-->

Senin, 18 Januari 2016

Madaya diblokade oleh pemerintah Suriah. Tidak ada satupun bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke wilayah ini.

Bencana kelaparan akibat perang tengah dialami oleh para warga Suriah yang tinggal di Kota Madaya yang berjarak 30 mil dari Damaskus. Tidak ada bahan makanan sedikitpun tersedia, bahkan bantuan tidak juga datang.

Padahal, mereka harus bertahan hidup. Kondisi mereka semakin mengkhawatirkan lantaran kini telah memasuki musim dingin.

Aktivis oposisi telah merilis foto-foto yang menggambarkan kondisi memilukan warga yang kelaparan hingga seperti tinggal kerangka di Madaya.

Warga terpaksa makan daun dan tanaman, setelah wilayah itu diblokade selama enam bulan oleh pasukan Presiden Bashar Assad dan sekutunya dari milisi Syiah Libanon, Hizbullah.

Putus asa untuk bertahan hidup, para warga Madaya yang menurut aktivis oposisi puluhan dari mereka sudah meninggal karena kelaparan, juga telah terpaksa makan hewan peliharaan mereka sendiri seperti kucing dan anjing.

Pengamat independen melaporkan, korban tewas akibat kelaparan setidaknya 10 jiwa. mereka memperingatkan angka itu akan meningkat karena suhu menurun di kota di dekat perbatasan dengan Libanon itu.

Kemarin, ada beberapa bantuan untuk Madaya karena pemerintah Assad mengumumkan, mereka akan mengizinkan lembaga donor untuk memberikan bantuan untuk pertama kalinya sejak Oktober.

Lembaga donor juga akan diizinkan untuk memasuki desa Foua dan Kfarya di utara Suriah. Kedua wilayah yang dikuasai pasukan oposisi itu adalah rumah bagi 30.000 warga Syiah.

Tetapi warga di Madaya mengatakan kesepakatan itu dianggap terlambat untuk mencegah penderitaan mereka.

"Kami hidup mengandalkan daun dan tanaman, tapi sekarang kami sedang berjuang di tengah badai salju dan tidak ada lagi tanaman atau daun," kata aktivis oposisi Majed Ali, 28 tahun.

Warga Madaya juga telah beralih ke air yang dibumbui dengan rempah-rempah, lemon, garam dan cuka. "Hanya itu yang tersedia," ucap Kepala Dewan Oposisi Abu Hassan Mousa.

Harga beras dan susu bubuk melambung tinggi dan tidak masuk akal. Saat ini, harga beras di Madaya mencapai 300 dolar AS per kilo, setara Rp4 juta.

Juru bicara Program Pangan Dunia (WFP) Bettina Luescher mengatakan, "WFP sangat prihatin tentang situasi kemanusiaan yang dilaporkan di Madaya, mengancam kehidupan hampir 40.000 jiwa."

"Madaya terakhir kali mendapat bantuan 3.900 ransum makan pada 17 Oktober - cukup untuk memberi makan lebih dari 19.000 orang selama satu bulan," kata Luescher.

"Sejak itu, tidak ada lagi makanan atau bantuan kemanusiaan yang sampai ke daerah-daerah seperti yang direncanakan," ucap dia.

Dengan ketebalan salju mencapai 20 inci pekan ini, warga terpaksa membakar perkakas, daun pintu dan perlengkapan kayu. Barang-barang itu digunakan untuk menghangatkan rumah mereka selama musim dingin.

"Negosiasi tidak ada artinya selama kita dikepung. Sepanjang waktu kami berharap untuk secangkir susu untuk anak-anak kami. Apa yang kita negosiasikan? Kematian kami?," kata Ali gusar. (Dream)




Baca Artikel Terkait: