-->

Rabu, 11 Oktober 2017


Sejarah Peradaban Kuno Afrika Terlengkap

SEKILAS TENTANG PERADABAN LEMBAH SUNGAI NIL

Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia, panjangnya mencapai 6400 kilometer. Air Sungai Nil bersumber dari mata air di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur. Sungai Nil mengalir dari arah selatan ke utara bermuara ke Laut Tengah. Ada empat negara yang dilewati sungai Nil yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia dan Mesir. Setiap tahun sungai Nil selalu banjir. Luapan banjir itu kemudian menggenangi daerah di kiri kanan sungai, sehingga menjadi lembah yang subur selebar antara 15 sampai 50 kilometer. Di sekeliling lembah sungai adalah gurun, dengan batas-batas disebelah timur adalah gurun Arabia di tepi Laut Merah, sebelah selatan terdapat gurun Nubia di Sudan dengan batas barat adalah gurun Libia. Kemudian batas utara Mesir adalah Laut Tengah.

Menurut  mitos, air sungai yang mengalir terus tersebut adalah air mata Dewi Isis yang selalu sibuk menangis dan menyusuri sungai Nil untuk mencari jenazah puteranya yang gugur dalam pertempuran. Secera ilmiah, sekalipun musim panas sungai Nil tetap mengalir. Air tersebut sebenarnya berasal dari gletsyer yang mencair dari pegunungan Kilimanjaro sebagai hulu sungai Nil. Peranan sungai Nil begitu penting bagi lahirnya kehidupan masyarakat di lembah sungai tersebut. Maka tepatlah jika Herodotus menyebutkan “Mesir adalah hadiah sungai Nil” “Egypt is the gift of the Nile”.

Lembah sungai Nil yang subur mendorong masyarakat untuk bertani. Air sungai Nil-lah yang dimanfaatkan masyarakat untuk membangun irigasi dan saluran air, terusan-terusan dan waduk. Air sungai dialirkan ke ladang-ladang milik penduduk dengan distribusi yang merata. Untuk keperluan irigasi dibuatlah organisasi pengairan yang biasanya diketuai oleh para tuan tanah atau golongan feodal. Hasil pertanian masyarakat Mesir ketika itu adalah gandum, sekoi atau jamawut dan selai yaitu padi-padian yang biji atau buahnya keras seperti jagung. Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang serta untuk menjual hasil produksi rakyat Mesir, maka dijalinlah hubungan dagang dengan Funisia, Mesopotamia dan Yunani di kawasan Laut Tengah. Peranan sungai Nil dalam hal ini adalah sebagai sarana transportasi perdagangan. Banyak perahu-perahu dagang yang melintasi sungai Nil. Jika dicermati lebih jauh, setidaknya ada tiga peranan sungai Nil dalam hal ini, yaitu pertama, banjir oleh sungai Nil yang meninggalkan lumpur di kiri kanan sungai sehingga membentuk lembah yang subur, kedua untuk irigasi, dan ketiga adalah sebagai sarana lalu lintas pelayaran dan perdagangan.

Dalam sejarah kono sering dikatakan bahwa sejarah politik di Mesir sesuangguhnya berawal dari terbentuknya komunitas-komunitas di desa-desa yang membentuk kerajaan-kerajaan kecil dengan pemerintahan desa. Desa itu disebut nomen. Dari desa-desa kecil inilah kemudian berkembang menjadi kota yang nantinya disatukan menjadi kerajaan Mesir Hilir dan Mesir Hulu oleh Menes yang bergelar Nesut - Bitti. Ide pembentukan kerajaan-kerajan itu sebenarnya telah berawal dari tahun 4000 SM, namun baru kemudian terwujud menjadi satu kerajaan yang bersatu pada tahun 3400 SM, ketika seorang penguasa bernama Menes mempersatukan kedua kerajaan tersebut menjadi satu kerjaan Mesir yang besar.

Mesir dalam konteks itu, merupakan sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja yang bergelar Firaun. Ia berkuasa secara mutlak. Kata Firaun berasal dari kata “peru” yang artinya rumah besar atau istana yang menjadi tempat tinggal raja. Firaun dianggap dewa dan dipercayai pula sebagai putera Dewa Osiris. Seluruh kekuasaan berada ditangannya baik sipil, militer maupun agama (kepercayaan).

Sebagai penguasa, Firaun mengklaim bahwa seluruh tanah adalah milik kerajaan. Rakyat yang tinggal di wilayah kerajaan harus membayar pajak, itulah sebabnya mengapa untuk keperluan tersebut Firaun telah memerintahkan untuk melakukan sensus penduduk (mungkin ini adalah sesus pertama dalam sejarah ummad manusia dimuka bumi), tanah dan binatang ternak. Ia membuat undang – undang, dan karena itu ia menguasai pengadilan. Sebagai penguasa militer Firaun pastilah berperan sebagai panglima perang, sedangkan pada waktu damai ia memerintahkan tentaranya untuk membangun kanal-kanal dan jalan raya. Ia juga pemimpin agama.

Jika disimpulkan maka tiga hal yang penting tentang Firaun (Ramses) adalah bahwa Raja memerintah dengan sistem otoriter, sekehendak hatinya, kedua, seluruh kekuasaan ada ditangan raja baik sipil (ekonomi, pemerintahan dan hukum), militer maupun agama, dan ketiga adalah bahwa rakyat perlu tunduk sepenuhnya terhadap perintah raja, salah satunya adalah wajib membayar pajak.

Untuk menjalankan pemerintahannya,  Firaun mengangkat para pejabat yang pada umumnya berasal dari golongan bangsawan. Ada pejabat gubernur yang memerintah propinsi, pejabat panglima ketentaraan, hakim di pengadilan dan pendeta untuk melaksanakan upacara keagamaan. Salah satu jabatan penting ketika itu adalah Wazir atau Perdana Menteri yang umumnya dijabat oleh putra mahkota. Sejak tahun 3400 SM, dalam sejarah Mesir kuno telah diperintah oleh tidak kurang dari 30 dinasti yang berbeda yang terdiri dari tiga jaman yaitu Kerjaan Mesir Tua yang berpusat di Memphis, Kerajaan Tengah di Awaris dan Kerajaan Mesir Baru di Thebe.

Secara garis besar keadaan pemerintahan raja-raja Mesir dapat digambarkan sebagai berikut :

1)     Kerajaan Mesir Tua (3400 - 2160 SM), yaitu kerajaan Mesir Tua setelah Menes berhasil mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Sebagai pemersatu ia digelari Nesutbiti dan digambarkan sebagai seorang yang memakai mahkota kembar. Kerajaan Mesir Tua disebut juga dengan jaman piramida karena pada masa inilah dibangun piramida-piramida terkenal misalnya piramida Sakarah dari Firaun Joser. Piramida di Gizeh adalah makam Firaun sendiri yang disebut Cheops, Chifren dan Menkawa. Runtuhnya kerajaan Mesir Tua disebabkan karena sejak tahun 2500 SM pemerintahan mengalami kekacauan. Bangsa-bangsa dari luar misalnya dari Asia Kecil melancarkan serangan ke kerajaan Mesir. Para bangsawan juga banyak yang melepaskan diri dan ingin berkuasa sendiri-sendiri. Akhirnya terjadilah perpecahan antara Mesir Hilir dan Mesir Hulu.

2)     Kerajaan Mesir Tengah (2100 - 1788 SM), adalah Kerajaan Mesir yang dikenal dengan tampilnya Raja Sesotris III. Ia berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir. Tindakan terkenalnya antara lain adalah membuka tanah pertanian, membangun proyek irigasi, pembuatan waduk dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan serta membuka hubungan dagang dengan Palestina, Syria dan pulau Kreta. Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah ke selatan sampai Nubia (kini Ethiopia). Sejak tahun 1800 SM kerajaan Mesir Tengah kemudian diserbu dan ditaklukkan oleh bangsa Hyksos.

3)     Kerajaan Mesir Baru (1500 - 1100 SM), yaitu suatu jaman sesudah Mesir diduduki bangsa Hyksos, dimana Mesir memasuki jaman kerajaan baru atau disebut jaman imperium. Disebut jaman imperium karena para Firaun Mesir berhasil merebut wilayah/daerah di Asia barat termasuk Palestina, Funisia dan Syria. Diantara Raja-raja terkenal yang memerintah jaman Mesir Baru antara lain adalah :

a)     Ahmosis I. Ialah yang telah berhasil mengusir bangsa Hyksos dari Mesir sehingga berkuasalah dinasti ke 18, ke 19 dan ke 20.

b)     Thutmosis I. Ialah penguasa yang pada masa pemerintahannya Mesir berhasil menguasai Mesopotamia yang subur.

c)      Thutmosis III. Ialah yang merupakan raja terbesar sepanjang sejarah Mesir kuno. Ia memerintah bersama istri tercintanya Hatshepsut. Batas wilayah kekuasaannya di timur sampai ke Syria, di selatan sampai ke Nubia, di barat sampai Lybia dan di utara sampai ke pulau Kreta dan Sicilia. Karena tindakannya tersebut ia digelari “Napoleon dari Mesir”. Ia digelari sebagai Napoleon dari Mesir karena terdapat kesamaan yaitu kedua tokoh tersebut banyak menaklukkan daerah sekitarnya. Seperti juga Tutmosis III, Napoleon Bonaparte melalui perang koalisi antara tahun 1799 - 1814 telah menguasai hampir seluruh Eropa dan jatuh ke tangan Kaisar Perancis yaitu Napoleon Bonaparte. Thutmosis III juga dikenal karena memerintahkan pembangunan Kuil Karnak dan Luxor.

d) Amen Hotep IV, Kaisar ini dikenal karena memperkanalkan kepercayaan yang bersifat monotheis yaitu hanya menyembah dewa Aton (dewa matahari) yang merupakan roh dan tidak berbentuk. Ia juga menyatakan diri sebagai manusia biasa dan bukan dewa.

e)     Ramses II, yang dikenal karena telah membangun bangunan besar bernama Ramesseum dan Kuil serta makamnya di Abusimbel. Ia juga pernah memerintahkan penggalian sebuah terusan yang menghubungkan daerah sungai Nil dengan Laut Merah, meskipun belum berhasil ketika itu. Masa Ramses II diperkirakan sejaman dengan kehidupan nabi Musa. Setelah pemerintahan Ramses II kekuasaan di Mesir mengalami kemunduran. Mesir ditaklukkan Assyria pada tahun 670 SM dan pada tahun 525 SM Mesir menjadi bagian dari imperium Persia. Setelah Persia, dan dikuasai oleh Iskandar Zulkarnaen serta para penggantinya dari Yunani dengan dinasti terakhir Ptolemeus. Salah satu keturunan dinasti Ptolemeus adalah Ratu Cleopatra dan sejak tahun 27 SM Mesir menjadi wilayah Romawi.

SISTEM KEPERCAYAAN MESIR KUNO

Ada dua hal yang menarik apabila berbicara tentang kepercayaan bangsa Mesir kono, yaitu mengenai kepercayaan yang bersifat polytheis, dan kedua adalah tentang budaya mengawetkan jenazah dalam bentuk mummi. Masyarakat Mesir kuno mengenal pemujaan terhadap dewa-dewa. Ada dewa yang bersifat nasional yaitu Dewa Ra (Dewa Matahari), dan Dewa Amon (Dewa Bulan) kemudian menjadi Amon Ra. Sebagai lambang pemujaan kepada Ra maka didirikanlah obelisk, yaitu tiang batu yang ujungnya runcing Obelisk juga dipakai sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian yang dianggap penting. Untuk pemujaan terhadap dewa Amon Ra selanjutnya dibangunlah Kuil bernama Karnak yang sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.

Selain dewa nasional maka ada pula yang disebut dewa-dewa lokal yang hanya dipuja pada daerah-daerah tertentu saja seperti Dewa Osiris yaitu hakim alam baka, Dewi Isis yaitu dewi kecantikan isteri Osiris, Dewa Aris sebagai dewa kesuburan dan dewa Anubis yaitu dewa kematian.

Wujud kepercayaan yang berkembang di Mesir kuno ketika itu adalah wujud kepercayaan yang berdasarkan pemahaman sebagai bentuk penyembahan terhadap dewa, yang berangkat dari kosep atau ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam. Kedua, adalah dewa yang disembah adalah dewa/dewi yang menakutkan seperti dewa Anubis atau dewa yang memberi sumber kehidupan. Memuja dewa Anubis berarti menyembah para dewa dengan harapan agar jangan menjadi sasaran maut atau dijauhkan dari musibah (malapetaka).

Kepercayaan yang kedua adalah kepercayaan yang berkaitan dengan pengawetan jenazah yang disebut mummi. Dasar berkembangnya kemampuan membuat mummi adalah konsep bahwa manusia tidak dapat menghindari dari kehendak dewa maut. Manusia ingin tetap hidup abadi. Agar roh tetap hidup maka jasad sebagai lambang roh harus tetap utuh.

PERADABAN MESIR KUNO

1)     Tulisan, masyarakat Mesir kuno mengenal bentuk tulisan yang disebu Hieroglyph atau tulisan berbentuk gambar. Tulisan Hieroglyph banyak ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk maupun daun papirus. Huruf Hieroglyph terdiri dari gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan dan benda-benda. Setiap lambang memiliki ternyata memiliki makna tersendiri. Tulisan Hieroglyph selanjutnya berkembang menjadi lebih sederhana yang kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis.

Tulisan hieratik pada dasarnya adalah tulisan suci yang hanya boleh dipergunakan oleh para pendeta. Sedangkan tulisan Demotis adalah tulisan rakyat yang dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual beli, dan lain-lain. waktu Napoleon menyerbu Mesir pada tahun 1799 salah satu anggota pasukannyalah yang menemukan sebuah batu besar berwarna hitam di daerah Rosetta. Batu itu kemudian dikenal dengan batu Rosetta yang memuat suatu inskripsi dalam tiga gaya penulisan yang tidak diketahui. Barulah 23 tahun setelah penemuan batu Rosetta atau pada tahun 1822 J.F. Champollion berhasil mengungkap makna tulisan tersebut dengan membandingkan tiga bentuk tulisan yang digunakan yaitu Hieroglyph, Demotik dan Yunani.  Dengan terbacanya isi batu Rosetta, maka terbukalah tabir mengenai pengetahuan Mesir kuno (Egyptologi) yang dikenal sampai sekarang. Selain di batu, tulisan Hieroglyph juga ditemukan di kertas yang terbuat dari batang Papirus. Dokumen Papirus sudah digunakan dalam kebudayaan Mesir kiuno sejak dinasti yang pertama, termasuk penggunaan tinta yang terbuat dari campuran air dengan semacam getah sayur dan cat.

2)     Sistem Kalender

Masyarakat Mesir kuno, mula-mula membuat kalender adalah berdasarkan siklus (peredaran) bulan selama 291/2 hari. Karena dianggap kurang tepat kemudian mereka menetapkan kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing (Sirius) yang muncul setiap tahun. Mereka menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan adalah 30 hari dan lamanya setahun adalah 365 hari yaitu 12 x 30 hari lalu ditambahkan 5 hari. Mereka juga mengenal tahun kabisat. Penghitungan ini sama dengan kalender yang digunakan sekarang yang disebut Tahun Syamsiah (sistem Solar). Penghitungan kalender Mesir kuno dengan sistem Solar inilah kemudian yang diadopsi (diambil alih) oleh bangsa Romawi menjadi kalender Romawi dengan sistem Gregorian. Sedangkan bangsa Arab kuno mengambil alih penghitungan sistem lunar (peredaran bulan) menjadi tarik Hijrah.

3)     Seni Bangunan (arsitektur)

Berdasarkan peninggalan bangunan-bangunan yang masih bisa disaksikan sampai sekarang membuktikan kepada kita bahwa bangsa Mesir kuno telah memiliki kemampuan yang menonjol baik dalam bidang matematika, geometri, maupun bidang seni arsitektur. Peninggalan bangunan Mesir kuno terkenal seperti piramida dan kuil misalnya, adalah erat kaitannya dengan kehidupan keagamaan (kepercayaan), bukankah  piramida pada dasarnya dibangun untuk tempat pemakaman Firaun ?. Arsitek terkenal pembangun piramida tersebut sebenarnya adalah Imhotep. Bangunan ini telah dirancang dengan memiliki kamar bawah tanah, pekarangan dan kuil kecil di bagian luarnya. Tiang-tiang dan dindingnya dihiasi dengan hiasan yang indah. Di bagian dalam bangunan bahkan terdapat lorong-lorong, lubang angin dan ruang jenazah raja. Di depan piramida terdapat pula spinx, yaitu patung singa berkepala manusia yang berfungsi (diyakini) sebagai pejaga piramida.

Piramida terbesar adalah makam raja Cheops, yang tingginya mencapai 137 meter yang terdapat di Gizeh. Selain Cheops, di Gizeh juga terdapat piramida Chefren dan Menkaure. Di Sakarah terdapat pula piramida firaun Joser. Berdasarkan penggalian di daerah El Badari ditemukan pemakaman yang disebut Hockerbestattung (Hocker artinya jongkok dan bestattung artinya pemakaman) karena orang yang meninggal dimasukkan dengan cara didudukkan menjongkok. Ada pula pemakaman yang disebut mastaba untuk para golongan bangsawan. Bangunan selanjutnya adalah kuil yang berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Kuil terbesar dan terindah hingga kini adalah Kuil Karnak yang dibangun untuk pemujaan Dewa Amon Ra. Kuil Karnak sendiri memiliki panjangnya ±433 m (1300 kaki), tiang-tiangnya setinggi 23,5 m dengan diameter ±6,6 m (20 kaki). Tembok, tiang dan pintu gerbang dipenuhi dengan lukisan dan tulisan yang menceritakan tentang keadaan masa pemerintahan raja.

Sumber:

http://puntodewoblogspotcom.blogspot.co.id/2012/04/peradaban-kuno-afrika.html?m=1




Baca Artikel Terkait: