Haram bin Milhan merupakan salah satu dari kelompok 70 sahabat huffadz Qur'an, yang mengalami tragedi Bi’r Ma’unah, yakni pembantaian para sahabat tersebut oleh Amir bin Thufail dan sekutunya, ia merupakan orang pertama yang syahid.
Ketika rombongan ditetapkan untuk berhenti di Bi'r Ma'unah, pimpinan rombongan, Mundzir bin Amr memerintahkan Haram bin Milhan untuk menyampaikan surat Nabi SAW kepada Amir bin Thufail. Haram berangkat menuju kampung bani Amir disertai dua orang. Haram tahu benar bahwa Amir bin Thufail adalah seorang yang amat kejam dan berangasan, yang terkadang tidak memperdulikan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam pergaulan orang Arab.
Mendekati perkampungan bani Amir, ia berkata kepada dua temannya, "Kamu berdua menunggu saja di sini, apabila aku selamat, kalian boleh menyusulku. Tetapi jika mereka berkhianat, segera saja tinggalkan tempat ini. Lebih baik kehilangan satu orang daripada tiga orang."
Mereka berdua setuju, dan Haram berangkat sendiri. Ketika sampai di depan Amir bin Thufail, Haram menyerahkan suratNabi SAW. Amir menerimanya dengan pongah, suratitu tidak dibuka, apalagi membacanya, bahkan ia memerintahkan orangnya melemparkan tombak ke tubuh Haram dari belakang, hingga tembus ke dadanya. Darah mengucur deras dari luka tersebut, Haram langsung berseru keras, "Allahu Akbar, Demi Tuhan Pemelihara Ka'bah, aku telah beruntung,"
Sesaat kemudian ia menemui syahidnya.
Menurut riwayat lainnya, yang mengatakan kalimat tersebut adalah Amir bin Fuhairah, yang juga tewas dalam peristiwa Bi'r Ma'unah tersebut. Penombaknya, Jabbar bin Sulma al Kilabi akhirnya memeluk agama Islam setelah menerima penjelasan tentang kalimat tersebut, yakni keberuntungan yang dimaksudkan tersebut adalah jannah.
Amir mengajak kaumnya, bani Amir, untuk menyerang perkemahan kaum muslimin di Bi'r Ma'unah, tetapi mereka menolak, karena kaum muslimin tersebut telah mendapat jaminan keamanan dari Abu Bara', yang tak lain adalah paman dari Amir bin Thufail. Karena gagal mempengaruhi kaumnya, ia menemui bani Sulaim dengan ajakan yang sama. Beberapa kabilah lainnya menyambut ajakannya, yaitu kabilah Ushayyah, Ri'l dan Dzakwan. Mereka mengepung dan membantai tanpa ampun para sahabat huffadz Qur'an tersebut, kecuali Ka'b bin Zaid bin an Najjar yang berpura-pura mati dengan luka tombak di tubuhnya