-->

Sabtu, 11 November 2023



Kaum muslimin yang dirahmati Allah, setiap kita tentu ingin merasakan ketentraman dan ketenangan. Tidak ada orang berakal sehat yang menyukai kekacauan, keributan, dan kerusuhan bertebaran. Hal ini sudah menjadi fitrah pada diri seorang insan. Oleh sebab itu agama datang untuk membimbing manusia dalam rangka mencapai apa yang mereka dambakan itu.

Islam dengan ajaran tauhid yang menghiasi relung-relung Al-Qur’an telah memberikan resep mujarab dan solusi jitu bagi persoalan kehidupan. Tauhid itu sendiri yang merupakan tujuan hidup setiap manusia, merupakan sebab utama datangnya keamanan dan ketentraman. Sebagaimana telah diungkapkan Allah dalam surat Al-An’am ayat 82 yang artinya, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk”.

Para ulama kita menjelaskan, bahwa ayat ini memberikan gambaran tentang manusia yang memiliki akidah yang lurus dan tauhid yang murni. Dimana dia tidak mencampuri iman dan ibadahnya dengan syirik dan kekafiran. Maka orang-orang seperti itulah yang layak mendapatkan keamanan dan ketentraman serta limpahan hidayah dari Allah. Sungguh, itu adalah anugerah dan nikmat yang sangat besar bagi seorang manusia.

Lihatlah realita yang ada di masyarakat. Tidak jarang kita jumpai sebagian kaum muslimin -yang notabene mengaku bertauhid- justru merusak akidah dan iman mereka dengan berbagai bentuk keyakinan dan ritual kemusyrikan. Satu dalih yang sering digunakan adalah demi melestarikan budaya nenek moyang dan ditambah lagi alasan bisnis; yaitu untuk menyemarakkan dunia pariwisata. Aduhai, betapa malangnya masyarakat kita ini jika keadaan ini terus berlangsung dan tidak ada upaya serius dari pada da’i dan pihak berwenang untuk menanggulanginya.

Syirik bukanlah perkara sepele. Syirik adalah dosa besar yang paling besar. Bahkan lebih besar daripada dosa pembunuhan, perzinaan, narkoba, ataupun korupsi. Namun, di saat yang sama kita lihat begitu kecil perhatian bangsa ini dalam upaya penanaman akidah sahihah dan pemberantasan kemusyrikan dari bumi pertiwi. Sungguh ironis! Sebuah negeri yang konon berpenduduk muslim terbesar di dunia akan tetapi dunia keislaman mereka lekat dengan klenik, perdukunan, ritual kemusyrikan dan kebid’ahan. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri.

Mengapa ini semua terjadi? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena kesalahan kita sendiri. Kita kurang perhatian dalam masalah akidah dan tauhid penduduk negeri ini. Yang kita pikirkan dan kita pusingkan selama ini adalah masalah ekonomi, masalah ini dan itu, masalah anu dan anu, sampai-sampai masalah agama dan problem mendasar bangsa ini justru terlalaikan yaitu kerusakan akidah yang menjalar di berbagai sudut kehidupan. Dimanakah letak kemuliaan dan kejayaan umat apabila akidah dan tauhid justru diabaikan dan kurang diperhatikan?! Jawablah wahai para pecinta Islam, jawablah wahai saudaraku… apa yang sesungguhnya terjadi pada bangsa ini?!

Bukankah Allah telah mengingatkan kita semua (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali apabila mereka mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Ra’d : 11). Ayat tersebut sudah sangat kita kenal dan kita pahami bersama. Bahwa kemajuan dan kebaikan suatu negeri sangat erat dengan perjuangan penduduknya dalam memperbaiki kondisi. Lantas, perbaikan dan kemajuan seperti apakah yang kita inginkan apabila akidah kaum muslimin rusak, penuh dengan takhayul, khurafat, kemusyrikan mendarah daging, ajaran-ajaran Islam dihina serta dilecehkan, para sahabat nabi dicaci maki, Allah dan rasul-Nya dimusuhi, kemudian kita hanya tinggal diam menunggu kemuliaan turun dari langit?!

***

Penulis: Ari Wahyudi

Sumber: Muslim.Or.Id



Baca Artikel Terkait: