-->

Sabtu, 30 Januari 2016

BANGKOK, THAILAND (afdhalilahi.com)- Sebuah lembaga Uni Eropa mengatakan jumlah anak-anak penderita gizi buruk-telah meningkat di negara bagian Rakhine Myanmar utara, yang merupakan rumah bagi minoritas Muslim Rohingya yang teraniaya.

Koordinator gizi regional Kantor Kemanusiaan Masyarakat Eropa(ECHO), Roselyn Mullo, mengatakan banjir tahun lalu merupakan pukulan terbaru untuk wilayah populasi Rohingya di Myanmar.

"Frekuensi dan keragaman makanan yang mereka makan sudah menurun," kata Mullo di ibukota Thailand Bangkok.

"Mereka telah mengurangi makan dari tiga kali makan menjadi satu kali makan sehari, atau mereka hanya makan satu jenis makanan. Beberapa mengandalkan hanya pada beras dan air. "

Banjir luas melanda Myanmar pada Oktober 2015. Itu memperburuk kerawanan pangan dengan menghancurkan tanaman, merusak sawah dan mencemari sumber air.

Di tempat lain dalam sambutannya nya, koordinator daerah Uni Eropa mengatakan jumlah anak penderita gizi buruk di bawah usia lima tahun naik drastis menjadi lebih dari 1.500 setelah banjir. Tambahan 19.200 anak balita malnutrisi sedang, tambahnya.

Mullo telah memperingatkan bahwa jumlah itu bahkan bisa lebih tinggi pada tahun 2016.

ECHO menjalankan sebuah program pemberian makanan yang memberikan anak-anak jatah mingguan makanan tinggi kalori dan gizi tinggi di wilayah bergejolak. Program ini juga mencakup pengukuran tubuh mingguan dan perawatan medis dari infeksi.

Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah besar orang Muslim Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar karena penganiayaan di tangan teroris Budha yang didukung oleh pasukan keamanan di negara itu.

Pada pertengahan Juni 2015, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) mengatakan hampir setengah juta anggota komunitas Rohingya di Myanmar membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Muslim Rohingya yang mengalami diskriminasi yang luas dan pembatasan di Myanmar meskipun telah tinggal di sana selama berabad-abad.

Myanmar tidak menganggap Rohingya sebagai warga negara; dimana tidak ada negara lain yang melakukan itu, juga, meninggalkan mereka hampir tanpa kewarganegaraan. Banyak dari mereka kini tinggal di kamp-kamp pengungsian menyusul kekerasan mematikan oleh teroris Budha pada tahun 2012.

Kekerasan terhadap Muslim Rohingya di Myanmar telah memicu masuknya pengungsi ke negara-negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia dan Indonesia. (Voa-Islam)




Baca Artikel Terkait: