-->

Senin, 09 April 2018


Masyarakat  Cina kuno percaya kehidupan setelah kematian sangat mirip dengan di dunia. Agar dapat menikmati kehidupan setelah kematian, untuk itu orang-orang kaya pada masa dinasti Han (206 SM-220M) membawa harta bendanya untuk ikut dikuburkan ketika mereka mati. Prosesi penguburan mereka dikatakan rumit. Benda-benda yang biasanya ikut dikubur berupa porselin, benda perunggu yang indah untuk tempat makanan dan minuman, manekin pelayan, lumbung, bahkan hewan ternak. Hingga masa Konfesius hidup masih terdapat tradisi bahwa budak juga harus ikut mati atau ikut dikubur ketika tuannya mati. Tubuh orang yang meninggal akan ditaruh ke dalam sebuah peti yang mana peti itu akan dihiasai  ukiran dari batu giok atau batu lain yang diyakini memiliki kekuatan magis.
 

Semakin beragam dan mahal barang yang dikuburkaan, menunjukkan bahwa orang yang dikuburkan kaya atau berpengaruh. Bagi orang-orang penting, patung besar akan didirikan dan ditempatkan di dekat makam dan paung dari tembikar kecil akan ditempatkan di peti mati yang mewakili pelayan, pegawai dan penghibur untuk almarhum.
 
Praktek pemakaman masyarakat Cina, dalam hal ini upacara ritual dan jenis-jenis barang bawaan yang akan ikut dikubur akan berbeda-beda setiap era atau dinasti. Meskipun demikian semua dinasti percaya akan adanya kehidupan setelah kematian sama seperti kehidupan duniawi, sehingga orang mati juga membutuhkan barang-barang favorit mereka. Secara garis besar praktik penguburan masyarakat Cina kuno terdiri dari dua komponen utama. Pertama, makam dan isinya. Kedua upacara atau ritual untuk menghormati orang mati yang dilakukan di kuil-kuil dan ruang sembayang di rumah keluarga mereka. 
 
Makam Kaisar pertama Cina, Qin Shi Huangti menjadi contoh yang paling terkenal dari praktek penguburan Cina kuno. Makam sang kaisar ini dirancang untuk dapat melambangkan keadaan atau kondisi dunia pada saat ia memimpin selama hidupnya. Semua barang yang ia butuhkan termasuk tentara terra cotta dalam wujud patung yang berjumlah lebih dari 8.000 laki-laki juga ikut dikuburkan.
 

Di sebuah situs desa Neolitik yang ada di Banpo ditemukan sebuah makam individu yang tertanggal 5.000SM, di makam orang dikubur bersama dengan harta dan alat-alat mereka. Meskipun demikin ritual yang menyertai penguburan ini belum diketahu. Bagi masyarakat Cina, nenek moyang dianggap memiliki pengaruh penting pada kehidupan seseorang. Keberadaan mereka di akhirat membutuhkan doa agar dapat membantu mereka yang telah meninggal dalam transisi ke dunia berikutnya.
 
Orang Cina kuno percaya bahwa orang harus bertanggung jawab atas kehidupan mereka sendiri untuk mendapatkan ketenangan di akhirat. Ada keyakinan bahwa nenek moyang dikorbankan untuk kebahagiaan generasi mendatang, dan bahwa mengorbankan seorang anak akan menyenangkan leluhur dan membantu “mengamankan” tempat di akhirat. Orang mati bisa hidup tenang ketika anak-anak mereka, cucu dan keturunannya pada masa depan hidup sehat dan sukses. Hidup akan dapat berjalan dengan baik jika dapat menunjukkan rasa hormat yang tepat untuk nenek moyang mereka, dan yang mati dianggap mampu mempengaruhi kehidupan untuk lebih baik atau lebih buruk.
 
Selain keyakinan mereka tentang akhirat dan pemujaan leluhur, orang Cina kuno melakukan adat penguburan rumit. Langkah-langkah dalam upacara pemakaman standar Cina kuno, pertama, keluarga akan memberikan pemberitahuan publik tentang adanya kematian. Meraka akan memakai pakaian berkabung tradisional berupa kain putih dan rami. Mayat akan dimandikan sesuai ritual yang berlaku dan berbagai persembahan makanan dan harta akan dibakar untuk menghormati warisan mereka. Berikutnya, nama almarhum akan ditambahkan ke papan leluhur dari keluarga dan uang akan dibayarkan kepada biksu untuk berdoa agar perjalanan jiwa mereka tenang di akhirat. Musik akan diatur untuk menemani gerakan tubuh dari rumah (tempat kematian/ disemayamkan sementara) ke lokasi pemakaman di mana mayat akan disegel di dalam peti mati. Seluruh penduduk kota atau desa akan datang ke tempat pemakaman.

Orang Cina kuno percaya bahwa jiwa orang yang telah mati memiliki dua komponen yaitu yin dan yang. Yin, atau "po," dikaitkan dengan kuburan, sedangkan yang, atau "hun," dikaitkan dengan pohon keluarga leluhur. Banyak berpikir bahwa po yang dikuburkan bersama dengan tubuh, tetapi jiwa yang telah mati akan dinilai dalam "10 pengadilan neraka." Tanpa penghormatan yang dilakukan oleh keluarga atau kerabat, jiwa tidak bisa berharap untuk dapat menghindari hukuman yang keras. “Hun” akan turun ke altar keluarga leluhur, di mana ia bergabung dengan leluhur keluarga lainnya.
 
Di Cina kuno, kebanyakan tradisi yang berkaitan dengan kematian didasarkan pada keyakinan yang unik yang didapat dari tradisi desa dan anggota keluarga, tidak terorganisir berdsarkan praktik keagamaan. Tradisi ini sekarang dianggap sebagai "agama rakyat Cina." Buddhisme, Taoisme dan Konfusianisme semua berkontribusi untuk pengembangan adat istiadat. Konsep agama yang luas seperti keselamatan pribadi atau transformasi hanya memainkan peran kecil dalam praktek Cina kuno tentang kematian.
 
Selain tradisi penguburan manusia, masyarakat Cina kuno juga memilki praktek penguburan kuda seperti lazimnya masyarakat Indo-Eropa. Tindakan ini menunjukkan bahwa kuda memiliki nilai yang tinggi atau penting dalam budaya masyarakat. Proses pemakaman kuda adalah bagian dari tradisi yang lebih luas dari pengorbanan kuda. Kuda juga berkaitan dengan kereta pemakaman, di mana seluruh kereta, dengan atau tanpa kuda, dimakamkan dengan orang yang sudah mati.
 

Kuda itu membawa arti simbolis yang besar dalam budaya manusia. Di Celtic dan budaya Jerman, misalnya, kuda "dapat dikaitkan dengan matahari sedang melakukan perjalanan", dan kuda yang didewakan dan digunakan dalam ramalan, tetapi peristiwa pengorbanan kuda di Celtic langka atau jarang terjadi sedangkan kuda secara teratur dikorbankan dan dikubur bersama manusia mati di Jerman dan Skandinavia. Pentingnya pengorbanan kuda merupakan gambaran simbolik hubungan antara raja dan kuda.
 
Kadang-kadang kuda dikremasi, kadang-kadang dikubur, kadang-kadang mereka ditempatkan di kuburan yang sama seperti manusia, kadang-kadang dalam lubang yang berbeda. Beberapa budaya tampaknya mendukung penguburan kuda untuk prajurit laki-laki, tetapi budaya lain tidak membedakan jenis kelamin.

Sumber:
https://www.dur.ac.uk/



Baca Artikel Terkait: