-->

Rabu, 23 Mei 2018


Hakikat penciptaan manusia sesungguhnya adalah untuk bersujud dan beribadah kepada Allah SWT. Dan salah satu kewajiban manusia adalah melakukan sholat wajib atau sholat fardhu. Kewajiban ini juga telah banyak diserukan dalam Al Quran.


وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Q. S. Al Baqarah : 110)

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (Q. S. An Nur: 56)

Dalam sehari, kita biasanya melaksanakan sholat minimal lima waktu, yakni subuh, zhuhur, ashar, magrib, dan isya. Adapun ibadah lain yang biasanya dilakukan pada ujung sholat adalah berdoa. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q. S. Al Baqarah : 186)

Dari Abu Sa’id, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad 3/18. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid).

Rasulullah SAW bersabda, “Doa adalah ibadah”, kemudian beliau membaca ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu”. [Ghafir : 60]. Ada banyak keutamaan berdoa dalam Islam dan manfaat doa dalam Islam. Salah satu waktu terkabulnya doa adalah setelah pada penghujung sholat wajib. Hal ini juga telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW.

Diriwayatkan dari hadits Abi Umamah berkata : “Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam ditanya; wahai Rasulullah, doa apakah yang paling di dengar? Beliau berkata: “Doa di tengah malam terakhir, serta setelah shalat-shalat wajib.”

Al Ghazali menukil dari Mujahid berkata,”Sesungguhnya shalat-shalat itu telah dijadikan di waktu-waktu terbaik maka hendaklah kalian berdoa setelah shalat-shalat itu.” Diriwayatkan dari al ‘Irbadh bin Sariyah (marfu’) : “Barangsiapa melaksanakan shalat wajib maka baginya doa yang dikabulkan dan barangsiapa khatam al Qur’an maka baginya doa yang dikabulkan.” (al Mausu’ah juz II hal 14655)

Dalam pelaksanaan sholat fardhu, Islam lebih menganjurkan untuk melakukannya secara berjamaah. Dari Ubay bin Ka’ab berkata: “Rasulullah saw. bersabda ”Shalat seseorang dengan sesorang lainnya (berjamaah) lebih bersih dari shalat sendirian (munfarid). Dan shalatnya dengan dua orang lainnya lebih bersih daripada shalatnya bersama seorang lainnya. Dan lebih banyak (jumlahnya) maka lebih dicintai oleh Allah Ta’alaa”

Rasulullah SAW juga bersabda: “Tidaklah ada tiga orang dalam satu perkampungan atau pedalaman tidak ditegakkan pada mereka shalat, kecuali Syaithan akan menguasainya. Berjama’ahlah kalian, karena serigala hanya memangsa kambing yang sendirian.” (HR. Abu Dawud)

Dalam riwayat lain, Rasulullah kembali menganjurkan untuk melakukan sholat berjamaah ketimbang sholat sendirian: “Kembalilah kepada ahli kalian, lalu tegakkanlah shalat pada mereka, serta ajari dan perintahkan mereka (untuk shalat). Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. Jika telah datang waktu shalat, hendaklah salah seorang kalian beradzan dan yang paling tua menjadi imam” (HR. Bukhari)

وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَلْتَقُمْ طَآئِفَةٌ مِّنْهُم مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُوٓا۟ أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا۟ فَلْيَكُونُوا۟ مِن وَرَآئِكُمْ وَلْتَأْتِ طَآئِفَةٌ أُخْرَىٰ لَمْ يُصَلُّوا۟ فَلْيُصَلُّوا۟ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا۟ حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ ۗ وَدَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُم مَّيْلَةً وَٰحِدَةً ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِن كَانَ بِكُمْ أَذًى مِّن مَّطَرٍ أَوْ كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَن تَضَعُوٓا۟ أَسْلِحَتَكُمْ ۖ وَخُذُوا۟ حِذْرَكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَٰفِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا

Artinya: “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu],

dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus.

Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.” (Q.S. An Nisa: 102)

Namun beberapa orang yang melakukan sholat berjamaah, melakukan doa bersama yang dipimpin oleh imam. Kegiatan ini tentunya sering kita temui di banyak tempat di Indonesia.

Padahal sebenarnya Rasulullah tidak pernah mencontohkan hal tersebut. Rasulullah SAW kepada Muadz bin Jabal,”Janganlah kamu melupakan untuk mengucapkan di ‘dubur’ setiap shalat : “ALLAAHUMMA A’INNII ‘ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBAADATIK” (Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta beribadah kepadaMu dengan baik.).” (HR. Ahmad, Abu Daud dan an Nasai)

Dari imam asy-Syâthibi rahimahullah dalam penuturan beliau rahimahullah : “Telah diketahui bahwa berdo’a secara berjamaah (yang dipimpin) secara terus menerus tidak pernah ada dari perbuatan, perkataan dan persetujuan Rasulullah SAW“. [al-I’tishâm 1/352].

Dari anas bin malik, dia berkata;”Rosulullah sholallahu ‘alaihiwassalam suatu hari mengimami kami. Setelah selesai shalat beliau menghadapkan wajahnya kepda kami lalu bersabda; “Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah imam (shalat) kamu, maka janganlah kamu mendahuluiku dengan ruku’sujud, berdiri, atau salam!”. (HR Muslim, no.426)

Dalam hadist diatas Rasulullah menyuruh kita untuk mengikutinya sampai salam saja atau selesai sholat. Tidak ada perintah untuk mengikuti berdoa berjamaah setelah shalat. Rasulullah mengajarkan untuk melakukan doa tanpa mengikuti imam atau berdoa sendiri.

Dari al – Bara’ ra, dia berkata: “kami (para sahabat) dahulu, jika melakukan shalat di belakang Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwassalam, kami suka berada di sebelah kanan beliau, karena beliau akan menghadapkan wajahnya kepada kami”. Al Bara’ juga berkata :”Aku pernah mendengar beliau berdoa; “Wahai Rabb-ku, jagalah aku dari siksaMu pada hari Engkau membangkitkan atau mengumpulkan hamba-hambaMu” (HR Muslim, no 709)

Dari doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah di atas, jelas bahwa beliau hanya berdoa sendiri karena isi doa tersebut adalah untuk dirinya sendiri. Melakukan doa bersama setelah sholat berjamaah tidak dilarang, namun juga tidak disarankan karena selain tidak pernah dicontohkan Rasulullah juga kebutuhan dan keinginan setiap orang dalam berdoa itu berbeda-beda.

Adapun adab yang disarankan setelah sholat berjamaah adalah menunggu imam menghadap ke makmum, sebagaimana dalam sebuah riwayat : “Kami dahulu apabila telah sholat dibelakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka kami senang berada disebelah kanannya yang ia menghadap kepada kami dengan wajahnya.” (HR. Muslim)

Amalan lain setelah sholat berjamaah adalah berdzikir. Namun hendaknya berdzikir sendirian dan menghitung dzikir dengan menggunakan jemari.

Abdullah bin ‘Amru Radhiyallahu anhu menjelaskan : “Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghitung tasbih dengan tangan kanannya (HR. Abu Daud). Rasulullah juga bersabda: “Wahai sekalian kaum wanita hitunglah (dzikir) dengan jari jemari, karena mereka akan ditanya dan akan diminta bicara.” (HR. Abu Daud).




Baca Artikel Terkait: