Kita sering mengungkapkan bahwa menjadi seorang Muslim itu harus senantiasa memelihara sifat ikhlas. Di mana setiap apa yang terjadi dan menimpa diri kita harus kita terima dengan lapang dada. Kita harus mempu mengikhlaskan segala apa yang menjadi takdir hidup kita.
Orang yang mampu berbuat ikhlas, maka ia bisa membentengi dirinya dari segala macam keputus asaan. Bahkan, ketika keikhlasan seseorang begitu kuat, setan pun tak akan mudah menggodanya. Siapakah sebenarnya orang-orang ikhlas itu? Dia adalah orang yang beramal dan tidak suka dipuji orang lain. (Tafsir Al-Qurthubi: 281)
Ya’qub Al-Maktuf berkata, “ Orang ikhlas adalah orang yang merahasiakan kebaikannya sebagaimana dia merahasiakan kejelekannya.”
Lalu, sebenarnya ikhlas itu apa?
Sahal berkata, “Ikhlas adalah semua gerak gerik dan diamnya seseorang hanya untuk Allah SWT semata.”
Ibrahim bin Adham berkata, “Ikhlas adalah kebenaran (ketulusan) niat bersama Allah SWT.”
Abu Utsman berkata, “Ikhlas adalah tidak mempedulikan penglihatan makhluk dan hanya terfokus dengan pandangan kepada sang Khaliq (pencipta).”
Ada pula yang berkata, “Ikhlas adalah senantiasa merasakan pengawasan Allah secara berkesinambungan dan melupakan semua kemujuran.”
Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT tidak akan menerima amal perbuatan seseorang selain dia ikhlas dan mengharapkan ridha Allah semata,” (HR. Nasa’i).
Al-Junaeid berkata, “Sesungguhnya Allah SWT memiliki hamba-hamba yang berakal. Di saat mereka menggunakan akal, mereka akan beramal. Jika mereka beramal, mereka akan ikhlas. Sehingga keikhlasan menggiring mereka menuju semua jenis amal kebajikan. Karena ikhlas merupakan benteng kokoh yang menjaga manusia dari tipu daya dan makar setan, maka setan akan berusaha dengan segala upayanya untuk menjauhkan manusia dari benteng keikhlasan.” (islampos/akhwatindonesia)