-->

Minggu, 01 Januari 2017

Tahun 2017 Adalah Tahun Perlawanan Terhadap Nekolim dan Selamatkan NKRI

– Persoalan kebangsaan yang bayak terjadi di tahun 2016 harus diselesaikan pada tahun yang baru di 2017.

Beberapa di antaranya adalah persoalan korupsi yang merajalela, kesenjangan sosial yang meningkat, serta ancaman invasi dan penetrasi asing dari kekuatan neokolonialisme (nekolim) neoliberalisme yang hendak menjajah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui infiltrasi calon pemimpin boneka, serbuan tenaga kerja asing (TKA), impor pangan tak berkualitas, penyelundupan narkoba zat adiktif, budaya seks bebas dan sebagainya.

“Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla hendaknya selalu berjalan dalam garis Nawacita dan Trisakti sesuai janji Pilpres 2014 yang secara prinsip hendak mewujudkan NKRI yang mandiri berdaulat serta memajukan kesejahteraan rakyat. Sebagai mantan relawan Jokowi, banyak deviasi yang kami lihat di sana-sini, terutama dampak dari kebijakan para pembantu di Kabinet Kerja dan Istana Negara yang tak paham dan tak mau mewujudkan gagasan mulia dari Presiden Jokowi, mereka cenderung mengkhianati nilai-nilai luhur Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,” ujar Jurubicara Jaringan ’98, Ricky Tamb, Sabtu (31/12).

Menyambut 2017, Ricky berharap agar seluruh kekuatan prodemokrasi, kaum nasionalis dan TNI/ Polri merapatkan barisan melawan bahaya nyata invasi nekolim neoliberalisme dengan cara selalu mengingatkan pemerintah hingga ke berbagai pelosok daerah agar selalu jujur dan amanah dalam menjalankan tugas, seperti mendemo dan melaporkan setiap praktik korupsi APBN dan APBD serta kolusi nepotisme, mencegah dan menghabisi peredaran narkoba khususnya di generasi muda, serta meningkatkan semangat gotong royong sebagai kearifan budaya Indonesia di tengah arus globalisasi dan individualisme yang bisa menyesatkan.

“Fokus kerja Pemerintahan Jokowi di 2017 sebaiknya di bidang ekonomi karena rakyat sangat menunggu kebijakan yang aplikatif, kreatif dan nasionalis untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kami mengusulkan kepada Presiden Jokowi untuk mulai memberdayakan koperasi sebagai solo guru ekonomi Indonesia, tak melulu berkutat pada BUMN yang menghabiskan banyak anggaran tanpa hasil kerja yang bermanfaat untuk rakyat dan kerap kali hanya menjadi bancakan elite politik pemburu rente. Koperasi dapat menjadi tulang punggung dalam hal pembelian hasil tani, penyaluran modal kerja, redistribusi aset tanah tak tergarap serta sebagai petugas sosialisasi kebijakan pemerintah. Tapi harus didata dan diverifikasi benar-benar agar mayoritas koperasi fiktif tak dijadikan alat oleh para penguasa daerah yang korup manipulatif!” saran Ricky.

Di bidang politik, Jaringan ’98 menyerukan kepada Presiden Jokowi untuk terus menjaga kebebasan berpendapat dan berorganisasi sesuai cita-cita UUD 1945 dan reformasi 1998, di mana Presiden Jokowi adalah salah satu hasil dari proses demokrasi tersebut. Selain itu, penggunaan hukuman maksimal berupa hukuman mati dan pemiskinan koruptor dapat menjadi kebijakan baku pemerintah melalui aparat penegak hukum, guna meminimalisir korupsi yang terbukti terus meningkat. Terkait evaluasi Kabinet Kerja, Jaringan ’98 menghormati hak prerogatif presiden untuk mencopot dan mengganti beberapa menteri abal-abal, asal bapak senang dan pro asing tak nasionalistik.

“Buat apa dipertahankan menteri abal-abal, ABS dan pro asing kalau hanya semakin mengkhianati Presiden Jokowi dan menghancurkan NKRI tercinta? Kalau apa-apa harus nunggu presiden memutuskan baru bertindak, atau kebobolan dulu baru bergerak, ya mendingan dicopot saja. Lebih baik presiden mengajak masuk kabinet para anak bangsa yang teruji rekam jejaknya, nasionalistik, cerdas dan inovatif. Kami yakin, bila kabinet diisi personil yang mumpuni, semua janji Pilpres 2014 akan terwujud. 2017 harus menjadi tahun kebangkitan bangsa Indonesia. Eling lan waspada. Ayo bersatu lawan nekolim neoliberalisme penjajah NKRI!” pungkas Ricky Tamba dalam rilisnya. (Rmol/eramuslim)




Baca Artikel Terkait: