasi
hubungan antara rasio dan pengalaman sehingga pengetahuaan yang benar bukan
dari apriorinya saja tetapi juga aposteriori, bukan hanya rasio melainkan juga
pada hasil indrawi. Kant juga menyatakan adanya pengetahuan yang benar-benar
‘pasti’ artinya menolak aliran sekeptisisme yang menyatakan tidak ada
pengetahuan yang pasti. Kebenran menurut ilmu pengetahuan menurut kant harus
memiliki kapastian sehingga rasionalnya benar, disamping menuntut bahwa ilmu
pengetahuan harus maju dan berkembang didasari kenyataan-kenyataan yang
berkembang oleh karena dia setuju dengan pendapat empirisme, ilmu pengetahuan
harus berdasarkan dua hal,yaitu bahan yang didapat dari luar yang disebut ding
an Sich dan pengolahan sintesis dari diri sendiri ding fuer mich.[8]
C. Ontologi Kritisme Imanuel
Kant
Ontology berasal dari dua suku kata Ontos dan logos. Ontos adalah yang
berwujud dan logos artinya ilmu. Jadi ontologi adalah ilmu atau teori tentang
wujud hakikat yang ada.[9]
Ontology membahas tentang segala yang ada secara universal, yaitu berusaha
mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam
semua bentuknya jadi yang menjadi landasan dalam tataran adalah apa objek yang
ditelaah, bagaimana wujud yang hakiki dan dari o jek tersebut, bagaimanapun
hubungan objek tersebut dengan daya pikir dan penangkapan manusia.[10]
Pada tahapan ini dibahas apa objek yang ditelaah, bagaimana wujud yang
hakiki dari objek, hubungan objek dengan daya pikir dan penangkapan manusia
menurut pandangan kritisme yang dalam makalah ini disebut ontology krtisisme
Immanuel kant.
Bersinggungnya pemikiran Immanuel kant dengan pemikiran hume da
berhadapan dengan aliran sekeptisisme telah memberikan kontribusi terhadap apa
yang menjadi problem kant.problem yang dihadpi kant terkait dengan what can wee
know (apa yang dapat kita ketahui), what is nature and what are the limits of
human knowledge (apakah alam ini dan apakah batas-batas pengetahuan manusia
itu). Sebagian besar dari hidup Immanuel kant ia gunakan untuk mempelajari
logical prosess of thought (proses penalaran logis), the external word (dunia
external ) dan the reality of things (realitas segala yang wujud).
Kant berpandangan bahwa idealisme yang akan dia bangun adalah idealisme
transedental . idealisme kant ini bukan berarti yang biasa sebab dia menganggap
keseluruhan realitas tidak bersifat rohaniah seperti pada Leibniz. Kant tidak
mengajarkan bahwa segala pengetahuan hanya didapat diterangkan oleh ide-ide
yang dibawa sejak lahir. Transedental kant merupakan suatu pemutaran pandangan
kant. Kant tidak mempersalahkan bagaimana duduk perkaranya didunia dan
benda-benda lain, kant lebih suka membahas bagaimana proses manusia
bisamengenali dunia dan dari sini kant menelaah tentang kemungkinan
pengetahuan.
Lebih ditegaskan lagi Imanuel kant mengakui adanya wujud alam indrawi
dan dianggapnya sebagai fenomena bagi entitas hakiki dibaliknya, karena itu, ia
membedakan dua jenis wujud.
1.
Segala sesuatu yang
tampak dilihat dihadapan kita (penampakan luar )atau fenomena.
2.
Segala sesuatu pada
zatnya atau hakikat intinya (the think in its self) atau noumena
Dua pembagian wujud kant ini artinya
jika yang kita ketehui hanya fenomena luar dari setiap entitas itu yang mempunyai
pengaruh pada kemampuan pengetahuan kita, maka sesunguhnya didalam setiap
entitas itu terdapat suatunhkikikat nyata, dimna fenomena luar merupakan
indikasinya, terdapat suatu hakikat nyata, dimna fenomena luar merupakan
indikasinya, meskipun kita tidak mengklaim mempunyai pengetahuan tentangnya.
Hakikat tersebut tidak mempengaruhi kemampuan pengetahuan kita dan kita tidak
memiliki pengetahuan intuwitif tentangnya. Oleh karena itu kita membenarkan dan
mempercayai eksistensi sebuah entitas dan kemudian berhenti pada titik ini.
Maka yang kita klaim hanyalah apa yang tampak dihadapan kita saja, yaitu fenomena
luar dari sebuah entitas.
Kant berpendapat apa yang tidak dapat di
temui atas dasar rasio teoritis harus diandaikan atas dasar rasio praktis, tetapi
tentang kebebasan kehendak, imoralitas jiwa, dan adanya allah kita semua tidak
mempunyai pengetahuan teoritis. Menerima ketiga postulap tMenerima ketiga
postulap tersebut di namakan kant denga tersebut di namakan kant dengan glaube
alias kepercayaan.
D. Epistemologi Kritisisme
Immanuel Kant
Teori Immanuel kant
tentang pengetahuan terangkum dalam pembagia pengetahuan atau pertimbangan
rasional menjadi tiga kelompok.
1.
Matematika yaitu semua
pengetahuan rasional dalam kelompok in adalah penilaian sintetik primer yang
mendahului pengalaman indrawi, sebab ia membahas tentang subjek-subjek alam
dalam jiwa manusia.
2.
ilmu pengetahuan, yaitu
pengetahuan manusia tentang alam objektif yang tunduk kepada pengalaman
indrawi, dalam hal ini kant memisahkan meteri dari bidang ini. Karena akal
tidak mengetahui apapun tentang alam selain fenomena-fenomenanya.
3.
metafisik, kan berpendapat
mustahil untuk sampai pada pengetahuan dalam meta fisik melalui akal teoritis
dan bahwa usaha apapun untuk mendirikan pengetahuan metafisik di atas dasar
filsafat adalah upaya yang sia-sia, tak memiliki nilai.
Kesimpulan yang di tarik kant
adalah: pertama, pertimbangan-pertimbangan sains matematis adalah sintesis
perimer dan nilai mutlak. Kedua,pertimbangan yang berdasarkan pada pengalaman
indra dalam ilmu pengetahuan adalah sinesis sekunder. Ketiga, subjek-subjek
metafisika tidak dapat melibatkan pengetahuan rasional yang masuk akal, juga
tidak dapat berdasarkan pertimbangan sintess primer dan tidak berdasarkan
sintesis sekunder.
Kant
di dalam kritik atas rasio murni menyatakan bahwa pengetahuan terbagi menjadi
tiga bagian:
1.
Pengetahuan analitis:
pengetahuan sudah termuat dalam subjek.
2.
Pengetahuan sentesis
aposteorori: prediket di hubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrai.
3.
Pengetahuan sintesis
apriori: akal budi dan pengalaman indrawi di butuhkan serentak, ilmu pasti,
ilmu alam bersifat sintetis apriori.
Pada tahapan ini juga menurut fuadfarid
kritisisme Immanuel kant membagi etistemologi atau pengetahuan menjadi dua
unsur, yakni: materi dan bentuk pengetahuan. Materi pengetahuan adalah
sensasi-sensasi yang di pindahkan oleh indra kepada kita dari alam fenomena
dari setiap entitas.bentuk pengetahuan adalahikatan-ikatan pemikiran yang
memberikan otoritas bagi pembentukan sensasi-sensasi sekaligus membuat
penilaian (hukum). Bahkan kant mengklasifikasi pengetahuan menjadi dua bagian:
1.
Berdasarkan apa yang
oleh kant di sebut sebagai bentuk-bentuk (forms) yang ada di dalam akal,
seperti ruang (locus) dan waktu (tempus) kedua bentuk ini membeeikan penciptaan
sensasi-sensasi nya
2.
Berdasarkan makna-makna
unifersal dalam akal yabg memberi kemungkinan kepada kita untuk memahami
hasil-hasil pengetahuan itu adalah hukm-hukum keniscayaan.
Berdasarkan pembagian pengetahuan
kant diatas dapat diinterpertasi bahwa kant pengetahuan yang sebenarnya yang
oleh kant sebut dengan matematis ilmu pengetahuan, dan matefisik berdasarkan
bentuk-bentuk (form) dan berdasarkan makna-makna unifersal dalam akal untuk
memahami hasil pengetahuan inderawi.
E. Tinjauan Terhadap
Kritisme Immanuel Kant.
Kritisme Immanuel
kant telah memberikamn sumbangan yang besar, berdasarkan pengelihatannya yang
begitu jelas mengenai keadaan yang saling mempengaruhi diantara subjek
pengetahuan dan objek pengetahuan ia telah memberikan pembetulan terhadap sikap
berat sebelah yang dikemukakan oleh penganut rasionalisme dan empirisme
sehingga dia membuka jalan bagi perkembangan filsafat dikemudian hari.
Dalam kenyataan
kritik atau tinjauan terhadap pandangan kritisisme Immanuel kant bermunculan. Sebagian ahli tidak sepakat
dan memandang terdapat kesalahan dalam kritisisme kant. Letak kesalahan itu
pada: pertama, kritisisme kant yang menganggap sains-sains matematis adalah
produk dari kebenaran-kebenaran matematis dan prinsipnya, dengan ini kant
memunculkan prinsip-prinsip dan kebenaran matematika bebas dari kemungkinan
salah dan kontradiksi, krena mereka diciptakan dalam jiwa dan berasaln darinya
dan bukan dari orang luar sehingga orang lain mungkin curiga mereka salah atau
bertentangan.
Kedua, mengadopsi
Doktrin kritisisme Kant tak pelak membawa kepada pada idealisme, sulitnys
membuktikan realitas objektif berbagai persepsi indera, selain itu metode
dalamrealitas objektif dengan hukum dengan hukum kausalitas oleh Kant
kausalitas itu dinisbatkan kepada fenomena-fenomena empiris maka Kant tidak dapat
melakukan apapun selain mengungkapkan persepsi indera serta fenomena-fenomena
yang tampak padanya.
Disamping kedua
letak kesalahan Immanuel Kant di atas, tinjauan atas kritisme Immanuel Kant
antara lain terdapat pada batasan-batasan pengetahuan manusia menurut Kant
adalah pengalaman inderawi,sehingga kita tidak dapat mengetahui apa yang ada di
balik pengalaman inderawi itu. Selain itu maksudnya unsur-unsur yang ruang dan
waktu terhadap berbagai persepsi menjadi berbagai fenomona inderawi, terdapat
juga prinsip rasional dan kategori pengetahuan terhadap fenomena-fenomena itu,
kemudian ini menjadi persoalan ilmiah dan standard universal yang urgen,
makna-makna ini tidak bersumber dari pengalaman, karena pengalaman inderawi
tidak bersifat universal serta mengungkapkan keniscayaanya.
Selain itu juga terdapat
standard-standar rasional yang terpisah dari berbagai inderawi, namun standard
ini tidak memiliki objek yang khusus yang dapat diterapkan, jiwa, alam dan
noumena dalam entitas selama terpisah makna-makna dari entitas inderawi, maka
usaha-usaha metafisik yang dilakukan untuk mendapatkanya menurut Kant tidak ada
hasilnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Immanuel Kant dengan aliran kritisme
telah memberikan dasar bagi pengembangan pengetahuan modern. Kritisme merupakn
sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur
filsafat rasionalisme dan emperisme dalam
suatu hubungan yang seimbang,
yang satu tidak terpisahkan dengan yang
lain. Imanuel kant mengakui adanya wujud
alam indrawi dan dianggapnya sebagai fenomena bagi entitas hakiki dibaliknya,
karena itu, ia membedakan dua jenis wujud.
1.
Segala sesuatu yang
tampak dilihat dihadapan kita (penampakan luar )atau fenomena.
2.
Segala sesuatu pada
zatnya atau hakikat intinya (the think in its self) atau noumena
Kritisme Immanuel
kant telah memberikamn sumbangan yang besar, berdasarkan pengelihatannya yang
begitu jelas mengenai keadaan yang saling mempengaruhi diantara subjek
pengetahuan dan objek pengetahuan ia telah memberikan pembetulan terhadap sikap
berat sebelah yang dikemukakan oleh penganut rasionalisme dan empirisme
sehingga dia membuka jalan bagi perkembangan filsafat dikemudian hari.
B. Saran
Makalah yang penulis buat ini jauh
dari kesempurnaan baik dari segi buku referensi, penulisan apalagi kata-kata
yang tidak terurai dengan baik. Penulis mengharap kritikan dan saran untuk
kesempurnaan makalah ini
DAFTAR
PUSTAKA
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2005
Beni AAhmad Soebani, Filsafat Ilmu, Bandung; Pustaka Setia,
2009
Fuad Farid Ismail dan
Abdul Hamid , Cara MUdah Belajar Filsafat,
Jogjakarta:IRCiSod, 2012
Inu Kencana Syafi’I, Pengantar Filsafat, (Bandung:Refika Aditama, 2010
Juhaya S. Praja, Aliran
–aliran Filsafat dan Etika, Jakarta:Kencana Prenada, 2003
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014
Poejawijadtna, Pembimbing kearah Filsafat, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002
Rizal Muntasyir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2008
Sutarjdo A. Wiramiharja, Pengantar Filsafat, Bandung;Refika Aditama, 2009
Muhammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 69
[4] Fuad Farid Ismail dan
Abdul Hamid , Cara MUdah Belajar Filsafat,
( Jogjakarta:IRCiSod, 2012), hlm. 116
[9] Muhammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 69
[10] Inu Kencana Syafi’I, Pengantar
Filsafat, (Bandung:Refika Aditama, 2010), hlm. 9
Choose EmoticonEmoticon