-->

Senin, 05 Februari 2018

Sejarah Islam di Eropa Barat


Saat ini, umat Islam adalah agama dengan umat terbesar kedua di Eropa. Meskipun dianiaya terus menerus dan mengalami diskriminasi, Islam tak hanya survive tapi juga terus berkembang dalam jumlah dan juga pengaruh. Saya menemukan artikel ini di islamicbulletin.com dan kemudian menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Artikel ini membahas tentang umat Islam di Eropa secara umum dan juga sejarahnya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.

Orang Muslim di Eropa Barat pada umumnya adalah penduduk imigran yang berimigrasi dari Afrika, Timur Tengah dan Indo Pakistan setelah Perang Dunia ke II. Industri Eropa Barat tumbuh dengan sangat cepat setelah perang, dan sayangnya, Eropa Barat tidak mempunyai SDM yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Kemudian datangnya para imigran Muslim ini dan menetap di Eropa. Para Muslim ini masih menjaga iman dan tradisi-tradisi mereka hingga anak cucunya.

Saat ini, orang Muslim dan keturunannya, bersama orang asli Eropa yang juga masuk Islam, menjadikan jumlah umat Muslim terbesar kedua di Eropa. Austria, Belgia, Inggris, Denmark, Perancis, Italia, Belanda, Swedia, Spanyol, Swiss dan Jerman adalah negara-negara Eropa dengan populasi Muslim yang besar dan terus tumbuh. Untuk membahas pertumbuhan komunitas Muslim ini, mulai dari sisi sosial, budaya dan ekonomi di Eropa Barat, membutuhkan artikel tersendiri.

POPULASI

Jumlah penduduk Muslim Eropa Barat yang valid tidak tersedia. Tapi diperkirakan 10 juta Muslim tinggal di Eropa Barat saat ini. Perancis, Jerman dan Inggris adalah negara-negara yang memiliki populasi Muslim terbesar. Diperkirakan, Perancis dan Jerman masing-masing mempunyai tiga juta penduduk Muslim, dan Inggris dua juta Muslim.Seperti di Inggris, Islam juga menjadi agama terbesar kedua di Perancis sejak tahun 1970-an. Pada tahun 2000, diperkirakan jumlah penduduk Muslim telah melebihi 10 persen dari total jumlah penduduk Perancis.

Hingga pertengahan tahun 80-an, tidak ada aturan-aturan hukum dari pemerintah negara-negara Eropa untuk mencegah imigrasi umat Islam ke Eropa sehingga umat Islam bisa bebas berimigrasi.

Di lain pihak, ada sejumlah besar orang Eropa asli yang masuk agama Islam dalam duapuluh tahun belakangan ini. Dengan kesadaran sendiri mereka menjadi mualaf. Jumlah mereka tidak diketahui pasti. Di antara orang Eropa asli yang memeluk Islam adalah orang-orang dari kalangan terkemuka, termasuk kalangan akademisi. Orang akademisi Eropa ini antara lain adalah Baron Omar Ehrenfels –  seorang antropolog Austria, Vincent Morteil – ahli Afrika dan Islam, Michel Chodkiewiez – direktur penerbitan Editions du Seuil, dan Roger Garudy – filosof Perancis dan pendiri sekaligus partai komunis.

Di beberapa negara Eropa Barat sudah menerima bulan Ramadhan sebagai bulan puasa bagi umat Muslim. Jaringan broadcast dibuka untuk kalangan Muslim di Perancis dan beberapa negara lainnya. Tapi masalah tetaplah ada. Umat Muslim dan Islam masih menjadi korban atas ketidakseimbangan media. Setiap upaya umat Muslim untuk membuat Islam sebagai pedoman hidup seseorang selalu dilihat sebagai ancaman kehidupan orang-orang barat, dan konyolnya, kemudian dengan cepat dicap sebagai fundamental atau parahnya teroris.

Saat ini, dari Yunani hingga Spanyol, kebangkitan baru mulai terbentuk dan berperan dalam berbagai lembaga. Terpilihnya orang Islam sebagai anggota parlemen Inggris mengindikasikan generasi Muslim yang lebih dewasa dan percaya diri sekaligus tegas dan kuat.

ISLAM DI ITALIA

Islam sudah lama datang ke Italia. Mari kita bahas sejarah datangnya Islam ke Sisilia, sebuah pulau terbesar di Mediterania di selatan Italia. Umat Muslim datang ke Sisilia pada awal abad ke 9 yang kemudian menguasai Sisilia hingga 250 tahun. Banyak kawasan yang diberi nama dalam Bahasa Arab. Contohnya adalah Baida yang dalam bahasa Arabnya Bayda (putih); Alcamo atau Al-Kamuk (nama sebuah benteng); Bagheria atau dalam Arab babariya (tempatnya laut); Marsala atau marsa Allah (Pelabuhan milik Allah). Gerbang ke Istana Normans di Palermo, juga pertama kali dibangun oleh umat Muslim di abad 9.

Orang-orang Muslim memperkenalkan buah citrus dan membuat Sisilia jauh lebih berbudaya daripada sebelumnya. Lemon (Italian limuni dari limun Arab) dan kebun orange atau jeruk (aranciu dari naranja) banyak ditemukan di seluruh pulau. Hingga sekarang nama-nama bunga mereka masih memakai nama-nama arab. Zagara dari zahr yang aromanya tercium di mana-mana.

Umat Muslim juga membawa buckwheat, brush palm, carob, kapas, gutun, jasmine (melati), bayam, gula, kunyit, sumac, tarragon dan kismis. Pembuatan sutra dan gula kemudian menjadi industri yang berkembang pesat hingga menyebar ke seluruh Italia.

Untuk meningkatkan panen, umat Muslim meng-upgrade jaringan irigasi kuno orang Sisilia asli dan membangun banyak waduk dan menara air yang masih ada hingga sekarang.

Di bidang kuliner, umat Muslim juga mempunyai peranan yang penting. Umat Muslim turut menciptakan masakan Sisilia dengan sentuhan Arab yang sempurna. Walau tradisi kuliner Sisilia dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi, mengadopsi tradisi kuliner dari para penakluk seperti Yunani, Fenisia (Phoenicia) dan Romawi, tapi itu hanya bertahan hingga abad 9. Makanan yang kaya rasa dari Timur Tengah, manisan buah-buahan dan sayuran, metode baru untuk mengawetkan makanan, pengeringan buah-buahan dan sayuran serta seni penyulingan, telah memberi banyak kontribusi orang Muslim terhadap kuliner Sisilia.

Saat ini, hidangan Sisilia jauh lebih berani daripada hidangan-hidangan yang bisa ditemukan di seluruh Italia. Hidangan Sisilia lebih pedas dan lebih manis daripada hidangan Italia daratan, walaupun pastanya terasa gurih. Hampir semua penulis yang telah mempelajari kuliner Sisilia berkesimpulan bahwa segala hal yang berhubungan dengan seni memasak Sisilia yang berbeda dengan Italia daratan adalah warisan umat Muslim Sisilia.

Pembuatan hidangan pencuci mulut atau penutup, diduga juga ada kontribusi penting dari umat Muslim. Ketika orang Muslim memperkenalkan gula, mereka kemudian membuat banyak hal tentang hidangan penutup. Permen yang dibuat dari almond, dan pembuatan es krim serta budaya memakai serbet dibawa ke Sisilia dan kemudian menyebar ke seluruh Italia dan Eropa. Tidak diragukan, rasa manis dari madu yang dibawa umat Muslim ditemukan di hidangan-hidangan yang bisa ditemukan di seluruh Sisilia.

ISLAM DI SPANYOL

Dalam catatan sejarah, Tarif ibn Malik, seorang Muslim yang memimpin pasukan kecil pengintai (100 kavaleri dan 400 infsnteri), telah mendarat di Spanyol pada awal tahun 710 masehi. Tempatnya dia mendarat kini diberi nama Tarifa, sebagai bentuk untuk menghormatinya. Nama  itu masih dipakai hingga sekarang.

Setelah Tarif, datang penunggang kuda (kavaleri) luarbiasa bernama Tariq ibn Ziyad yang telah menaklukkan Teluk Aljazair. Bersama pasukan kavalery kecil yang dipimpinnya, Tariq berhasil menaklukkan dari Semenanjung Iberia hingga Teluk Biscay. Namanya kemudian diabadikan menjadi nama wilayah tersebut yang hingga kini begitu terkenal. Orang Barat menyebutnya Gibraltar atau Jabal Tariq atau Gunung Tariq.

Gibraltar Mosque in Spain

Umat Muslim mewariskan 6500 kata atau nama dalam kehidupan orang Spanyol yang masih dipakai hingga sekarang. Ini menjadikan budaya Spanyol begitu unik, yang mampu menggoda ahli geografi, penyair, bahkan orang biasa yang datang ke Spanyol. Nama-nama Muslim di Spanyol seperti nama-nama di sebuah monumen, nama-nama yang memberitahu kita apa yang telah terjadi di Spanyol sebelumnya.

Nama kota besar Valencia berasal dari kata Balansiyah. Begitu juga dengan Malaga (Malaqah), Granada (Gharnatah) Seville (Ishbiliyah). Walau banyak perubahan-perubahan yang dipaksakan oleh Ferdinand dan Isabella setelah Reconquista, tetap saja bekas-bekas nama tersebut masih ada hingga sekarang, bahkan di wilayah bergunung seperti Galicia, Asturias dan bagian dari Navarre, Aragon dan Catalunya.

Pemberian nama sungai atau lembah Spanyol yang paling banyak ditemukan berasal dari kata arab (wadi, yang artinya sungai atau lembah). Guadalquivir (al-Wadi al-Kabir, sungai besar), Guadalcazar (Wadi al-Qasr, Sungai Istana), Guadalhorra (Wadi al-Ghar, Sungai Gua), Guadarranque (Wadi al-Ramakah, Sungai Kuda Betina), Guadalquitton (Wadi al-Qitt, Sungai Kucing), Guadalajara (Wadi al-Hijarah, Sungai Berbatu), Guadalbacar (Wadi al-Baqar, Sungai Ternak), Guarroman (Wadi al-Rumman, Sungai Pomegranate), Guadalaviar (al-Wadi al-Abyad, Sungai Putih) and Guadalimar (al-Wadi al-Ahmar, Sungai Merah).

Kincir air di Spanyol

Beberapa sungai diduga juga mempunyai asal nama dari bahasa Arab. Seperti Guadalertin, yang dipercaya oleh beberapa peneliti berasal dari kata Wadi Al-Tin yang berarti sungai lumpur. Guadalbanar, yang diduga berasal dari kata Wadi Al-Harb yang berarti sungai perang atau bisa juga dari Wadi Al-Fanar yang berarti Sungai Mercusuar.

Beberapa tempat juga dinamakan sesuai penampakannya, seperti Alhambra (al-Hamra’, benteng merah), Arrecife (al-Rasif, jalan aspal), Almazara (al-Ma’sarah, the oil press), Aldea (al-Dai’ah, desa kecil), Alqueria (al-Qariyah, desa), Alcantara (al-Qantarah, jembatan) dan Trafalgar, diambil dari nama tanjung, Taraf al-Ghar, yang berarti gua.

Kata Arab madinah yang berarti kota, juga banyak ditemukan di Spanyol. Seperti Medinaceli (Madinat Salim, Kota Salim), Medina-Sidonia dan Medina del Campo. Tak hanya itu, kata qal’ah yang berarti benteng atau kastil, juga banyak ditemukan. Antara lain Calatayud atau qal’at Ayyub, Kasti Ayyub di Aragon. Calahorra (dari Qal’at al-Hajar, kastil batu, atau bisa juga al-Qal’ah al-Hurrah, kastil kebebasan) dan Calatrava (Qal’at al-Rabah).

Catalayud – Spain

Calahorra – Spanyol

Kita juga masih bisa temukan tempat di Spanyol dengan nama keluarga Arab seperti ibn atau bani, antara lain Benevites, Beniajar, Benanata, Benicalaf, Bentarique dan Benadid.

Tak hanya nama-nama tempat, bahasa Arab juga banyak mempengaruhi kosakata bahasa Spanyol seperti Alborg (al-Burj, menara), Albufera (al-Buhayrah, danau), Almeida (al-Ma’idah, meja makan), Alpujarras (mungkin dari al-Bajra, daerah pegunungan), Almeria (al-Mirayah, cermin), Alqezar (al-Qasr, istana), Almansil (al-Manzil, tempat menginap atau rumah), Almenara (al-Manarah, mercusuar atau menara masjid, minaret dalam bahasa Inggris) dan Almaden (al-Maydan, tanah lapang).

Hingga awal abad 20, walau berbagai penulis seperti Gayangos, Weston, Taylor, Pihan, Perceval dan de Souza telah mengidentifikasi hal-hal tersebut, tapi studi yang lebih menyeluruh belum pernah dilakukan. Itu juga perlu dilakukan di Sisilia, bahkan Switzerland atau Swiss, di mana banyak pejuang legendaris Muslim yang kemudian menetap di sana

Sumber: https://marhanfaiz.wordpress.com/2012/07/09/islam-di-eropa-barat/




Baca Artikel Terkait: