-->

Selasa, 30 Oktober 2018

DIMENSI BUDAYA DALAM KONSELING LINTAS BUDAYA


A. Sistem Budaya dan Bimbingan Konseling
1. Sistem kebudayaan
a. Sistem kebudayaan atau nilai budaya
Berisi kompleksi ide-ide, gagasan, konsep dan pikiran manusia yang menjadi sumber inspirasi dan orientasi dalam menghadapi kehidupan. Orientasi atau pandangan ini mengkristal kuat sebagai jiwa dari masyarakat tertentu. Gagasan ini berkait satu sama lain menjadi suatub sistem yang berpola. Sistem budaya ini mengatur dan memberi arah kepada sekelompok masyarakat dalam menghadaipimasalah-masalah kehidupan.nilai budaya ini menyangkut pandangan tentang kebenaran, kebaikan , keindahan,kenyataan dan sebagainya. Dalam hal ini kluckohn( kuncaradiningrat,1990;Sulaiman) mengemukakan empat orientasi nilai budayayaitu :
1. Hakikat hidup manusia.
2. Hakikat waktu
3. Hakikat karya
4. Hakikat hubungan semua manusia
5. Hakikat hubungan manusia dan alam


b. Sistem sosial
Yaitu tidak berpola yang terdiri dari pola aktifitas–aktifitas manusia yang saling berinteraksi (berhubungan) serta bergaul satu sama lain dari waktu ke waktu, yang menetap dalam bentuk adat tata perilaku.
c. Kebudayaan Fisisk
Merupakan hasil karya manusia yang bersifat fisik, konkrit, dapat berbentuk benda-benda yang dapat diraba.
2. Dimensi-dimensi bimbingan dan konseling
Morril, Oetting,dan Hurs (dalam Ivey, Lyn Simek,1980) melihat BK dalam tiga dimensi yang di gambarkan dalam suatu kubus, yaitu :
a. Target of intervention (individual,primary group,associational group,dan community group)
b. Purpos of intervention (remidiation,perevention, dan develmedia)
c. Method of intervention (direct service, consulation/training, media)
Tohari Musnamar (1986) mengetengahkan sepuluh komponen dalam sisitem BK, yaitu:
a. Sistem konsep dasar
b. Sistem pembimbingan
c. Subyek-subyek yang dibimbing
d. Subsistem metode dan tehnik
e. Subsistem strategi
f. Subsistemadministrasi dan organisasi
g. Subsistem pelayanan
h. Subsistem saran dan biaya
i. Subsistem lingkungan
j. Subsistem usaha pengembangan


B. Dimensi Budaya dalam Konseling
Inti pelayanan bimbingan dan konseling adalah “komunikasi” antara konselor dan klien. Dalam komunikasi tersebut melibatkan seluruh kepribadian klien dan konselor, dimana kepribadian tersebut merupakan produk dari budayanya.
1. Budaya akan memberikan warna dan arah bagi subsistem konsep dasar BK, yang mencakup landasan filosofik,tujuan konseling,prinsip dan asas BK,serta kode etik BK.
2. Budaya memeberikan warna terhadap subsistem pembimbingan baik yang berkaitan dengan kualifikasi pendidikan dan latihan, penempatan bimbingan.
3. Budaya akan memberikan warna bagi subsistem subyek yang dibimbing.
4. Budaya juga menentukan dan mewarnai metode memahami individu-individu, dan metode/tehnik bimbingan konseling.
5. Budaya akan memberikan arah bagi program-program BK.
6. Budaya menentukan sistem administrasi dan organisasi BK.
7. Budaya juga menentukan sistem sarana,prasaran dan biaya.
8. Budaya menentukan sistem proses layanan.
9. Budaya mewarnai subsistem lingkungan konseling.
10. Budaya juga mempengaruhi dan mewarnai sistem pengembangan bimbingan dan konseling.
Landrine (1992)membedakan adanya reffential self and indexial self,
1. Reffential self adfalah self atau diri yang sendiri,mandiri asli,kreatif dapat mengontrol perilaku, menentukan diri, pikira,self yang terbungkus dalam budaya barat.
2. Indexial self yaitu self atau diri pribadi yang kurang mandiri, kurang dapat mengontrol diri, jiwanya lemah dan kering, kirang kreatif, mudah dipengaruhi.
Hofstede dari Belanda (dalam dragum 1996,Bery dkk,1999) mengidentifikasikan empat faktor dimensi pola pribadi atau pola hidup manusia, yaitu:
1. Individualisme menunjukan kecondongan seseorang terhadap diri sendiri, yang memiliki kesungguhan, berusaha atau mampu mencapai tujuan, merealisasikan hidupnya sendiri.
2. Power distance merupakan konsep yang menunjukan ketidaksamaan atau jurang pemisah ( suatu tatanan berjinjang) antara atasan dan bawahan dalam suatu organisasi, atau antara perasaan superior dan interior.
3. Uncerainty avoidance atau penghindaran akan ketidakmenentuan merupakan konsep yang menunjukan tingkat kebutuhan seseorang akan setruktur,aturan, norma, petunjuk atau informasi untuk mengantisipasi kehidupan yang kompleks, yang sulit diprediksi.
4. Masculinity dan feminity, menunjukan pola kepribadian atau kebudayaan yang membedakan peran antara laki-lak dan permpuan.


1. Variabel konselor
Konselor juga membawa karakteristik kompetensi profesional sebagai konselor, seperti budaya profesi yang mencakup asumsi-asumsi, keyakinan, nilai sikap-sikap profesi, keterampilan-keterampilan profesi dan sebagainya.
2. Variabel klien
Sebagaimana konselor klien juga membawa seperangkat karakteristik, baik persoanl-sosio-kultural dan pengalaman hidup. Beberapa aspek personal-soso-kultural yaitu: aspek biologis (jender, ras, prefensi seksual)budaya (asumsi-asumsi, keyakinan, nilai sikap) gaya kongninitif ( proses penerimaan, informasi berfikir,stereotype),bakat, kecakapan, minat, harapan, perilaku.


3. Veriabel proses konseling
Dalam proses konseling terlibat dua fihak yaitu klien dan konselor, yang saling beriteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
sumber:pbk



Baca Artikel Terkait: