-->

Jumat, 08 Januari 2016

Kota Terapung Pertama Selesai Dibangun Tahun 2020




afdhalilahi.com - Seandainya bisa terbangun dalam belaian angin laut dan dapat menikmati pemandangan segenap lautan biru adalah surga yang anda idam-idamkan, maka tidak ada salahnya jika anda mempertimbangkan pindah ke sebuah kota terapung.

Sebuah tim riset yang dibentuk oleh ahli biologi kelautan, insinyur kelautan dan ahli lingkungan, yang didukung Peter Thiel, pendiri perusahaan “Paypal”, sebuah platform pembayaran online terbesar di dunia, berencana membangun sebuah kota terapung atau “rumah di atas laut”. Diperkirakan paling cepat pada tahun 2020 mendatang kota terapung tersebut sudah selesai dibangun.

Ini mungkin merupakan sebuah proyek besar yang ambisius, dan kelompok peneliti terkait juga telah merampungkan masalah desain yang menjadikan kota semi-independen itu sebagai tempat yang sempurna untuk memecahkan masalah dunia.

Seasteading Institute yang bertanggung jawab sebagai pengembang proyek terkait mengatakan, bahwa kota terapung ini mungkin merupakan langkah pertama untuk mengatasi “delapan tanggung jawab moral”, karena ia akan menjadi konsep baru dalam percobaan mengatasi masalah kelaparan, penyembuhan penyakit, udara bersih dan membuat orang miskin menjadi kaya.

Mereka berencana membangun tempat yang dilengkapi dengan pengembangbiakan hasil perairan, pusat medis terapung, pulau penelitian medis dan pulau-pulau terapung berbasis energi berkelanjutan.

Joe Quirk, juru bicara proyek tersebut mengatakan, “Kota pertama akan dibangun pada jaringan dengan 11 persegi panjang dan platform bersisi 5. Kota apung ini akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penghuninya nanti.

Platform ini akan dibangun dari beton bertulang, mampu menopang apartemen, townhouse, gedung perkantoran dan hotel serta bangunan 3 lantai dengan daya tahan maksimal selama 100 tahun. Gambar terkait di atas menunjukkan sebuah model platform.

Menurut rencana, kota terapung pertama itu akan dihuni sekitar 250 – 300 orang. Namun, sejauh ini belum ada kepastian terkait dimana lokasi kota apung tersebut akan dibangun. Menurut rencana sementara, kota ini akan mengapung di sekitar lepas pantai negara penyelenggara proyek terkait. Namun, negara ini harus memiliki kemandirian politik yang memadai.

Semula kota apung tersebut akan dibangun di atas laut bebas untuk memudahkan membangun negeri baru, namun, Seasteading Institute kemudian menyadari sebaiknya membangun kota apung tersebut di perairan pesisir agar penduduk rumah apung bisa ke pantai dan membeli barang-barang yang dibutuhkan, selain itu juga agar ia (rumah apung) lebih mudah untuk menahan hantaman badai, sehingga bisa mendapatkan perlindungan hukum yang lebih baik.

Seasteading Institute mengatakan, “Tim kami sedang melakukan pembicaraan dengan negara penyelenggara proyek terkait melalui jalur diplomatik, kami harap sebuah kota otonom yang dibangun di atas wilayah perairan negara bersangkutan bisa membawa manfaat positif secara lingkungan, sosial dan ekonomi. Kami percaya, kota terapung ini akan menciptakan lingkungan harmonis yang mendorong inovasi dan mendorong pembentukan pemerintahan baru, dan mencegah munculnya gejala monopoli saat ini. Disini (rumah apung) akan memberikan hak pada warga untuk secara bebas memilih penguasa (pemerintah) yang dipilihnya. Jika warga menentang kebijakan yang diluncurkan pemerintah kota, maka mereka dapat meninggalkan negeri itu dengan rumah apungnya, dan mencari kota apung lainnya. Hal ini akan memaksa pemerintah bekerja keras untuk menarik warga asing.”

Laporan kelayakan dari perusahaan rekayasa Deltasync yang berbasis di Belanda mendukung konsep kelayakan secara ekonomi atas kota ini. Hanya dengan 15 juta dolar AS juta untuk masing-masing platform sudah dapat beroperasi, biaya ini setara dengan harga lahan di London atau New York.

Secara keseluruhan, kota apung pertama diperkirakan menelan biaya 167 juta dolar AS atau sekitar Rp.2,2 triliun. Saat ini, Seasteading Institute tidak hanya perlu mengumpulkan dana, tetapi juga perlu menemukan sebuah lokasi yang cocok untuk membangun kota terapung ini.

Pada 2008 silam, Peter Thiel, pendiri perusahaan “Paypal” mengatakan, “Beberapa dekade kemudian, orang-orang yang mengingat sejarah awal abad ini akan memahami satu kebenaran, bahwa rumah di atas laut ini adalah langkah pertama yang mendorong berbagai tempat di dunia untuk mengembangkan model wilayah kehidupan publik yang lebih praktis dan efektif.”

Target Seasteading Institute adalah memiliki puluhan juta penduduk pada tahun 2050 mendatang, membangun puluhan platform hingga akhirnya mencapai ratusan platform, kemudian menghubungkan mereka, dan menciptakan sebuah megapolitan yang bernuansa alam dalam skala besar.(erabaru)



Baca Artikel Terkait: