Oleh Hartono Ahmad Jaiz
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
Dinding penutup antara mata jin dan aurat manusia ketika seseorang masuk jamban adalah kalau ia mengucapkan Bismillaah. (HR Ibnu Majah dalam Kitab Thoharoh / 242)
Iblis dan bala tentaranya adalah sosok-sosok yang jiwanya kotor terus-menerus. Mereka selalu mengintip aurat dan kejelekan. Iblis telah mencopot pakaian Adam ’alaihis salam dan isterinya sedangkan keduanya itu di surga. Lalu di dunia ini Iblis, wadya balanya, dan partainya membelejeti pakaian taqwa dari jiwa manusia, dan mencopoti pakaian penutup aurat dari badan. Sehingga keadaan telanjang menjadi pemandangan nyata yang dianggap biasa, sedang menampakkan aurat sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan manusia tanpa ada halangannya.
Tetapi kalau memang kita tetap teguh mengikuti syari’at Islam, maka tidak akan terjadi yang demikian itu. Iblis tak mampu, sampai di tempat-tempat yang kita harus buka aurat pun, iblis tak mampu melihatnya, (karena ada do’a seperti tersebut di atas). Maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dzikir dan keutamaan berserah diri kepada-Nya itu sebagai pencegah bagi mata barisan iblis dan partainya. ( Lihat Hasan Ahmad Qothomisy, Al-Muwajahah As-Shiro’ ma’as Syaithon wa Hizbihi, Daru Thibah Ar-Riyadh 1415H/ 1995, cet I, hal 147)
Wanita
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya wanita itu menghadap ke muka dalam bentuk syetan, dan ke belakang dalam bentuk syetan (pula). (HR Muslim Juz 10 Kitab Nikah, hal 177).
Riwayat dari Jabir bahwa Rasulullah saw melihat seorang perempuan maka beliau datang ke isterinya, Zainab yang sedang menggosok kulit (binatang) miliknya yang mau disamak, lalu beliau menunaikan hajatnya (berhubungan dengan isteri itu), kemudian beliau keluar ke sahabat-sahabatnya, lalu bersabda: Sesungguhnya wanita itu menghadap ke muka dalam bentuk syetan, dan (menghadap) ke belakang dalam bentuk syetan (pula). Maka apabila salah satu di antara kalian melihat seorang perempuan, hendaklah ia datang ke isterinya, karena hal itu membalikkan apa yang ada pada dirinya (yakni gejolak syahwat). Dalam riwayat lain, bahwa Nabi saw melihat seorang perempuan, lalu periwayat menyebutkan seperti tadi, hanya saja dia berkata, maka beliau datang ke isterinya, Zainab, dan dia sedang menggosok kulit yang mau disamak, dan periwayat tak menyebut menghadap ke belakang dalam bentuk syetan.(HR Muslim)
Mujahid rahimahullah berkata: Ketika perempuan menghadap ke depan (datang), maka syetan duduk di atas kepalanya lalu menghiasinya untuk orang yang melihatnya, dan ketika perempuan itu menghadap ke belakang (pergi), syetan duduk di atas bagian belakangnya lalu ia memperindahnya untuk orang yang melihatnya.(Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkaamil Quran, juz 12/ 227)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga memperingatkan:
Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau. Dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu sekalian khalifah di dunia, lalu Allah mengawasi bagaimana kamu berbuat. Maka jagalah dirimu tentang dunia dan jagalah dirimu tentang wanita. Maka sesungguhnya bencana/fitnah Bani Israil adalah dalam hal wanita. (HR Muslim Juz 17 Kitab Riqoq hal 55).
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Kitab Shahihain:
Aku tidak meninggalkan fitnah/bencana yang lebih berbahaya atas kaum lelaki (selain bahaya fitnah) dari perempuan. (Al-Fath juz 9 , Hadits 5096, dan Muslim juz 18 hal 54)
Sa’id bin Al-Musayyib rahimahullah berkata, Jika syetan putus asa mengenai sesuatu maka ia kemudian pasti mendatangi sesuatu itu dari arah perempuan. Sa’id pun berkata lagi, Tidak ada sesuatu yang lebih aku takuti di sisiku kecuali perempuan. (Siyaru ‘a’laamin Nubalaa’ Juz 4 / 237)
Kalau syetan putus asa dalam hal tertentu, maka dia akan melancarkan godaan itu dari arah perempuan. Apa yang dikatakan Sa’id bin Al-Musayyib rahimahullah tersebut dalam kenyataan kini tampak nyata. Sudah menjadi rahasia umum, ada proyek-proyek yang dilancarkan pengurusannya pakai umpan wanita. Itulah praktek syetan. Maka Sa’id yang di zaman sahabat tidak ada kebiasaan model syetan seperti sekarang pun, dia paling takut terhadap wanita.
Dan hadits tentang wanita kadang panjang, itu tidak lain karena wanita itu adalah pengikut syetan terkutuk yang paling banyak. Wanita pengikut syetan itu adalah tali-tali dan perantara untuk para pengikut syetan. Bagaimana tidak, sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhabarkan bahwa wanita itu penghuni neraka yang paling banyak, dan mereka tidak masuk neraka kecuali karena mengikuti iblis dan tentara-tentaranya. Dan tidaklah manusia mengikuti iblis kecuali karena iblis telah menguasai mereka. Dan iblis tidak menguasai kecuali dengan banyaknya maksiat dan dosa. Sedang kekuasaan iblis dan partainya itu dengan cara menganggap indah dan bagus dosa-dosa dan maksiat.
Dalam Hadits disebutkan:
Wanita itu adalah aurat, maka apabila ia keluar, diincar oleh syetan. (Hadits Shahih Sunan Tirmidzi no 936, dan Thabrani di Al-Kabier juz 3/ 64, dan lihat Al-Irwaa’ no 273)
Perempuan sebagai salah satu sarana iblis untuk merusak
Iblis menyodorkan fitnah pada wanita guna menyesatkan dan merusak. Al-Qur’an telah mengisahkan contoh-contoh adanya bencana-bencana/fitnah lewat wanita. Di antara kisah-kisahnya adalah:
1. Godaan Syetan untuk Kaum Tsamud lewat wanita
Ibnu Jarir dan lain-lain dari ulama salaf (generasi Sahabat, Tabi’ien, dan Tabi’ut Tabi’ien) menyebutkan bahwa dua wanita dari kaum Tsamud, salah satunya Shoduq putri Al-Mahya bin Zuhair bin Al-Mukhtar, dia adalah bangsawan dan kaya. Sedang ia di bawah suami yang telah masuk Islam, lalu wanita ini menceraikan suaminya itu. Lalu wanita ini mengundang anak pamannya yang disebut Mashro’ bin Mahraj bin Al-Mahya, dan wanita ini menyodorkan dirinya pada lelaki anak pamannya itu bila ia berani membunuh onta (Nabi Shalih ’alaihis salam).
Wanita lainnya adalah `Unaizah binti Ghanim bin Majlaz dijuluki Ummu ‘Utsman. Dia ini tua dan kafir, punya anak 4 wanita dari suaminya, Dzu’ab bin Amru, salah satu kepala kaum. Lalu si perempuan tua ini menyodorkan ke-4 putrinya kepada Qadar ibn Salif bila ia berani membunuh onta, maka ia akan kebagian putrinya mana saja yang ia ingini. Lalu dua pemuda (Mashro’ dan Qadar) bersegera untuk membunuh onta itu, dan berusaha mencari teman di dalam kaumnya. Maka 7 orang lainnya merespon ajakannya itu, jadi jumlahnya 9 orang. Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah subhanahu wata’ala:
Dan adalah di kota itu, sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. (QS. An-Naml[27] :48)
Dan mereka berusaha pada seluruh kabilah itu dan mempropagandakan untuk membunuh onta, lalu mereka menyambutnya dan sepakat untuk membunuh onta itu. Lalu mereka berangkat mengintai onta. Ketika onta itu muncul dari kawanan yang mendatangi air, lalu Mashro’ bersembunyi untuk menyergapnya, lantas melemparkan panah padanya dan menancaplah di tulang kaki onta. Dan datanglah wanita-wanita membujuk kabilah itu untuk membunuh onta, sedang wanita-wanita itu membuka wajah-wajahnya (dari kerudungnya) untuk menyemangati kabilahnya. Lalu Qadar bin Salif mendahului mereka mengeraskan (hantaman) pedangnya atas onta itu maka putuslah urat di atas tumitnya, lalu jatuh tersungkurlah onta itu ke bumi.(Tafsir At-Thabari juz 8 / 227-228, Al-Bidayah wan Nihayah Ibnu Katsir juz 1/ 127, Al-Kamil fit Taariekh Ibnul Atsier juz 1/ 51-52).
Wanita yang menyemangati Mashro’ adalah isteri pemimpin, sedang yang menyemangati Qadar adalah isteri pejabat juga. Adapun Qadar bin Salif sendiri termasuk pemimpin, jadi mereka itu orang elit semua.
Perempuan pertama telah menyodorkan dirinya kepada Mashro’, sedang perempuan kedua menyodorkan puteri-puterinya kepada Qadar. Dan perempuan-perempuan kabilah itu telah keluar dengan membujuk orang-orang agar membunuh onta dengan cara membuka wajah-wajah mereka. Sungguh telah terjadi fitnah wanita itu sebagai jalan masuknya Iblis kepada para pembesar, dan Iblis bersandar bersama mereka untuk membunuh onta yang menjadi ayat Allah subhanahu wata’ala yang disampaikan kepada nabi-Nya, Shalih ’alaihis salam.
Demikian ini tampak bagi kita, para pembesar (kaum elit) bersepakat semuanya, laki-laki maupun perempuan.
2. Kepala Nabi Yahya ’alaihis salam Dipenggal untuk Pelacur
Hal itu dikatakan kepada Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu oleh Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anha di suatu tempat di Masjidil Haram. Demikian itu ketika Ibnu Zubair radhiyallahu ‘anhu disalib, lalu Ibnu Umar menoleh ke Asma’ seraya berkata: Jasad (anakmu) ini sebenarnya bukan apa-apa, sedang yang di sisi Allah adalah arwahnya. Maka bertaqwalah kamu kepada Allah subhanahu wata’ala dan bersabarlah.
Lalu Asma’ menjawab, Apa yang menghalangiku (untuk bersabar), sedangkan kepala Yahya bin Zakaria’alaihis salam (saja) sungguh telah dihadiahkan kepada seorang pelacur dari Bani Israel. (Siyaru A’laamin Nubalaa’ juz 2/ 294, Al-Fashlu fil Milal 4/ 57, Al-Muhalla juz 2/22, ‘Audul Hijaab juz 2/195, dan orang-orangnya terpercaya, khabar itu tetap untuk kisah., Al-Muwajahah hal 80).
Kenyataan dari kisah ini adalah Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuma menyebutkan dibunuhnya Nabi Yahya ’alaihis salam itu karena (permintaan) pelacur. Di sini kita lihat puncak kekuasaan iblis atas orang-orang elit dengan dorongan syahwat seks di mana sampai membunuh seorang nabi Allah yaitu Yahya bin Zakaria ’alaihimas salam. Walaupun berbeda-beda kitab-kitab tarikh dalam rincian peristiwa itu, hanya saja intinya adalah; Seorang raja masa itu di Damskus ada yang menginginkan kawin dengan sebagian mahramnya atau wanita yang tidak halal baginya untuk dikawini. Lalu Nabi Yahya ’alaihis salammencegahnya, sedangkan wanita itu menginginkan raja itu, maka ada suatu (ganjalan) yang menetap di dalam jiwa wanita dan raja itu terhadap Nabi Yahya ’alaihis salam. Maka ketika antara wanita dan raja itu terjadi percintaan, wanita itu minta agar diberi darah Yahya, lalu raja akan memberikan padanya. Maka raja mengutus orang untuk mendatangi Nabi Yahya ’alaihis salam dan membunuhnya, dan membawakan kepala Yahya kepada wanita itu! (Lihat Tarikh At-Thabari j 1/ 346-347, Al-kamil Ibnu Atsir j 1/ 171, Al-Bidayah wan Nihayah j 1/49)
Demikianlah kondisi orang-orang terlaknat yang tidak menahan diri untuk tidak membunuh nabi-nabi Allah. Bagaimana mereka tidak dilaknat? Sedangkan Nabi-nabi Allah itu penyulut hidayah dan pemegang bendera kebenaran dan Tauhid, sedangkan iblis terlaknat itu pembawa bendera neraka dan panji-panji kekafiran serta syirik. (Dipetik dari Al-Muwajahah as-Shiro’ ma’as Syaithon wa Hizbihi oleh Hasan Ahmad Qothomisy, Darut Thibah Ar-Riyadh cet I, 1415H / 1995 M)
3. Isteri Al-Aziz serta Yusuf `alaihis salam
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggali di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: `Marilah ke sini, Yusuf berkata, Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zhalim tidak akan beruntung.”
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.”
“Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata, Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” (QS Yusuf [12] : 23-25)
Firman Allah subhanahu wata’ala lagi:
“Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu (wanita) adalah besar.”
“(Hai) Yusuf: Berpalinglah dari ini, dan (kamu hai isteri) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah.” (QS Yusuf [12] : 28-29)
Sesungguhnya kisah Yusuf ’alaihis salam adalah contoh terbesar dalam menjelaskan konsentrasi iblis atas kalangan penguasa, dan iblis menguasai mereka dari segi syahwat seks melalui wanita. Sampai anak lelaki yang dibeli pun kemudian dirayu untuk menzinai isteri tuannya. Allah menunjukkan bukti betapa iblis menggoda lewat wanita terhadap manusia pilihan, yaitu Yusuf as, yang secara keturunan adalah tertingi di kalangan para nabi. (Lihat hadits Nabi Muhammad saw dalam Shahih Al-Bukhari, kitab al-anbiya’)
Karena Nabi Yusuf as adalah nabi, bin nabi, bin nabi, bin nabi. Yaitu Nabi Yusuf as, bin Nabi Ya’qub as, bin Nabi Ishaq as, bin Nabi Ibrahim as. Secara keteguhan agama, Yusuf yang dipelihara tuannya di Mesir itu adalah calon nabi, yaitu orang yang dipercaya oleh Allah swt untuk membawa risalah kepada umatnya. Namun orang yang luhur derajatnya secara agama dan keturunan itupun diupayakan oleh Iblis untuk digarap, agar terjerumus ke perbuatan nista, perzinaan; hanya saja Allah swt tetap menyelamatkannya. Akibatnya Yusuf as dipenjarakan karena tak memenuhi hasrat isteri penguasa itu. Jadi, orang yang menyelamatkan diri dari perbuatan nista dan kotor, justru dipenjara.
Kisah ahsanal qoshosh, sebagus-bagusnya kisah itu difirmankan Allah swt dalam satu surat khusus di Al-Qur’an, surat Yusuf, tentu agar menjadi peringatan. Dengan membaca ayat-ayat tentang kisah itu tidak perlu keterangan tambahan. Tetapi di sini tampak bagi kita gambaran dari kalangan papan atas (at-thobaqotur rooqiyyah) di masa ribuan tahun lalu, seakan-akan aksi jahat iblis lewat wanita itu adalah yang ada pada hari ini pula, dengan leluasa dalam mengarahkan penyelewengan seks, dan kecenderungan untuk menutup-nutupinya dari masyarakat. Dan inilah pentingnya semua kisah itu. (Dari buku Hartono Ahmad Jaiz, Sumber-Sumber Penghancur Akhlaq Islam, Pustaka Nahi Munkar, Surabaya- Jakarta, 2010)