-->

Senin, 28 Maret 2016


Mengenang Perjuangan Syekh Ahmad Yasin


Syekh Ahmad Yasin bersama anak-anak Palestina
Palestina (SI Online) - Senin 22 Maret 2004, dua belas tahun yang lalu, selepas keluar dari masjid usai menunaikan shalat subuh, mobil yang ditumpangi Syaikh Ahmad Yasin dibombardir tiga rudal yang ditembakan pesawat heli tempur Apache Israel buatan Amerika. Syaikh Yasin gugur syahid bersama delapan orang lainnya. Itulah akhir kehidupan yang memang ia inginkan dan telah menjadi kehendak Allah. Syaikh Yasin gugur syahid setelah menyempurnakan bangunan perlawanan dan merasa tenang karena bangunan tersebut sangat indah, kuat, dan kokoh.

Syaikh Yasin adalah simbul perlawanan dan sekaligus guru para mujahid. Meskipun seluruh sekujur lumpuh dan seluruh hidupnya dibelenggu oleh terali besi namun dia adalah seorang yang penggerak yang membangunkan dunia dan mukmin yang merdeka. Seorang kolomnis asal, Mesir Dr. Kamal al Mishri dalam sebuah artikelnya menyebut Syaikh Yasin sebagai “Al ‘Aqid Alladzi Aqama al ‘Alam” (Orang Lumpuh yang Membangunkan Dunia). 

Kata Kamal al Mishri, “Ketika Anda melihat (realita fisiknya) kemudian Anda mendengar capaian-capaian yang dihasilkan, Anda akan memahami betul firman Allah swt di dalam hadist qudsi, ‘Maka jika Aku mencintainya, Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Aku adalah penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, Aku adalah tangannnya yang dia gunakan untuk memukul, dan Aku adalah kakinya yang dia gunakan untuk berjalan.’” (HR. Bukhari).

Dia hanyalah seorang lelaki lumpuh yang membangun ide perlawanan hingga menjadi sosok yang tidak disebut kecuali dengannya. Sampai hari ini, setiap orang baik lawan maupun kawan tetap menaruh hormat kepadanya. Namanya senantiasa disebut di seluruh dunia. Di adalah Amir Mujahidin Palestina dan guru perlawanan yang gugur oleh tangan-tangan biadab Zionis Israel.

Syaikh Ahmad Yasin adalah sosok manusia intimewa dan unik pada zamannya, tokoh besar dan bintang bagi orang-orang sejenisnya, menjadi cahaya bagi rekan-rekannya, sosok menakjubkan bagi mereka yang hidup di masanya, perhiasan bagi tokoh setarafnya, pahlawan di era kekalahan, pemberani di tengah iklim ketakutan, pemimpin di samudera kelemahan, raksasa di tengah kehinaan, kemuliaan di medan kerendahan. Sosok yang menjadi harapan di tengah segala kebuntuan, sosok ketegaran dalam menghadapi kekalahan dan keruntuhan. Dia adalah pribadi yang memiliki hikmah di tengah kerancuan, ketergelinciran akal, kebutaan mata hati dan keimanan di tengah-tengah suasana keterkoyakan dan hilangnya identitas. Dia adalah sosok yang meneguhkan keyakinan pada pertolongan Allah dan janji-Nya terhadap kaum mukmin di tengah kegelapan, kesesatan, kebencian para musuh, dan kecemasan jiwa.

Seperti diungkapkan Prof. Dr. Taufiq Yusuf al Wa’i, dalam karyanya ”Qaadat al-Jihaad al-Filistiini fii al-Ashr al-Hadiits: Kifaah, Tadhiyyah, Butuulaat, Syahaadaat”, semua gambaran di atas terdapat pada sosok lumpuh yang tak mampu berdiri ini; sosok yang kedua tangannya pun lumpuh tidak mampu membawa sesuatu; sosok yang kurus dan lemah; tubuh yang terserang oleh berbagai penyakit; penglihatan yang telah kabur kecuali hanya seberkas sinar dari satu mata; serta penderitaan dan sakit yang tak kunjung reda. Bukankah ini sesuatu yang menakjubkan? Bukankah ia merupakan tanda kebesaran Tuhan dan wujud anugerah-Nya? Sosok tersebut hidup untuk misi dan untuk umatnya. 

Ia menghabiskan usianya dalam dakwah. Ia adalah jihad yang terus berjalan, teladan yang terus bergerak, panutan yang memancarkan cahaya dan keimanan, serta pemahaman dan pengetahuan di tengah jarangnya orang yang tulus, di tengah sedikitnya keikhlasan, serta di tengah lenyapnya suara kebenaran dan ketegasan. Syaikh Yasin datang sebagai pemimpin bagi para mujahid, tokoh bagi para dai, guru yang bijak dan teladan yang agung bagi para pendidik. Tubuhnya yang kurus, kelumpuhannya, dan penyakit yang kronis membuatnya tidak mampu berjuang dengan senjata. Karena itu, beliau berjuang dengan senjata hikmah, dengan pedang pembinaan dan penataan, dengan meriam keimanan, serta dengan bom kesabaran, keteguhan, dan ketegaran.

Dalam sebuah artikelnya, Dr. Abdul Aziz Rantisi, tokoh yang menggantikan Syaikh Yasin memimpin Hamas sepeninggal beliau yang kemudian menjadi target pembunuhan Israel berikutnya, melukiskan tentang pribadi pendiri dan tokoh spiritual Hamas ini dengan menyebut sebagai sosok yang setara dengan umat atau umat yang terdapat pada satu sosok dirinya. Rantisi menuliskan, Syaikh Ahmad Yasin adalah seorang tokoh pemimpin yang istimewa. Dialah sosok yang ketika mendapat bencana dan cobaan, justru memperbesar tekad dan keteguhannya dalam meneruskan jalan meskipun terjal. Beliau terus menapakkan kaki dengan berkorban, memberi, dan bahkan mewujudkan berbagai target yang pada gilirannya melahirkan gerakan perjuangan Islam. 

Sosok Reformis

Syaikh Ahmad Yasin menghabiskan usianya untuk dakwah dan jihad. Proyek reformasi dia mulai sejak permulaan tahun 1950-an. Pada tahun 1960-an atau 1970-an proyek ini mulai mengarah kepada bidang pendidikan dan organisasi. Sesudah itu ia mendirikan gerakan HAMAS guna memainkan perannya dalam berjuang dan menghantam musuh lewat segala kekuatan yang ada. HAMAS ikut serta dalam kegiatan intifadhah dari sejak tahun 1987 M hingga sekarang, yang kini memasuki babak perjuangan politik dalam pemerintahan. Intifadhah Hamas telah mampu mengguncang keamanan zionis lewat aktivitas berani matinya.

Keberadaan dan perkembangan proyek ini, meskipun mendapat tekanan penjajah yang luar biasa, justru menunjukkan keyakinan yang sangat kuat dalam mewujudkan janji Allah membebaskan Palestina, meskipun memakan waktu lama. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi jihad yang paripurna. Dimulai dari pembinaan setiap generasi melalui tarbiyah islamiyah yang bersandar pada pelaksanaan berbagai kewajiban agama, pembelajaran kitabullah secara cermat dan sunnah Nabi, penelaahan sejarah, disertai pengkajian tentang kondisi musuh berikut potensinya, titik-titik kelemahan dan kekuatannya, sehingga seorang muslim memiliki kesadaran yang benar tentang realitas yang ada serta memiliki persepsi yang tepat dalam hal pemikiran dan keyakinan.

Menurut Taufiq Yusuf al Wa’i, proyek reformasi Syaikh Yasin ini sejak tahun 1967 mulai terpecah menjadi dua aliran. Pertama, bersifat resmi dan formal yang mmenyerukan perdamaian dengan zionisme sesuai dengan prinsip kompromi. Hal itu dimaksudkan untuk mengikuti standar yang ditetapkan oleh kekuatan regional dan internasional. Juga, karena dipandang tidak mungkin mengalahkan zionis Israelyang bersekutu dengan kekuatan besar. Kedua, menjadikan akidah dan prinsip-prinsip Islam sebagai landasan yang kokoh untuk berjuang melawan musuh. Arus kekuatan ini tidak membenarkan berdamai dengan kaum parampas. Mereka memandang perlawanan satu-satunya pilihan untuk membebaskan tanah suci Palestina. Aktivitas ini baru bisa dijalankan sesudah membentuk pilar-pilar sosial yang kokoh, menciptakan kondisi yang kondusif, mendapat sokongan dari berbagai kekuatan yang ada, serta memperkokoh bangsa Palestina lewat pelaksanaan program pendidikan jangka panjang bertujuan meyakinkan tentang pilihan perlawanan, serta meraih dukungan sebagian besar bangsa Palestina. 

Syaikh Yasin giat melakukan proyek tersebut segera sesudah kekalahan di atas. Ia mulai berceramah di berbagai masjid di Gaza. Ia mengobarkan emosi jamaah lewat mimbar-mimbar masjid. Syaikh Yasin memandang masjid dan halaqah tahfidz (penghafal) al Qur’an sebagai wadah alami untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang diinginkan. Dari situlah dilakukan pembinaan terhadap anak-anak agar mereka tumbuh secara Islami. Sementara, mereka yang menginjak usia dewasa diberi program pembinaan yang meliputi aspek pendidikan, pengajaran, dan hafalan Al-Qur’an. Di samping itu, Syaikh Yasin juga mendirikan lembaga sosial, seperti Majma’ Islami tahun 1970-an dan Majdul Mujahidin tahun 1980-an. Untuk membangun basis perlawanan, Syaikh Yasin mendirikan Gerakan Perlawanan Islam Hamas tahun 1987.

Keunggulan proyek Syaikh Yasin ini terbukti telah menghasilkan kader-kader perlawanan yang handal. Bahkan kepergian bapak perlawanan ini tidak menyusutkan aktivitas jihad dan perlawanan di Palestina. Alih-alih berhenti, sepeninggal Syaikh Yasin justru membuat perlawanan mendapatkan dukungan lebih luas dari lapisan masyarakat Palestina, khususnya kepada Hamas. Dan ini dibutktikan dengan kemenangan gerakan ini pada pemilu legislatif Palestina Januari 2005 lalu. Dan kegagalan konspirasi Israel yang didukung dunia internasional dengan memblokade total Jalur Gaza sejak pertengan Juni 2007 lalu adalah bukti nyata dukungan rakyat kepada perlawanan./suara islam



Baca Artikel Terkait: