-->

Selasa, 17 April 2018




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua anak, khususnya anak sekolah dasar menampakkan kesenangan belajar dan bahkan mereka ingin mempelajari banyak hal. Dorongan ingin tahu mereka yang sangat tinggi dapat dilihat dari keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan dengan kemampuan dan dorongan mereka untuk mengetahui sesuatu dan membuat sesuatu secara kreatif. Mereka senang bermain boneka, pistol-pistolan dan berbagai macam alat permainan lainnya yang mereka ciptakan melalui bahan alami seperti daun singkong untuk membuat boneka wayang, dan dahan pisang untuk membuat pistol-pistolan. Mereka cenderung meniru dan mencoba apa yang mereka lihat dan ketahui. Mereka memiliki minat yang luas dan cita-cita yang banyak, walaupun mereka belum menyadari bahwa untuk mengembangkan minat dan mencapai cita-cita mereka memerlukan pengorbanan dan kerja keras.
Mereka juga belum menyadari perlunya memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kepribadian yang sesuai dengan tuntutan keinginan mereka. Anak-anak sangat menyenangi belajar, seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya anak-anak dapat dan ingin belajar, dan lebih dari itu, mereka ingin belajar sebanyak-banyaknya dan sesegera mungkin. Oleh karena itu, guru-guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar kreatif sebanyak dan selekas mungkin. Caranya adalah dengan membuat situasi belajar yang menarik dan sekreatif mungkin sehingga anak-anak dapat memiliki keinginan untuk kreatif seperti yang dilakukan oleh gurunya.
Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang kreatif. Sebagai pribadi yang kreatif, kelak mereka bukan saja dapat meningkatkan kualitas pribadinya, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan negara. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala bidang, yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu, dan efisiensi kerja.
Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif-produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran. Namun dalam kenyataannya masih sedikit sekolah yang menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas dan bakat anak. Hal ini disebabkan antara lain oleh masih sangat langkanya literatur yang membahas secara menyeluruh dan terinci mengenai kreativitas, bakat, dan upaya-upaya pengembangannya khususnya di sekolah dasar.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penyusun dapat memberikan rumusan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Antara lain :
ü Pengertian kreativitas;
ü Ciri-ciri kreativitas;
ü Perkembangan kreativitas anak;
ü Faktor pendukung dan penghambat kreativitas anak usia dini;
ü Strategi 4P dalam pengembangan kreativitas anak usia dini;
ü Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran.


1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, dapat menyimpulkan tujuan penulisan makalah ini antara lain :
ü Pertama-tama tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah perkembangan peserta didik;
ü Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian kreativitas;
ü Mahasiswa mampu mengklasifikasikan ciri-ciri kreativitas;
ü Mahasiswa memahami bagaimana tahapan dalam proses berfikir kreatif;
ü Mahasiswa mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat kreativitas anak usia dini;
ü Mahasiswa mengetahui strategi 4P dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini;
ü Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara dalam mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kreativitas
Secara alamiah perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam bakat, minat, jasmani, kematangan emosi, kepribadian, keadaan jasmani, dan sosialnya. Selain itu, setiap anak memiliki kemampuan tak terbatas dalam belajar, untuk dapat berfikir kereatif dan produktif. (Ahmad Susanto, 2011 : 111) Kreativitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar kreatif, yaitu memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu. (Trisno Yuwono, 2003 : 330) Menurut Munandar yang dikutip oleh Syafaruddin dan Herdianto, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga diartikan dengan kemampuan yang berdasarkan data atau informasi yang menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana pendekatannya adalah pada kuantitas dan keragaman jawaban.
Secara operasional, kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. (Syafaruddin dan Herdianto, 2011 : 87) Salah satu konsep yang amat penting dalam bidang kreativitas adalah hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri. Menurut psikolog humanistik, Abraham Maslow dan Carl Rogers dikutip oleh Utami Munandar menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengaktualisasikan dirinya apabila seseorang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi, mengaktualisasikan, atau mewujudkan potensinya. Menurut Maslow aktualisasi diri merupakan karakteristik yang fundamental, suatu potensialitas yang ada pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi sering hilang, terhambat atau terpendam dalam proses pembudayaan. Jadi sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang. (Utami Munandar, 1999 : 19)
Menurut Harris seperti dikutip oleh Hamdani mengemukakan bahwa kreativitas dapat ditinjau dari (3) hal, yaitu :
a. Krativitas adalah suatu kemampuan, yaitu kemampuan untuk membayangkan atau menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun ide-ide baru dengan mengombinasikan, mengubah, menerapkan ulang ide-ide yang sudah ada;
b. Kreativitas adalah suatu sikap, yaitu kemauan untuk menerima perubahan dan pembaharuan, bermain dengan ide dan memiliki fleksibilitas dalam pandangan;
c. Krativitas adalah suatu proses, yaitu proses bekerja keras dan terus menerus sedikit demi sedikit untuk membuat perubahan dan perbaikan terhadap pekerjaan yang dilakukan. (Hamdani, 2002 : 2)
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan. (Semiawan, 1999: 89) Dari beberapa defenisi oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang berbeda dari sebelumnya, baik berupa gagasan atau karya nyata dengan menggabung-gabungkan unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Hal baru disini adalah sesuatu yang belum diketahui olehnya, meskipun hal itu merupakan hal yang tidak asing lagi bagi orang lain, dan bukan hanya dari yang tidak menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah ada.
Pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam beberapa istilah, yaitu :
Ø Pribadi (person), yaitu kreativitas mengacu kepada kemampuan yang merupakan cirri/karakteristik dari orang-orang kreatif. Maksudnya, kreativitas merupakan ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap, dan perilakunya;
Ø Proses (process), yaitu kreativitas merupakan proses yang mencerminkan kelancaran dalam berfikir;
Ø Pendorong (press), yaitu inisiatif seseorang yang tercermin melalui kemampuannya untuk melepaskan diri dari urutan pikiran yang biasa;
Ø Produk, (product), yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. (Ahmad Susanto, 2011 : 112-113)


2.2 Ciri-ciri Kreativitas
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan mereka.
Thomas Edison seperti yang dikutip oleh Utami Munandar mengatakan bahwa dalam melakukan percobaan ia mengalami kegagalan lebih dari 200 kali, sebelum ia berhasil dengan penemuan bola lampu yang bermakna bagi seluruh umat manusia. Pribadi yang kreatif biasanya lebih teroganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan maslah yang mungkin timbul dan implikasinya. (Utami Munandar, 2004: 35)Adapun ciri-ciri kreativitas ada (3) macam yaitu :
a. Kefasihan, yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open ended) dengan beberapa alternatif jawaban yang benar;
b. Fleksibilitas, yaitu kemampuan siswa menyelesaikan masalah terbuka (open ended) dengan beberapa cara;
c. Kebaruan, yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open ended) dengan beberapa jawaban yang berbeda tetapi bernilai benar dan satu jawaban yang tidak biasa dilakukan siswa pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya. (Hamdani, 2002 : 4)
Menurut Guilford dikutip oleh Ahmad Susanto bahwa ada lima sifat yang menjadi ciri-ciri berfikir kreatif, yakni :
Ø Kelancaran, ialah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan;
Ø Keluwesan, ialah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan masalah;
Ø Keaslian, ialah kemampuan untuk memecahkan dengan cara yang asli;
Ø Penguraian, ialah kemampuan untuk menguraikan sesuatu dengan diperinci, secara jelas, dan panjang lebar;
Ø Perumusan kembali, ialah kemampuanuntuk meninjau sesuatu persoalan berdasarkan persfektif yang berbeda dengan apa yang telah diketahui oleh banyak orang. (Ahmad Susanto, 2011 hal : 117-118)
Menurut Williams yang dikutip oleh Utami Munandar (Utami Munandar, 1999 : 88) ada dua ciri-ciri kreativitas, yaitu :
a. Kognitif, yaitu kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif. Ada beberapaciri-ciri kreativitas ditinjau dari kognitif, yaitu :
· Kemampuan berpikir secara lancar (fluency);
· Kemampuan berpikir luwes (flexibelity);
· Kemampuaan berfikir orisinilitas;
· Kemampuan menilai;
· Kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).
b. Afektif, yaitu ciri-ciri afektif dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap mental atau perasaan individu. Ciri-ciri afektif ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan ciri-ciri kognitif. Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu:
· Rasa ingin tahu;
· bersifat imajinatif;
· Merasa tertantang oleh kemajemukan;
· Sifat berani mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan)
· Sifat menghargai.
Dalam kaitannya dengan kreativitas pada anak usia dini, Ihat Hatimah seperti dikutip oleh Ahmad Susanto mengemukakan beberapa bentuk kretivitas pada anak usia dini, yaitu :
a. Gagasan/berpikir kreatif, yang meliputi :
· Berfikir luwes;
· Berfikir orisinal;
· Berpikir terperinci;
· Berpikir menghubungkan.
b. Aspek sikap, yang meliputi :
· Rasa ingin tahu;
· Ketersediaan untuk menjawab;
· Keterbukaan;
· Percaya diri;
· Berani mengambil resiko.
c. Aspek karya, yang meliputi :
· Permainan;
· Karangan. (Ahmad Susanto, 2011 : 121-122)
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting dasn disukai , mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan mereka.


2.3 Perkembangan Kreativitas Anak
Hurlock dikutip oleh Semiawan menegaskan bahwa hasil sejumlah studi kreativitas menunjukkan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti suatu pola yang dapat diramalkan, ada sejumlah variasi di dalam pola ini. Demikian juga ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap variasi-variasi tersebut. (Semiawan, 1999 : 96) Diantaranya :
a. Jenis kelamin
Anak-anak lelaki menunjukkan kreativitas yang lebih tinggi daripada anak perempuan, terutama di masa-masa perkembangan. Di sebagian masyarakat, anak lelaki mendapat perlakuan yang berbeda dari anak perempuan. Anak lelaki mendapat kesempatan yang lebih banyak daripada anak perempuan untuk hidup mandiri, lebih mendapat kesempatan untuk menghadapi resiko, mendapatkan kesempatan dari orang tua dan guru untuk berinisiatif dan menampilkan keasliannya.
b. Status sosio-ekonomi
Anak-anak yang berlatar belakang sosio-ekonomis lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada anak-anak yang berlatar belakang rendah. Kelompok pertama diduga mendapatkan perlakuan orangtua yang lebih demokratis, sementara kelompok keduanya lebih banyak mendapat perlakuan otoriter. Kontrol orangtua yang demokratis dapat memelihara kemampuan kreatif dengan memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada anak untuk mengekspresikan individualitasnya dan mengejar minat dan aktivitas menurut pilihannya sendiri. Yang lebih penting lagi anak-anak yang berlatar belakang ekonomi tinggi mendapat kesempatan yang lebih banyak utnuk mengakses pengetahuan dan pengalaman yang diperluakan untuk mengembangkan kreativitas, misalnya ke tempat-tempat rekreasi, tempat-tempat penting, dan pusat-pusat informasi yang dapat mendorong anak-anak untuk berimajinasi serta berpikir dan bertindak secara kreatif.




c. Posisi urutan kelahiran
Faktanya anak yang posisi kelahiran berbeda menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Pernyataan ini memiliki implikasi bahwa lingkungan memiliki kedudukan yang lebih penting dari pada keturunan. Anak tengah dan anak bungsu memungkinkan lebih kreatif daripada anak sulung. Anak sulung cenderung mendapat tekanan yang lebih besar untuk memenuhi harapan orang tua daripada anak berikutnya.
d. Ukuran besar anggota keluarga
Anak-anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif daripada anak-anak dari keluarga besar. Hal ini disebabkan oleh pengasuhan dalam keluarga besar menuntut sikap yang lebih otoriter guna bisa mengendalikan anak yang banyak itu. Perlakuan yang otoriter cenderung menghambat perkembangan kreativitas. Sebaliknya anak dari keluarga kecil cenderung mendapat lebih banyak perlakuan yang demokratis. Sikap tersebut memungkinkan bisa mendukung terciptanya suasana dan sikap yang mendukung untuk pengembangan kreativitas.
e. lingkungan kota versus desa
Anak-anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak-anak dari lingkungan desa, karena yang pertama lebih banyak mendapatkan lingkungan yang lebih memberikan stimulasi dalam pengembangan kreativitas. Di kota-kota lebih banyak tempat-tempat, objek-objek, benda-beda, dan tantangan-tantangan yang mengundang setiap anak untuk mengembangkan kemampuan kreatif.
f. Intelegensi
Untuk anak yang seusia, anak-anak yang cerdas menunjukan kemampuan kreatif yang lebih dari pada anak-anak yang kurang cerdas. Yang pertama cenderung memiliki ide-ide yang lebih baru ingin mengatasi situasi konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak alternatif pemecahan terhadap konflik-konflik itu, juga beralasan bahwa anak-anak yang cerdas pada akhirnya pantas dipilih sebagai pemimpin daripada anak-anak seusianya.


2.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Anak
Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan. Dalam mengembangkan kreativitas ini terdapat faktor-faktor yang mendudukung dalam menumbuhkan kembangkan kreativitas juga ada faktor-faktor yang menghambat kreativitas seorang anak.
2.4.1 Faktor Pendukung Kreativitas Anak
Pada mulanya kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, dikemukakan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan. Menurut Hurlock dikutip oleh Ahmad Susanto mengemukakan beberapa faktor yang dapat mendorong dan meningkatkan kretivitas. Antara lain :
· Waktu, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa, sehingga hanya sedikit waktu yang bisa mereka gunakan untuk membuat suatu gagasan atau konsep;
· Kesempatan menyendiri, hanya apabila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif;
· Dorongan terlepas dari seberapa jauh prestasi anak, maksudnya untuk menjadi anak yang kreatif mereka harus bebas dari ejekan dan kritikan yang sering kali dilontarkan pada anak yang tidak kreatif;
· Sarana, sarana bermain atau sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas;
· Lingkungan yang merangsang, lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas anak;
· Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif, artinya orang tua yang tidak terlalu posesif akan mendorong kemandirian anak;
· Cara mendidik anak, mendidik anak secara demokratis baik dirumah dan disekolah akan meningkatkan kreativitas anak;
· Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Makin banyak pengetahuan yang dikuasai, maka semakin baik kreativitas anak. (Ahmad Susanto, 2012 : 124)
Utami Munanadar mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mendukung kreativitas adalah :
· Usia;
· Tingkat pendidikan orang tua;
· Tersedianya fasilitas;
· Penggunaan waktu luang
Selain itu faktor yang mendukung kreativitas menurut Seto, seorang ahli pendidikan anak mengatakan bahwa upaya mengembangkan kreativitas anak dapat dilakukan dengan menggunakan strategi 4P, yakni dengan melihat kreativitas sebagai produk, pribadi, proses, dan pendorong.(Utami Munandar, 1999 : 19)
Selain itu, ada (4) faktor pendukung pengembangan kreativitas anak, yaitu :
· Rangsangan mental, dengan memberikan motivasi, penguatan, dan menerima kekurangan dan kelebihan anak, anak merasa percaya diri untuk mencoba, berinisiatif dan berbuat sesuatu secara spontan;
· Iklim dan kondisi lingkungan, lingkungan yang kondusif akan mengembangkan kreatifitas anak, seperti pencahayaan yang cukup, warna-warna yang cerah, terdapat hiasan-hiasan dinding, musik, aroma;
· Peran guru, guru menjadi orang tua kedua bagi anak, sudah selayaknya guru memberikan yang terbaik pada anak. Seperti guru melakukan inovasi-inovasi untuk mengembangkan kreativitas anak;
· Peran orang tua, orang tua memiliki peranan yang penting terhadap pengembangan kreativitas anak. Dengan menghargai setiap hasil karya anak, anak menjadi berani dan percaya diri untuk belajar terhadap lingkungannya. (Pristina Kusuma, 12-11-2012)


2.4.2 Faktor Penghambat Kreativitas Anak
Menurut Renzulli dalam Ahmad Susanto mengemukakan tiga ciri pokok yang saling terkait serta merupakan kriteria atau persyaratan anak yang berbakat. Yaitu, kemampuan umum, kreativita, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi instrinsik. (Ahmad Susanto, 2011 : 125) Dalam mengembangkan kreativitas, seorang dapat mengalami berbagai hambatan, kendala atau rintangan yang dapat merusak dan bahkan dapat mematikan kreativitasnya. Masalahnya ialah bahwa dalam upaya membantu anak merealisasikan potensinya, sering kita menggunakan cara paksaan agar mereka belajar. Penggunaan paksaan atau kekerasan tidak saja berarti bahwa kita mengancam dengan hukuman atau memaksakan aturan-aturan, tetapi juga bila kita memberikan hadiah atau pujian secara berlebih. Ada empat hal yang mematikan kreativitas, yaitu:
a. Evaluasi
Rogers dikutip oleh Utami Munandar menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi, atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasi pun dapat mengurangi kreativitas anak.(Utami Munandar, 2004 : 223) Selain itu kritik atau penilaian sepositif apapun meskipun berupa pujian dapat membuat anak kurang kreatif, jika pujian itu memusatkan perhatian pada harapan akan dinilai.
b. Hadiah
Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian. Pemberian hadiah dapat merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
c. Persaingan (Kompetisi)
Kompetisi lebih kompleks daripada pemberian evaluasi atau hadiah secara tersendiri, karena kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain da bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan kreativitas.
d. Lingkungan yang Membatasi
Belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Sebagai anak ia mempunyai pengalaman mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada disiplin dan hafalan semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, dan pada ujian harus dapat mengulanginya dengan tepat, pengalaman yang baginya amat menyakitkan dan menghilangkan minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya utnuk sementara. Padahal, sewaktu baru berumur lima tahun ia amat tertarik untuk belajar ketika ayahnya menunjukkan kompas kepadanya. Contoh ini menunjukkan bahwa jika berpikir dan belajar dipaksakan dalam lingkungan yang amat membatasi, minat dan motivasi intrinsik dapat dirusak. (Utami Munandar, 2004 : 223-224)
Cropley dalam Ahmad Susanto mnegemukakan beberapa krakteristik guru yang cenderung menghambat keterampilan berpikir kreatif anak, anatara lain :
· Penekanan bahwa guru selalu benar;
· Penekanan berlebihan pada hafalan;
· Penekanan pada belajar secara mekanis;
· Penekanan pada evaluasi eksternal; ppenekanan secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan. (Ahmad Susanto, 2011 : 126)
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita dapati perlakuan dan tindakan anak dengan berbagai polah dan tingkah laku. Sehingga ekspresi kreativitas anak kerap menimbulkan efek kurang berkenan bagi orang tua. Misalnya orang tua melarang anak merobek-robek kertas karena takut rumah jadi kotor, atau berteriak saat anak main pasir karena takut anak terkena kuman. Padahal tiap anak memiliki ekspresi kreativitas yang berbeda, ada yang terlihat suka mencoret-coret, beraktivitas gerak, berceloteh, melakukan eksperimen, dan sebagainya. Penyikapan orang tua seperti itu berarti merupakan salah satu contoh dari sekian banyak faktor yang menghambat kreativitas seorang anak. (Hudiani Jannah, 12,11,2012)


2.5 Strategi Pengembangan Kreativitas
Pada dasarnya setiap anak memiliki kecenderungan berbakat dalam kreativitas dan memiliki kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing anak dalam bidang dan kadar potensi yang dimilikinya. Seperti yang diungkapkan oleh Treffinger dalam Ahmad Suanto bahwa tidak ada anak yang sama sekali tidak memiliki kreativitas. (Ahmad Susanto, 2011 : 128)


2.5.1 Peran Guru Dalam Pengembangan Kreativitas Anak
Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah dasar. Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran dipegang oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk pelajaran seperti Agama, Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan khusus dari guru.
Masalah khusus yang berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya merupakan masalah bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak. Perbedaan dalam peran guru berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang terampil dalam situasi belajar dan cara guru menangani ciri-ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan mengakui adanya perbedaan individual dan bertujuan mengembangkan bakat dan kemampuan setiap anak didik secara optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi guru harus berbeda sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuan anak didik.
Menurut barbed and Renzulli dikutip oleh Utami Munandar, ada beberapa peran guru dalam mengembangkan kreativitas anak. (Utami Munandar, 1999: 62) Diantaranya sebagai berikut :
Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru melakukannya. Mustahil mengharapkan seseorang dapat memahami kebutuhan, perasaan, dan perilaku orang lain, jika ia tidak mengenal diri sendiri. Kedua di samping memahami diri sendiri, guru perlu memiliki pengertian tentang keberbakatan. Oleh karena itu, guru yang akan membina anak berbakat perlu memperoleh informasi dan pengalaman mengenai keberbakatan, tentang apa yang diartikan tentang keberbakatan, bagaimana cirri-ciri anak berbakat, dan dengan cara-cara apa saja kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat terpenuhi. Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan pendidikan anak berbakat, guru akan menyadari bahwa anak-anak ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang terletak di luar jangkauan kurikulum biasa. Ketiga setelah anak berbakat diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak. Sehubungan dengan ini guru hendaknya lebih berfungsi sebagai fasilitator belajar daripada sebagai instructor (pengajar) yang menentukan semuanya.


2.5.2 Strategi 4P dalam Pengembangan Kreativitas Anak
Sehibungan dengan pengembangan kreativitas, ada empat aspek yang dapat diperhatikan, yaitu pribadi, pendorong, produk, dan proses. Dimana keempat aspek ini lebih dikenal dengan istilah 4P. (Ahmad Susanto, 2011 : 128) Dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pribadi, kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif.
b. Pendorong, untuk mewujudkan bakat kreatif siswa diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif anak mereka dan lebih memprioritaskan pencapaian prestasi akademik yang tinggi dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya.
c. Proses, untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu diberi kesempatan untuk bersibuk secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu yang penting adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif
d. Produk, kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan , kegiatan) kreatif. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik menghargai produk kreatifitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Ini akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi.


2.5.3 Metode Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam suasana bermain aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui khayalan, drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini memungkinkan anak untuk mengembangkan pearasaan bebas secara psikologis.
Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak terlalu cepat di evaluasi, akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas.
Layanan pendidikan kepada anak-anak usia dini merupakan dasar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa. Tahun-tahun awal kehidupan anak merupakan dasar yang cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya. Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan.
Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Dalam proses pembelajaran di kelompok bermain, kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan bermain sambil belajar sebab bermain merupakan sifat alami anak. (Pristina Kusuma, 12-11-2012)
Diungkapkan oleh Utami Munandar bahwa penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara sikap bermain dan kreativitas. (Utami Munandar, 2004 : 94) Akan tetapi bermain tanpa bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan anak agar menjadi kreatif.


BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Seperti yang kita ketahui, anak-anak yang kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat masalah dari berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.
Perkembangan kreativitas pada usia 5-6 tahun ketika anak-anak siap memasuki sekolah, mereka belajar bahwa meraka harus menerima otoritas dan konformis dengan aturan dan tata tertib yang dibuat orang dewasa. Usia 8 sampai 10 tahun ketika keinginan anak untuk diterima sebagai anggota gang mencapai puncaknya. Ada beberapa strategi dalam mengembangkan kreativitas anak, yaitu ;
a. Peran guru dalam mengembangkan kreativitas anak;
b. Strategi pembelajaran 4P;
c. Strategi bermain.


3.2 Kritik dan Saran
Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita dapat menemukan beberapa pengajar yang masih kurang memperhatikan pengembangan kreativitas anak didiknya, maka dari itu kita sebagai calon-calon pendidik masa depan harus mempersiapkan sejak dini rencana-rencana pengajaran yang merujuk pada pengembangan kreativitas anak-anak didik dengan berbagai teori dan peran-perannya yang telah penulis ungkapkan pada makalah ini demi kemajuan kreativitas anak-anak bangsa dimasa yang akan datang.
Dari hasil makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Dan segala yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari diri saya. Penyusun sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan karya ilmiah selanjutnya.




DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Ahmad, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta : Kencana, 2011.
Syafaruddin & Herdianto, Pendidikan Pra Skolah, Medan : Perdana Publishing, 2011.
Munandar, Utami, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah , Jakarta : Gramedia Pustaka, 1999.
Semiawan, Conny R, Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.
Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,Jakarta : Asdi Mahasatya, 2004
Yuwono, Trisno, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Arkola, 2003
Hamdani, Asep Saepul, Pengembangan Kreativitas, Jakarta : Pustaka As-Syifa, 2002.
Lia Hudiani Jannah, Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas anak, dikutip dari http://pkaud.blogspot.com/ di akses pada tanggal 12-11-2012
Yeyen Pristina Kusuma Perdana, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini, dikuti darihttp://yeyenpristina.blogspot.com/2012/04/pengembangan-kreativitas-anak-usia-dini.html Pada tanggal 12,11,2012

sumber:http://rudisiswoyo89.blogspot.co.id/2013/11/makalah-perkembangan-kreaktivitas-anak.html





Baca Artikel Terkait: