-->

Selasa, 12 Maret 2013



BAB I
PEMBUKAAN

A. Pendahuluan

Perlu dijelaskan lebih dahulu, bahwa membenarkan dalam pengertian iman seperti yang tersebut di atas, ialah suatu pengakuan yang didasarkan kepada makrifat. Karena itu perlulah kiranya diketahui dahulu akan arti dan kedudukan makrifat itu.

Makrifat ialah: “Mengenal Allah Tuhan seru sekalian alam” untuk mengenal Allah, ialah dengan memperhatikan segala makhluk-Nya dan memperhatikan segala jenis kejadian dalam alam ini. Sesungguhnya segala yang diciptakan Allah, semuanya menunjukkan akan “adanya Allah”. memakrifati Allah, maka Dia telah menganugerahkan akal dan pikiran. Akal dan pikiran itu adalah alat yang penting untuk memakrifati Allah, Zat yang Maha Suci, Zat yang tiada bersekutu dan tiada yang serupa. Dengan memakrifati-Nya tumbuhlah keimanan dan keislaman. Makrifat itulah menumbuhkan cinta, takut dan harap. Menumbuhkan khudu’ dan khusyuk didalam jiwa manusia. Karena itulah makrifat dijadikan sebagai pangkal kewajiban seperti yang ditetapkan oleh para ahli ilmu Agama. Semuanya menetapkan: “Awwaluddini, ma’rifatullah permulaan agama, ialah mengenal Allah”. Dari kesimpulan inilah pengarang az-Zubad merangkumkan syairnya yang berbunyi: Permulaan kewajiban manusia, ialah mengenal akan Allah dengan keyakinan yang teguh.

Sebagian besar ulama Hanafiyah dan ahli hadits menetapkan bahwa iman dan Islam hanya satu. Akan tetapi Abul Hasan al-Asy’ari mengatakan: Iman dan Islam itu berlainan”.

Abu Manshur al-Maturidi berpendapat, bahwa: “Islam itu mengetahui dengan yakin akan adanya Allah, dengan tidak meng-kaifiyat-kan-Nya dengan sesuatu kaifiyat, dengan tidak menyerupakan-Nya dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya. Tempatnya yang tersebut ini, ialah dalam hati. Iman ialah mempercayai (mengetahui) akan ketuhanan-Nya dan tempatnya ialah di dalam dada (hati). Makrifat ialah mengetahui Allah dan akan segala sifat-Nya. Tempatnya ialah di dalam lubuk hati (fuad). Tauhid ialah mengetahui (meyakini) Allah dengan keesaan-Nya. Tempatnya ialah di dalam lubuk hati dan itulah yang dinamakan rahasia (sir).

Inilah empat ikatan, yakni: lslam, iman, makrifat, dan tauhid yang bukan satu dan bukan pula berlainan. Apabila keempat-empatnya bersatu, maka tegaklah Agama


BAB II
PEMBAHASAN

B. Pengertian Iman Kepada Allah

Iman menurut bahasa,kata iman berarti percaya.Sedangkan menurut pengertian istilahi,khususnya dalam perspektif islam,iman adalah memercayai dan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW,baik yang berkenaan dengan akidah,ibadah maupun muamalah.pngertian iman disepakati bahwa iman yang benar adalah harus diyakini dalam hati,diikrarkan melalui lisan dan dimanifestasikan dalam tindakan yang berupa pelaksanaan ibadah dan amal saleh.[1]Menurut golongan Mutakalimin iman adalah pembenaran dalam hati,penuturan menurut lisan dan pengamalan oleh anggota badan.

Iman juga sering di interpretasikan dengan istilah tauhid. Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Ibnu Sholeh Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul).

Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa sesungguh banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi mereka menyembah Malaikat, menyembah para Nabi, menyembah orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

C. Sifat Wajib, Mustahil dan Jaiz Bagi Allah

1. Allah Bersifat Wujud (Ada), Mustahil Bersifat ‘Adam (Tidak Ada)

Allah SWT bersifat wujud atau ada, lawannya tidak ada (adam). Adanya Allah SWT dapat dibuktikan dengan akal yaitu dengan melihat dan memikirkan semua yang ada atau yang terjadi di alam semesta ini. Apabila diperhatikan kejadian dan kerja dari organ-oragn tubuh manusia, pasti terpikir bahwa semua itu pasti ada yang mengatur dan menjadikannya. Demikian juga halnya dengan alam ini. Tidak dapat diterima akal bila alam ini terjadi dengan sendirinya. Jika sebelumnya alam ini belum ada, kemudian menjadikan dirinya sendiri, maka akal yang sehat tidak dapat menerima apabila sesuatu yang belum ada dapat membuat dirinya menjadi ada. Sulit diterima akal, apabila benda tersebut terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan atau menjadikan. Begitu pula keteraturan alam, adanya pergeseran siang dan malam secara teratur, peredaran matahari pada sumbunya, peredaran planet-planet, adanya hukum-hukum alam yang semuanya menunjukkan adanya pengaturan, dan yang mengatur iru adalah Allah SWT.

Dalil tentang sifat Allah ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Al An’am 

Artinya: (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu. (QS Al An’am : 102)

Menurut fitrah dan pertimbangan akal sehat tidak mungkin Allah SWT tidak ada, karena ada yang dibuat yaitu makhluk. Pendapat bahwa Tuhan itu tidak ada dan memandang ala mini terjdai secara kebetulan adalah irasional (tidak masuk akal).

Manfaat mempelajarinya: agar manusia mau mengabdikan diri (menyembah) kepada yang wujud itu yaitu Allah SWT

2. Allah Bersifat Qidam (Dahulu), Mustahil bersifat Huduts (Didahului)

Allah SWT bersifat qidam atau dahulu, lawannya bersifat baru ata ada yang mendahului. Hal ini dapat dilihat dengan contoh yang sederhana, yaitu rumah. Rumah dibuat tukang (manusia). Adanya rumah itu setelah adanya manusia (tukang). Dengan kata lain tukang lebih dulu ada dibanding rumah yang dibuatnya. Begitu pula Allah SWT yang meciptakan alam semesta beserta isinya telah lebih dahulu ada dibandingkan alam yang diciptakannya. Namun demikian, adanya Allah SWT tiada bermula dan tiada berakhir.

Allah SWT adalah Maha Azali, yaitu sudah ada sebelum adanya sesuatu apapun selain dia sendiri, dan akan terus abadi, sebagaimana firmannya :

Artinya : “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin]; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al Hadid : 3)

Memperhatikan tanda – tanda kekuasaan Allah, maka akal sehat manusia pasti menolak bahwa yang diciptakan lebih dahulu ada dari yang menciptakan. Pelukis lebih dulu ada dari pelukisnya. Maka mustahil Allah bersifat Huduts.

Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin bahwa Allah SWT telah ada dan sempurna sejak awal.

3. Allah Bersifat Baqa’ (Kekal) Mustahil Fana (Binasa)

Allah SWT adalah Khaliq (pencipta) dan alam adalah Makhluk (yang diciptakan). Allah SWT sebagai pencipta segala sesuatu mempunyai sifat Baqa’, yaitu kekal selama-lamanya. Semua yang ada di alam ini dapat rusak, binasa, mati dan musnah. Tetapi Allah SWT tetap, tanpa mengalami perubahan, sebagaimana firmannya : :

Artinya : “(26). Semua yang ada di bumi itu akan binasa. (27). Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS Ar Rahman : 26-27)

Allah SWT tidak ada yang menciptakan, maka mustahil bagi Allah SWT memiliki sifat seperti makhluk. Seluruh makhluk di alam semesta ini ada awalnya dan pasti akan berakhir, maka semuanya akan hancur.

Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin bahwasanya Allah SWT bersifat kekal, sementara manusia pasti binasa dan manusia harus menyiapkan bekal untuk kehidupan sesudah binasa.

4. Allah Besifat Mukhallafat lil Hawaditsi (Berbeda dari Semua Makhluk), Mustahil Mumatsalatuhu lil Hawaditsi (Ada yang Menyamainya)

Allah SWT berbeda sifatnya dengan semua makhluk. Hal ini mudah dipahami karena Allah SWT adalah pencipta semesta alam, sehingga mustahil pencipta sama dengan yang diciptakannya. Firman Allah SWT : 

Artinya: “…Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS As Syuara : 11)

Kita wajib percaya bahwa Allah SWT berbeda dengan makhluknya. Meja, kursi, papan tulis yang dibuat tentu tidak akan sama bentuk dan rupanya dengan yang membuat. Begitu pula Allah SWT sebagai Khalik pasti berbeda dengan Makhluk.

Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin bahwa mauusia tidak mampu menandingi zat Allah yang pasti tidak sama dengan manusia.

5. Allah Bersifat Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri), Mustahil Qiyamuhu Bighairihi (Bergantung pada Sesuatu)


Allah SWT berdiri sendiri, lawannya adalah dengan batuan atau bergantung pada yang lain. Allah SWT adalah pencipta alam dengan segala isinya. Ini berarti dalam penciptaan alam tidak ada yang membantu dan dia tidak membutuhkan bantuan sebab Allah Maha Kuasa dan Maha Perkasa, sedangkan sesutau selain Allah SWT adalah makhluk yang lemah dan mustahil menolong penciptanya. Firman Allah SWT 

Artinya : “… Allah tidak merasa beratb memelihara keduanya dan dia Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS Al Baqarah : 255).


Allah SWT tidak memerlukan bantuan dari yang lain, dia berkuasa sendiri, karena dia maha Sempurna. Jika Allah SWT memerlukan bantuan dari yang lain berarti Allah bersifat Ihtiyaju li ghairihi atau Qiyamuhu bi ghirihi. Itu tidak mungkin bagi Allah SWT, karena menunjukkan kelemahan dan kekurangan. Yang mempunyai sifat kelemahan hanya makhluk, Mustahil dimiliki oleh Allah SWT.


Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak sombong, karena manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, antara manusia harus saling tolong – menolong karena yang berdiri sendir adalah Allah SWT.


6. Allah Bersifat Wahdaniyah (Esa), Mustahil ‘Adadun (Berbilang)


Agama Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu Esa, lawannya berbilang, yaitu lebih dari satu, baik dzatnya, sifatnya, maupun perbuatannya. Esa dalam dzatnya ialah bahwa dzat atau substansi Allah SWT tidak tersusun dari unsur atau elemen dan tidak dapat dibagi atau diukur.


Allah SWT adalah zat yang mutlak, tidak dapat disamakan dengan apapun, tidak mungkin dilihat dengan mata, tidak dapat diraba dengan tangan, tidak dapat diketahui dengan panca indera manusia, juga tidak dapat diukur dengan alat apapun, karena dia sangat berbeda dengan apa pun yang ada.


Allah SWT pun esa dalam perbuatannya, maksudnya tidak ada sesuatu yang mampu berbuat seperti perbuatan khalik. Dia yang mewujudkan semua rencana dan perbuatannya tanpa dipengaruhi pihak lain.


Jika kita perhatikan alam semesta dan segala isinya, nampak keteraturan antara satu dengan yang lain, itu adalah bukti bahwa alam ini berjalan atas “sunatullah”, tidak nampak sedikitpun benturan. Jika demikian, maka yang mengatur hanya zat yang tunggal, yaitu Allah. Kerusakan akan terjadi bila adanya tuhan lebih dari satu. Firman Allah SWt dalam QS Al Anbiya : 22, yang berbunyi: :


Artinya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (QS Al Anbiya : 22)


Keesaan Allah SWT wajib diyakini oleh setiap mukmin secara utuh dan sempurna. Namun jangan sampai memikirkan zat atau bentuk Allah, tetapi yang harus dipirkan hanyalah ciptaannya saja.


Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin akan keesaan Allah dan hanya taat kepada Allah yang Esa itu.


7. Allah Bersifat Qudrat (Maha Kuasa), Mustahil ‘Ajzun


Allah bersifat Maha Kuasa, lawannya lemah, terbatas, dan tidak berkuasa. Allah Maha Kuasa artinya hanya Allah SWT saja yang berkuasa, sedangkan makhluk selain Allah SWT tidak mempunyai kekuasaan apa-apa. Kekuasaan Allah SWT tidak hanya dalam membuat dan menghidupkan saja, tetapi juga berkuasa meniadakan atau mematikan sesuai dengan kehendaknya sendiri. Firman Allah SWT : :


Artinya : “… Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran : 26)


Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak berlaku sewenang – wenang bila memiliki kekuasaan, karena kekuasaan yang dimiliki oleh manusia sifatnya hanya sementara dan terbatas.


8. Allah Bersifat Iradat (Berkehendak), Mustahil Karahah (Terpaksa)


Sifat berkehendak, lawannya adalah terpaksa. Artinya bahwa Allah SWT menjadikan sesuatu sesuai dengan rencana dan kehendaknya.


Sifat qudrat sangat erat kaitannya dengan sifat iradat. Segala sesuatu yang telah dan akan dijadikan Allah SWT adalah karena kehendak (iradat) Allah sendiri.


Jika Allah SWT menghendaki sesuatu. Ia cukup hanya berfirman maka jadilah sesuatu yang dikehendakinya itu. Firman Allah SWT : :


Artinya : “Sesungguhnyanya perintahnya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah” maka terjadilah ia.” (QS Yaasiin ; 82)


Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak lekas putus asa bila kehendaknya tidak tercapai atau menemui kegagalan, sebab kewajiban manusia hanyalah berusaha dan yang menentukan adalah Allah SWT.


9. Allah Bersifat Ilmu (Maha Mengetahui), Mustahil Jahlun (Tidak Tahu atau Bodoh)


Allah SWT bersifat Maha Mengetahui, lawannya tidak tahu. Ilmu Allah SWT tidak ada batasnya karena Allah SWT yang menjadikan alam semesta ini. Allah SWT mengetahui segala sesuatu, baik nyata maupun tidak nyata. Allah Maha Berilmu dan merupakan sumber segala ilmu, sedangkan manusia hanya diberikan sedikit ilmu oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya : :


Artinya : “…Tidakkah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS Al Isra : 85)


Ilmu artinya mengetahui, maksudnya Allah SWT memiliki sifat Maha Mengetahui terhadap sesuatu. Sifat Allah itu sebagai bukti bahwa Allah tidak pernah didahului oleh ketidak tahuan, begitu pula ilmu Allah itu sangat luas dan tidak dibatasi oleh kelemahan dan kekurangan.


Allah SWT mengetahui yang nampak dan tersembunyi, mengetahui yang sudah terjadi dan akan terjadi yng ada di langit dan di bumi, bahkan yang tersembunyi di dalam diri setiap manusia. Firman Allah SWT: 


Artinya: Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Al Hujurat : 18


Allah mustahil bersifat Jahlun (bodoh), karena bodoh merupakan sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT Maha Sempurna.


Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak sombong bila memiliki ilmu pengetahuan sebab ilmu Alla teramat luas dan ilmu manusia terbatas.


10. Allah Bersifat Hayat(Hidup), Mustahil Mautun (Mati)


Allah SWT bersifat Hayat atau hidup, lawannya mati atau mautun. Kehidupan Allah SWT sempurna dalam arti dia hidup untuk selama-lamanya (hidup sempurna), tidak seperti hidupnya manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan serta benda lain yang mengalami kebinasan. Allah SWT kekal. Kalau Allah SWT mati atau tidak hidup tentu tidak akan ada makhluk hidup. Hal ini dapat disimak dalam Al Qur’an. Firman Allah SWT. :


Artinya : “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.” (QS Al Furqan : 58)


Sesuai dengan kekuasaannya, Allah memiliki sifat Hayat yang mutlak, hidup dengan sendirinya dan sifatnya kekal. Hidup tidak pernah berakhir dengan kematian, karena mati hanyalah milik makhluk. Dengan demikian wajib bagi Allah SWT bersifat hayat, dan mustahil bagiNya besifat maut.


Manfaat mempelajarinya: agar manusia hendaknya bebuat baik selama hidup di dunia yang hanya sekali ini, sebab yang hidup kekal hanya Allah sedang manusia pasti mengalami kematian.


11. Allah Bersifat Sama’ (Mendengar), Mustahil ‘Asham (Tuli)


Allah SWT bersifat mendengar (sama’), lawannya tuli. Mendengarnya Allah SWT tidak sama dengan mendengarnya manusia. Pendengaran manusia dapat mengalami gangguan, seperti menjadi tuli dan tidak dapat mendengar. Ketajaman pendengaran manusia terbatas dan tidak sama antara satu dengan yang lainnya.


Allah Maha Mendengar, tidak ada suara yang tidak didengar oleh Allah SWT. Tidak ada kesulitan bagi allam SWT mendengar semua suara walaupun suara itu sangat lemah. Bahkan suara hati manusia akan didengar oleh Allah SWT. Orang yang beriman kepada Allah SWT niscaya akan merasa senang dan tenang karena tidak khawatir bahwa doa atau permohonannya tidak akan didengar oleh Allah SWT. Firman Allah SWT ; :


Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.” (QS Al Baqarah : 127)


Setiap muslim di manapun berada, siang atau malam, di tempat ramai atau tersembunyi, senantiada didengar oleh Allah SWT. Sikap ini harus ditanamkan dalam perilaku sehari – hari. Tidak ada kesulitan bagi Allah mendengar sesuatu dan semua suara walaupun suara itu sangat lemah, bahkan suara hati manusia akan didengar oleh Allah SWT.


Manfaat mempelajarinya: agar manusia dalam berbicara harus berhati – hati, jangan berkata kotor, porno, atau cabul, sebab dimana manusia berbicara Allah pasti mendengar.


12. Allah Bersifat Bashar (Melihat), Mustahil A’ma (Buta)


Allah bersifat Maha Melihat, lawannya buta. Melihatnya Allah SWT adalah sempurna terhadap apa yang ada di alam ini. Firman Allah SWT : : 


Artinya : “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Al hujurat : 18)


Bashar artinya melihat, maksudya Allah maha meliaht kepada seluruh makhluknya. Penglihatan Allah sangat luas tidak dibatasi oleh suatu apapun. Allah maha melihat terhadap yang nampak maupun yang tersembunyi. 


Manfaat mempelajarinya: agar manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini hati – hati, jangan berbuat maksiat sebab Allah pasti melihat meskipun di mana saja kita berada.


13. Allah Bersifat Kalam (Berfirman), Mustahil Abkam (Bisu)


Allah SWT bersifat kalam, lawannya bisu. Kalam Allah SWT adalah sempurna. Terbukti dalam firmannya yang termaktub dalam Al Qur’an yang sempurna. Karena itu tidak ada bahasa manusia yang dapat menggantikan bahasa (kalam) Allah SWT, karena kalam Allah SWT itu bersih dari segala kata manusia.[2]


Sifat Jaiz Bagi Allah


Sesudah kita mengetahui segala sifat yang wajib dan sifat yang mustahil bagi AllahSWT perlu pula diketahui sifat Jaiz bagi-Nya.Adapun sifat yang jaiz bagi Allah itu hanyalah satu,yaitu Jaiz bagiNya untuk menciptakan alam ini atau tidak menciptakannya.Diciptakan alam yang luas ini bukanlah karena sifat kewajiban yang menghukumnya,tetapi hanyalah karena Allah berkenan melimpahkan rahman dan rahimnya kepada alam ini khususnya kepada manusia.[3]


Pembagian sifat-sifat Allah:


Sifat nafsiah yaitu suatu hal yang wajib bagi dzat Allah bersifat dengan sifat: wujud (ada ),yang wujudnya tidak disebabkan oleh sesuatu sebab apapun.


Sifat salbiah yaitu suatu sifat yang menafikan (meniadakan)semua sifat yang tidak layak bagi Allah ada 5 yaitu ,qidam,baqa’,mukhalafatu lil awadisi,qiyamuhu binafsihi dan wahdaniah.


Sifat ma’ani yaitu semua sifat mauun yang berdiri pada Dzat Allah yang maujud,yang mewajibkan dzat itu bersifat dengan suatu hukum sifat ma’nawiyah.meliuti 7 sifat yaitu :qudrat,iradat,ilmu,hayat,sama’,basar,kalam.


Sifat ma’nawiyah yaitu suatu hal yang tetap (tsabit) bagi dzat Allah yang bersifat dengan sifat ma’nawiyah.meliputi 7 sifat yaitu :qadiran,muridan,alimun,hayyun ,sami’un,basirun,mutakalimun.[4]


Berikut adalah beberapa terjemahan dalil yang terkandung di dalam Al-Qur'an dan Hadits tentang sifat-sifat Allah: 
"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia" - (Q.S. Al-Baqarah : 163) 
Sesungguhnya Allah itu Amat Berkuasa atas segala sesuatu" - (Q.S Al-Baqarah: 20) 
"Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu" - (QS. Al-Baqarah : 29) 
"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia" - (QS. Yasin : 82) 
"... Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat" - (QS. Asy-Syura : 11) 
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup, yang berdiri sendiri... " - (QS. Al-Baqarah : 255) 
"Dialah Yang Awal (tidak berpemulaan) dan Yang Akhir (tidak berkesudahan)... " - (QS. Al-Hadid : 3)

D. Dalil-Dalil Tentang Iman Kepada Allah

Firman Allah SWT:

Wahai orang yang beriman; berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya (Muhammad SAW), kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Barangsiapa kafir (tidak beriman) kepada Allah, malaikat-Nya. kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan Hari Akhirat, maka sesungguhnya orang itu sangat jauh tersesat. QS. an-Nisaa’ (4): 136. 


Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[6] Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. QS. al-Baqarah (2): 255.

Dalam Surat Al-Ikhlash, yang mempunyai arti:


“Katakanlah olehmu (hai Muhammad): Allah itu Maha Esa. Dialah tempat bergantung segala makhluk dan tempat memohon segala hajat. Dialah Allah, yang tiada beranak dan tidak diperanakkan dan tidak seorang pun atau sesuatu yang sebanding dengan Dia.” QS. al-Ikhlash (112): 1-4.
Katakanlah olehmu (wahai Sufyan, jika kamu benar-benar hendak memeluk Islam): Saya telah beriman akan Allah; kemudian berlaku luruslah kamu. (HR. Taisirul Wushul, 1: 18).

Manusia yang paling bahagia memperoleh syafaat-Ku di hari kiamat, ialah: orang yang mengucapkan kalimat La ilaha illallah. (HR. Muslim, Taisirul Wushul, 1: 12).

Barangsiapa mati tidak memperserikatkan Allah dengan sesuatu, pasti masuk surga. Dan barangsiapa mati tengah memperserikatkan Allah dengan sesuatu, pasti masuk neraka. (HR. Muslim, Taisirul Wushul, 1: 12.[7]

E. Macam- Macam Tauhid
Tauhid Al Irodi Ath Tholabi yaitu tauhid yang diinginkan dan dituntut, disebut juga tauhid uluhiyah. Akan tetapi seiring semakin jauhnya umat Islam dari ajaran agama, sehingga banyak terjadi penyimpangan keyakinan di dalam nama dan sifat Allah, maka Tauhid Asma wa Sifat disebutkan secara khusus. Sehingga Tauhid dibagi menjadi 3 : 

Tauhid Rububiyah Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai, memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah semata yang mampu. Dan semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll. Kecuali orang atheis yang berkeyakinan tidak adanya Rabb. Diantara penyimpangan yang lain yaitu kaum Zoroaster yang meyakini adanya Pencipta Kebaikan dan Pencipta Kejelekan, hal ini juga bertentanga dengan aqidah yang lurus. 

Tauhid rububiyah menurut imam syeikh muhammad abduh menjelaskan yaitu “ maha esa Allah dalam mencitakan,dalam mengatur,dalam menentukan takdir,dan menetapkan syariat.dilihat dari sudut ilmu tauhid ialah Allah SWT sebagai khaliq yang menciptkan alam semesta ini dan segala isinya.[8]

Tauhid Uluhiyah Mentauhidkan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu mengikhlaskan ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut, khosyah, pengharapan, dll. 

Tauhid inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum musyrikin. Jadi seseorang belum cukup untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya (Tauhid Rububiyah) tanpa menyertainya dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya (Tauhid Uluhiyah). Karena orang musyrikin dulu juga meyakini bahwa Allah yang mencipta dan mengatur, tetapi hal tersebut belum cukup memasukkan mereka ke dalam Islam. Tauhid inilah yang menjadi inti pembahasan dari Kitab Tauhid, oleh karena itu penulis memberikan judul "Kitab Tauhid yang merupakan hak Allah terhadap hamba-Nya". Judul ini diambil dari perkataan Rasulullah terhadap Muadz bin Jabbal di atas keledai, "Tahukah engkau apa hak Allah terhadap hamba-Nya, dan apa hak hamba terhadap Allah ?", Muadz bin Jabbal, "Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui", Hak Allah kepada hambanya yaitu agar hamba beribadah mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan Allah.


Tauhid Asma Wa Sifat Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al Quran dan oleh Nabi-Nya di dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa merubah makna, mengingkari, mendeskripsikan bentuk/cara, dan memisalkan. Untuk pembahasan yang lebih lengkap bisa merujuk ke beberapa kitab diantaranya Aqidah Washithiyah, Qowaidul Mutsla, dll. Apabila ketiga tauhid di atas ada yang tidak lengkap, maka seorang hamba bisa berkurang imannya atau bahkan telah keluar dari Islam.[9]

F. Tanda-tanda adanya Allah SWT

1. Langit terdiri dari beberapa rasi bintang yang masing-masingnya mempunyai aturan sendiri yang mengikat mereka satu sama lain;hukum dan atura tata surya yang berjalan secara pasti dan tetap itulah yang membuat benda-benda langit tidak saling berbenturan.Hal ini menunjukan kepada kita ada yang membuatnya yaitu Allah swt.


2. Jika diperhatikan keadaan bumi yang terletak di udara lepas,tidak ada tempat bergantung , berpijak dan bertekan maka hal ini membuktikan adanya Tuhan.


3. Apabila diperhatikan pergiliran siang dan malam dan pertukaran musim,maka hal ini pun menandakan adanya Tuhan.


4. Apabila diperhatikan keadaan angin dan udara,siaakah yang mengendalikan angtin-angin itu,yang berhembus ke timur dan ke barat silih berganti,terkadang membawa hujan,terkadang topan,juga membuktikan adanya Tuhan yaitu Allah swt.


5. Awan yang dari uap yang dinaikan oleh panas matahari,kemudian berkumpul menjadi tebal,kemudian turun menjadi hujan menyirami bumi di tempat-tempat tertentu juga menjadi bukti tentang adanya tuhan Allah swt.[10]

G. Fungsi Iman Kepada Allah SWT

Fungsi iman dalam kehidupan manusia adalah sebagai pegangan hidup. Orang yang beriman tidak mudah putus asa dan ia akan memiliki akhlak yang mulia karena berpegang kepada petunjuk Allah SWT yang selalu menyuruh berbuat baik.

Fungsi iman kepada Allah SWT akan melahirkan sikap dan kepribadian seperti berikut ini. 
Menyadari kelemahan dirinya dihadapan Allah Yang Maha Besar sehingga ia tidak mau bersikap dan berlaku sombong atau takabur serta menghina orang lain 
Menyadari bahwa segala yang dinimatinya berasal dari Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sikap menyebabkan ia akan menjadi orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Ia memanfaatkan segala nikmat Allah SWT sesuai dengan petunjuk dan kehendak Nya 
Menyadari bahwa dirinya pasti akan mati dan dimintai pertanggungjawaban tentang segala amal perbuatan yang dilakukan. Hal ini menyebabkan ia senantiasa berhati-hati dalam menempuh liku-liku kehidupan di dunia yang fana ini. 
Merasa bahwa segala tindakannya selalu dilihat oleh Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Ia akan berusaha meninggalkan perbuatan yang buruk karena dalam dirinya sudah tertanam rasa malu berbuat salah. Ia menyadari bahwa sekalipun tidak ada orang yang melihatnya namun Allah Maha Melihat. Dalam salah satu riwayat pernah dikisahkan, pada suatu hari Khalifah Umar bin Khattab menjumpai seorang anak pengembala kambing. Lalu Khalifah meminta kepada gembala itu agar mau menjual seekor kambing kepadanya, berapa saja harganya. Namun anak itu berkata: “Kambing ini bukan milikku melainkan milik majikanku”. Lalu Khalifah Umar berkata lagi: “Bukankah majikanmu tidak ada disini?” Jawab anak gemabala tersebut,” Memang benar majikanku tidak disini dan ia tidak mengetahuinya, tetapi Allah Maha Mengetahui” mendengar jawaban anak itu, Umar tertegun karena merasa kagum atas kualitas keimanan anak itu, yakni Allah SWT Maha Melihat dan selalu memperhatikan dirinya, sehingga ia tidak berani berbuat keburukan, walaupun tidak ada orang lain yang melihatnya. 


Sadar dan segera bertaubat apabila pada suatu ketika karena kekhilafan ia berbuat dosa. Ia akan segera memohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan jahat yang dilakukannya, sebagai mana diterangkan dalam Al Qur’an: 


Artinya : “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS An Nisa :135)


Fungsi iman kepada Allah SWT akan menumbuhkan sikap akhlak mulia pada diri seseorang. Ia akan selalu berkata benar, jujur, tidak sombong dan merasa dirinya lemah dihadapan Allah SWT serta tidak berani melanggar larangannya karena ia mempunyai iman yang kokoh. Oleh karena itu, iman memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yakni sebagai alat yang paling ampuh untuk membentengi diri dari segala pengaruh dan bujukan yang menyesatkan. Iman juga sebagai pendorong seseorang untuk melakukan segala amal shaleh.


H. Hikmah dan Manfaat Briman Kepada Allah

Hikmah beriman kepada Allah SWT sebagai berikut: 

1. Hatinya tenang,tidak goyah,tidak terobang –ambing oleh ajakn nafsu jahat atau orang –orang yang menyesatkan.sesuai firman Allah dalam qs Ar Ra’du ayat 28


2. Orang yang beriman akan selalu mendapat bimbingan dari Allah SWT.


3. Orang yang beriman akan memiliki sikap dan jiwa sosial yang terpuji karena Allah telah memberikan rahmat dan karunianya yang melimpah.


4. Orang yang berimaan akan selalu melakukan amalan2 shaleh terhadap semua makhluk citaan Allah.


5. Allah akan memasukkan orang2 yang beriman kedalam surga sebagai rahmatnya dan pahala atas ketaatan serta keatuhan selama hidup di dunia. QS al maidah ayat 9.[11]


Adapun manfaat beriman kepada Allah SWT sebagai berikut: 


1. Menguatkan tauhid(peng-Esa-an)kepada Allah,sehingga seseorang yang telah beriman kepada Allah,tidak akan menggantungkan dirinya kepada sesuatu selain Allah,baik dengan cara berharap ataupun takut kepadanya,dan ia tidak akan menyembah selain Allah.


2. Seseorang akan mencintai Allah secara sempurna dan akan mengagungkan-Nya sesuai dengan nama-nama-Nya yang baik(asma’ul husna)dan sifat-sifat-Nya yang mulia.


3. Mewujudkan penghambaan diri kepada Allah yaitu dengan melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.[12]


BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan

Iman menurut bahasa,kata iman berarti percaya.Sedangkan menurut pengertian istilahi,khususnya dalam perspektif islam,iman adalah memercayai dan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW,baik yang berkenaan dengan akidah,ibadah maupun muamalah.pngertian iman disepakati bahwa iman yang benar adalah harus diyakini dalam hati,diikrarkan melalui lisan dan dimanifestasikan dalam tindakan yang berupa pelaksanaan ibadah dan amal saleh


Allah SWT memiliki 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil, dan memiliki 1 sifat jaiz, semua sifat ini wajib kita imani sebagai muslim sejati.


Hikmah beriman kepada Allah SWT sebagai berikut: 


1. Hatinya tenang,tidak goyah,tidak terobang –ambing oleh ajakn nafsu jahat atau orang –orang yang menyesatkan.sesuai firman Allah dalam qs Ar Ra’du ayat 28


2. Orang yang beriman akan selalu mendapat bimbingan dari Allah SWT.


3. Orang yang beriman akan memiliki sikap dan jiwa sosial yang terpuji karena Allah telah memberikan rahmat dan karunianya yang melimpah.


4. Orang yang berimaan akan selalu melakukan amalan2 shaleh terhadap semua makhluk citaan Allah.


5. Allah akan memasukkan orang2 yang beriman kedalam surga sebagai rahmatnya dan pahala atas ketaatan serta keatuhan selama hidup di dunia.



DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abd khadir, An Nurul Bahri Ilal Imanil Kamil , Serajaya Santra:Jakarta, 1985


A.munir,sudarsono,dasar-dasar agama islam,rineka cipta,jakarta,1992


Latief rousdiy,agama dalam kehidupan manusia,rimbow,jakarta,1986


Suryan A.Jamrah,Studi ilmu Kalam, Program Pasca Sarjana UIN Suska Riau, Pekanbaru: 2007


Syaikh Muhammad bin shalih Al Utsaimin,Sifat-sifat Allah dalam pandangan Ibnu Taimiyah,Pustaka Azzam,Jakarta,2005


Teungku Muhammad Hasby Ash Shiddieqy,AL ISLAMI 1,Pustaka Rizki Putra : Semarang , 1998


Thoyib sah saputra,Aqidah akhlak,karya toha putra,semarang,1996




http://hbis.wordpress.com/2008/12/04/islam-masuk-indonesia-adalah-islam-generasi-sahabat-rasulullah/


http://www.ilmoe.com/pembagian-tauhid-rububiyah-uluhiyah-asma-wa-sifat.html


[1] Suryan A.Jamrah,Studi ilmu Kalam, Program Pasca Sarjana UIN Suska Riau, Pekanbaru: 2007,h. 47


[2] http://hbis.wordpress.com/2008/12/04/islam-masuk-indonesia-adalah-islam-generasi-sahabat-rasulullah/


[3] Abd khadir, An Nurul Bahri Ilal Imanil Kamil , Serajaya Santra:Jakarta, 1985, h. 50


[4] A.munir,sudarsono,dasar-dasar agama islam,rineka cipta,jakarta,1992, h.7-8


[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Sifat-sifat_Allah_%28Islam%29


[6] Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.


[7] http://zhuldyn.files.wordpress.com/2011/03/agama_zhuldyns-blog.jpg


[8] Latief rousdiy,agama dalam kehidupan manusia,rimbow,jakarta,1986.h141,189


[9] http://www.ilmoe.com/pembagian-tauhid-rububiyah-uluhiyah-asma-wa-sifat.html 


[10] Teungku Muhammad Hasby Ash Shiddieqy,AL ISLAMI 1,Pustaka Rizki Putra : Semarang , 1998 .h. 145


[11] Thoyib sah saputra,Aqidah akhlak,karya toha putra,semarang,1996,h.147-149


[12] Syaikh Muhammad bin shalih Al Utsaimin,Sifat-sifat Allah dalam pandangan Ibnu Taimiyah,Pustaka Azzam,Jakarta,2005,h.41



Baca Artikel Terkait: