-->

Jumat, 21 Agustus 2015

Gurubesar Ilmu Politik UI: Indonesia Akan Jadi Budak Cina

Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia, Nazaruddin Sjamsudin, memberi peringatkan kepada bangsa Indonesia, khususnya pemerintah, atas tawaran kredit dari ratus miliar dolar Amerika Serikat dari Cina. “Kalau nanti Republik Indonesia enggak mampu bayar, Republik Indonesia akan menjadi negeri budak Cina,” tulis Nazaruddin lewat akun Twitter-nya, Kamis (20/8).

Menurut dia, pola yang dilakukan Cina sama yang dilakukan Jepang pada tahun 1942 dan 1970, ketika ingin menguasai Indonesia secara militer dan ekonomi. “Pola hampir sama dilakukan Cina terhadap Republik Indonesia. Waspadai,” ujarnya.

Pada tahun 1960-an, tambahnya, Cina ingin kuasai Republik Indonesia secara ideologi melalui PKI. “Pada 2015, Cina mau jerat Republik Indonesia melalui ekonomi, khususnya dengan pemberian kredit besar-besaran,” kata Nazaruddin.

Ia pun menyerukan kepada bangsa Indonesia agar tidak menjual republik ini ke Cina. “Jangan jual Republik Indonesia kepada Cina. Ingat sejarah kerajaan-kerajaan Jawa yang menebus kemerdekaannya melalui pemberian upeti dan pengiriman putri ke Cina,” katanya.

Pada salah satu rangkaian twit-nya itu, ada yang menanggapi pernyataan Nazaruddin itu, dengan mengingatkan pada Tentara Tionghoa (TT) di Pulau Bangka. “Ingat juga Tentara Tionghoa di Bangka yang dukung NICA untuk buat Bangka terpisah dari Indonesia. Ratusan orang Indonesia dibantai di sana,” tulis pemilik akun @candigawai.

Tak ada tanggapan dari Nazaruddin terkait Tentara Tionghoa atau TT itu. Lalu, apa sebenarnya Tentara Tionghoa atau TT itu?

Menurut penulis Indonesia yang memiliki reputasi internasional yang juga sekaligus wartawati, Linda Christanty, dalam tulisannya yang ia publikasikan di blognya, Tentara Tionghoa ingin membentuk negara Cina di Pulau Bangka. Tentara Tionghoa ini didukung oleh tentara NICA. “TT ini didukung oleh pemerintah Belanda dan Sekutu. TT merupakan sebuah gerakan politik pasca-Proklamasi Indonesia. Perang yang terjadi antara pasukan TKR dengan pasukan TT bukanlah sebuah kerusuhan sosial atau kerusuhan etnis, melainkan pertempuran untuk mempertahankan kedaulatan sebuah negara dari ancaman musuh,” tulis Linda.

TKR adalah singkatan dari Tentara Keamanan Rakyat, pasukan militer yang dimiliki Republik Indonesia yang baru merdeka, yang awalnya adalah Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Dilanjutkan Linda, TKR kewalahan menghadapi dua musuh sekaligus, yaitu NICA dan TT. “Akibatnya, ribuan rakyat Bangka tewas, mengungsi dan terbantai antara tahun 1945 hingga 1947. Tentara NICA dibantu TT akhirnya berhasil menghancurkan dan memecahbelah TKR di Bangka,” tulis Linda seperti dilansir pribuminews.

Diungkapkan Linda, kakeknya ditangkap tentara NICA akibat pengkhianatan seorang Tionghoa, pendukung NICA dan TT. “Selain Kakek dan Opa Willem, di sel khusus itu juga ditahan Haji Samad dari Kampung Asem, Pangkalpinang. Mereka bertiga menjadi tahanan politik dari tahun 1948 hingga 1950,” kata Linda.(ra)(eramuslim)




Baca Artikel Terkait: