-->

Selasa, 17 Mei 2016

Ketika Ki Hadjar Dewantara Menolak Jimat Eyangnya

Pelopor Pendidikan Indonesia melalui Taman Siswa-nya, yang berdiri di tengah-tengah hegemoni sekolah kolonial belanda. Konon katanya ia pernah menolak jimat pemberian dari eyangnya

HARI Pendidikan Nasional, telah berlalu. Meskipun begitu mari kita membincang Ki Hadjar Dewantara alis Suryadi Suryaningrat. Pelopor Pendidikan Indonesia melalui Taman Siswa-nya, yang berdiri di tengah-tengah hegemoni sekolah kolonial belanda. Konon katanya ia pernah menolak jimat pemberian dari eyangnya.

Dikutip dari national geographic, Ki Hadjar dikenal sebagai sosok yang supel dalam pergaulan. Selain dekat dengan rakyat jelata, ia juga dekat dengan beberapa tokoh nasional termasuk Presiden Soekarno. Ki Hadjar bahkan punya panggilan khusus kepada presiden pertama RI itu: Dimas. Sementara Sang Presiden memanggil Ki Hadjar dengan Kang Mas. Beberapa kali bahkan suami Fatmawati ini membawakan oleh-oleh peuyeum untuk anak Ki Hadjar.

Penulis “Als ik een Nederlander was” ini juga sangat menggemari wayang. Meski demikian, ia bukan sosok yang percaya dengan klenik dan mistik. Soal mati dan hidup, ia tetap berpegang pada apa yang diyakininya. Suatu ketika eyang Ki Hadjar pernah memberinya sebuah jimat. Jimat itu memang diterima tapi ia sama sekali tidak percaya dengan khasiat jimat itu. Secara tidak langsung, ia menolak (keampuhan) jimat si eyang.

Menjelang rapat Ikada yang berlangsung beberapa menit saja, Ki Hadjar pernah berpesan kepad A.G. Pringgodigdo supaya menyerahkan jimat itu kepada Soekarno.

“Tolong ini berikan kepada Presiden, mudah-mudahan berfaedah. Saya tidak memerlukannya,” ujar Ki Hadjar kepada laki-laki yang biasa ia panggil denga Mas Gafur itu.

Seperti disebut di awal, ia begitu pasrah dengan takdir. Ia menghadapi penyakit yang menyerangnya di hari tua dengan tabah. Kepada anak-anaknya yang berada di luar kota ia sempat berpesan:

“Sejak sekarang kamu harus siap lahir-batin. Sewaktu-waktu, denyut nadiku akan berhenti untuk seterusnya. Oleh sebab itu, biasakanlah untuk mendengar acara Berita keluarga dari RRI Yogyakarta setiap jam delapan malam. Aku sudah bermufakat dengan ibumu bahwa berita kematianku nanti akan diberitakan lewat radio saja…” Islampos)




Baca Artikel Terkait: