RUSIA – Kelompok “Daulah Islam”, atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, mengklaim telah menggunakan sebuah bom kaleng untuk menghancurkan sebuah jet penumpang Rusia yang jatuh setelah lepas landas dari Sharm El-Sheikh di Mesir bulan lalu, hingga menewaskan 224 orang di dalamnya.
Klaim tersebut dibuat dalam edisi terbaru majalah propaganda berbahasa Inggris, Dabiq, milik kelompok pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi itu yang dirilis pada hari Rabu (18/11/2015).
Dabiq, sebagaimana dilansir MEE,memuat artikel mengenai apa yang IS klaim sebagai komponen bom tersebut – kaleng minuman biasa, saklar dan komponen kabel lain, disertai dengan kata-kata: “Ekslusif – gambar IED yang digunakan untuk menjatuhkan pesawat Rusia”.
Bom tersebut tampaknya diaktifkan secara manual karena tidak adanya penjelasan mengenai pengaturan waktu.
Artikel majalah itu menyatakan bahwa pesawat tersebut dibom dalam menanggapi turutsertanya Rusia ke dalam perang di Suriah atas nama Presiden Bashar Asad.
“Itu adalah keputusan arogan Rusia yang terburu-buru, seolah-olah mereka menyatakan bahwa perang melawan Muslim [Kaukasus] yang mereka lakukan masih belum cukup jahat,” kata majalah itu.
“Dan setelah menemukan cara untuk mengganggu keamanan di Bandara Internasional Sharm El-Sheikh dan menyelesaikan untuk menjatuhkan pesawat milik bangsa dalam koalisi Barat yang dipimpin Amerika terhadap Daulah Islam, target diubah menjadi pesawat Rusia.
“Sebuah bom diselundupkan ke pesawat, menyebabkan kematian 219 orang Rusia dan 5 tentara salib lain hanya sebulan setelah keputusansembrono Rusia itu,” tulis Dabiq.
Sementara itu, para peneliti Rusia mengatakan jatuhnya pesawat Air Bus A321 disebabkan oleh ledakan yang setara dengan kekuatan 1 kilogram TNT.
“Menurut analisis dari spesialis kami, bom rakitan yang mengandung hingga 1 kilogram TNT diledakkan selama penerbangan, menyebabkan pesawat hancur di udara, inilah yang mengungkap mengapa bagian dari badan pesawat tersebar di jarak yang sebesar itu,” kata kepala FSB, Alexander Bortnikov.
Layanan keamanan FSB dengan sigap mengumumkan akan memberi hadiah sebesar $ 50 juta dalam perburuan global terhadap pelaku pengeboman.
Pesawat Airbus A321 milik Rusia yang dioperasikan oleh Metrojet hilang kontak setelah 23 menit lepas landas dari Sharm El-Sheikh menuju St. Petersburg. Beberapa menit setelah hilang kontak, pesawat dinyatakan jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir.
Hingga Selasa (17/11), Rusia masih berupaya menepis pernyataan dari negara-negara Barat bahwa kecelakaan yang terjadi pada 31 Oktober itu adalah ulah “teroris”, dan mengatakan bahwa lebih baik membiarkan penyelidikan resmi berjalan dengan sendirinya.
Hingga empat hari setelah insiden Paris yang menewaskan sedikitnya 129 orang, Alexander Bortnikov, kepala FSB, mengatakan dalam komentar yang disiarkan televisi bahwa jejak bahan peledak buatan luar negeri telah ditemukan di pecahan pesawat yang jatuh dan di barang-barang milik penumpang itu.
Mendengar penyebab hancurnya pesawat yang menewaskan ratusan warga Rusia itu, Presiden Vladimir Putin bersumpah akan memburu mereka yang bertanggung jawab atas peledakan pesawat Rusia tersebut dan akan mengintensifkan serangan udara terhadap kelompok oposisi di Suriah.
“Kita akan menemukan mereka di mana saja di planet ini dan menghukum mereka,” ujar Putin.
Putin memerintahkan Angkatan Laut Rusia di Mediterania timur untuk mengkoordinasikan aksinya di laut dan di udara dengan Angkatan Laut Perancis, setelah Kremlin menggunakan pengebom dan rudal jelajah jarak jauh di Suriah dan mengumumkan akan menambah kekuatan serangannya menjadi 37 pesawat.