﴿ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ
مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا
كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ
وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا ١ ﴾
Terjemah Kemenag 2019
1. Wahai manusia,
bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam)
dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.143) Bertakwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah)
hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.
143) Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Adam a.s. dan Hawa
tidak diciptakan melalui proses evolusi hayati seperti makhluk hidup lainnya,
tetapi diciptakan secara khusus seorang diri, lalu diciptakanlah pasangannya
dari dirinya. Mekanismenya tidak dapat dijelaskan secara sains. Selanjutnya,
barulah anak-anaknya lahir dari proses biologis secara berpasangan-pasangan
sesuai kehendak-Nya.
﴿ وَاٰتُوا الْيَتٰمٰىٓ اَمْوَالَهُمْ وَلَا تَتَبَدَّلُوا
الْخَبِيْثَ بِالطَّيِّبِ ۖ وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَهُمْ اِلٰٓى
اَمْوَالِكُمْ ۗ اِنَّهٗ كَانَ حُوْبًا كَبِيْرًا ٢ ﴾
2. Berikanlah kepada
anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka. Janganlah kamu menukar yang
baik dengan yang buruk dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu.
Sesungguhnya (tindakan menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar.
﴿ وَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تُقْسِطُوْا فِى الْيَتٰمٰى فَانْكِحُوْا
مَا طَابَ لَكُمْ مِّنَ النِّسَاۤءِ مَثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَ ۚ فَاِنْ خِفْتُمْ
اَلَّا تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ ذٰلِكَ
اَدْنٰٓى اَلَّا تَعُوْلُوْاۗ ٣ ﴾
3. Jika kamu
khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim
(bilamana kamu menikahinya), nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua,
tiga, atau empat. Akan tetapi, jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku
adil, (nikahilah) seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki.
Yang demikian itu lebih dekat untuk tidak berbuat zalim.
﴿ وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۗ فَاِنْ طِبْنَ
لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـًٔا مَّرِيْۤـًٔا ٤ ﴾
4. Berikanlah mahar
kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan.
Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (mahar) itu dengan
senang hati, terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati.
﴿ وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاۤءَ اَمْوَالَكُمُ الَّتِيْ جَعَلَ
اللّٰهُ لَكُمْ قِيٰمًا وَّارْزُقُوْهُمْ فِيْهَا وَاكْسُوْهُمْ وَقُوْلُوْا
لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا ٥ ﴾
5. Janganlah kamu
serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya harta (mereka yang ada
dalam kekuasaan)-mu yang Allah jadikan sebagai pokok kehidupanmu. Berilah
mereka belanja dan pakaian dari (hasil harta) itu dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik.
﴿ وَابْتَلُوا الْيَتٰمٰى حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَۚ
فَاِنْ اٰنَسْتُمْ مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوْٓا اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ ۚ
وَلَا تَأْكُلُوْهَآ اِسْرَافًا وَّبِدَارًا اَنْ يَّكْبَرُوْا ۗ وَمَنْ كَانَ
غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ ۚ وَمَنْ كَانَ فَقِيْرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوْفِ
ۗ فَاِذَا دَفَعْتُمْ اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ فَاَشْهِدُوْا عَلَيْهِمْ ۗ
وَكَفٰى بِاللّٰهِ حَسِيْبًا ٦ ﴾
6. Ujilah anak-anak
yatim itu (dalam hal mengatur harta) sampai ketika mereka cukup umur untuk
menikah. Lalu, jika menurut penilaianmu mereka telah pandai (mengatur harta),
serahkanlah kepada mereka hartanya. Janganlah kamu memakannya (harta anak
yatim) melebihi batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa
(menghabiskannya) sebelum mereka dewasa. Siapa saja (di antara pemelihara itu)
mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan
siapa saja yang fakir, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang
baik. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, hendaklah
kamu adakan saksi-saksi. Cukuplah Allah sebagai pengawas.
﴿ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ
وَالْاَقْرَبُوْنَۖ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ
وَالْاَقْرَبُوْنَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ اَوْ كَثُرَ ۗ نَصِيْبًا مَّفْرُوْضًا ٧ ﴾
7. Bagi laki-laki
ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya dan bagi
perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan
kerabatnya, baik sedikit maupun banyak, menurut bagian yang telah ditetapkan.
﴿ وَاِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ اُولُوا الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى
وَالْمَسٰكِيْنُ فَارْزُقُوْهُمْ مِّنْهُ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا
٨ ﴾
8. Apabila (saat)
pembagian itu hadir beberapa kerabat,144) anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin, berilah mereka sebagian dari harta itu145) dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik.
144) Maksudnya adalah kerabat yang tidak mempunyai hak
waris dari harta warisan.-><-145) Pemberian sekadarnya tidak boleh lebih
dari sepertiga harta warisan.
﴿ وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ
ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا
قَوْلًا سَدِيْدًا ٩ ﴾
9. Hendaklah merasa
takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan
yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah
dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak
keturunannya).
﴿ اِنَّ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ الْيَتٰمٰى ظُلْمًا
اِنَّمَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ نَارًا ۗ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيْرًا ࣖ ١٠
﴾
10. Sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu
menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka).