-->

Senin, 27 Maret 2023

 MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

MACAM – MACAM PENDEKATAN 

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Pembelajaran Belajar dan Pembelajar



Dosen Pengampu: Afdhal Ilahi, S.Pd.I, M.Pd

D

I

S

U

S

U

Oleh : Kelompok 5

 Lufti Hanif Siregar

Muhammad Fatih Farhan

Mulia Saputra Situmeang

Lidya Permata Sari

Lomsari Nasution


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN SOSIAL DAN BAHASA

INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN

T.A 2022/2023


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya sehingga, kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan baik, dalam mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
























DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 1

Tujuan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Metode Pembelajaran Ekspositori 2

B. Pendekatan Heuristik 4

C. Pendekatan Kecerdasan 5

D. Pendekatan Kontekstual 11

BAB III PENUTUP 13

Kesimpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

HASIL PRESENTASI 15


















BAB I

PENDAHULUAN 

Latar Belakang .

Model pembelajaran adalah suatu cara atau kegiatan guru yang dimulai dari perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lainlain.Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran yang sering digunakan guru adalah model pembelajaran ekspositori. Model pembelajaran ekspositori adalah langkah pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip, dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk Drill, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Peserta didik mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan pembelajaran ekspositori merupakan cara pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada peserta didik secara langsung.Model pembelajaran ekspositori bertujuan memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada peserta didik. Peranan guru yang penting pada model ini merupakan bentuk pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).


Rumusan Masalah

Apa pendekatan ekspositori?

Apa pendekatan heuristik?

Apa pendekatan kecerdasan?

Bagaimana pendekatan kontekstual?


Tujuan Masalah

Menjelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan ekspositori

Menjelaskan pendekatan heuristik

Menjelaskan pendekatan kecerdasan

Menjelaskan pendekatan kontekstual


Manfaat Penulisan

Membantu peserta didik agar lebih rajin lagi dalam mengikuti

pembelajaran.

Membantu peserta didik meningkatkan wawasan dan pengetahuan

melalui metode pembelajaran Ekspositori.

Membantu meningkatkan daya ingat peserta didik melalui kegiatan

pembelajaran Ekspositori



BAB II

PEMBAHASAN


Metode Pembelajaran Ekspositori 

Pengertian Pembelajaran Ekspositori 

        Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompak siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal. Roy Killen sebagaimana dikutip oleh Harmuni menyatakan bahwa menanamkan metode ekspositori ini dengan istilah metode pembelajaran langsung. Hal ini karena materi pembelajaran disampaikan langsung oleh guru, siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Ada beberapa ciri-ciri pembelajaran ekspositori. Pertama; Dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan pembelajaran ini. Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsepkonsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang. Ketiga, tujuan utama dari pembelajaran ini adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah prosespembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

       Pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembalajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, karena dalam pembelajaran ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui pembalajaran model seperti ini guru menyampaikan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama dari pembelajaran ini adalah kemampuan akademik siswa. Pembelajaran ekspositori akan efektif apabila :

Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa.

Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai kemampuan intelektual tertentu.

Jika bahan pelajaran yang disampaikan cocok untuk dipresentasikan.

 Artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru secara verbal.

 Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik pembelajaran tertentu. 

Guru menginginkan untuk mendemostrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.

Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama,sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.

Apabila guru akan mengajar kepada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan yang rendah.

Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

       Guru dalam era teknologi informasi dan komunikasi seperti ini bukan hanya sekedar mengajar, melainkan harus menjadi manajer belajar. Hal tersebut mengandung arti, setiap guru diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang kreativitas dan aktivitas siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimetode dan multi sumber agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Aspek-Aspek Pembelajaran Ekspositor

       Menurut Roy Killen dalam proses pembelaaran ekspositori terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh setiap guru diantaranya : 

Berorientasi pada tujuan 

Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam pengunaan strategi ini. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur pada kompetisi yang harus dicapai siswa. Seperti guru meberikan instruksi mengerjakan soal latihan dan guru memimpin diskusi dikelas. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektifitas penggunaan metode pembelajaran.

Komunikasi Verbal

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi yang merujuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang kepada seseorang atau sekelompok orang. Pesan yang ingin disampaikan adalah materi pembelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber penyampaian materi secara verbal, mengatur lamanya durasi penjelasan materi dan menyimpulkan materi pelajaran. 



Kesiapan Materi Pelajaran

Kesiapan merupakan satu dari hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan. Dimana guru memberikan pertanyaan berupa kuis, memberikan bahan diskusi dan memberikan tugas. Yang dapat ditarik dari hukum belajar ini adalah agar siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang diberikan, terlebih dahulu harus memosisikan dirinya dalam keadaan siap, baik secara fisik maupun psikis guna untuk menerima pelajaran. 

Keberkelanjutan Materi Pelajaran Proses 

Pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Yang telah dibekali materi berupa data dan materi berupa fakta oleh guru. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah apabila melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidak seimbangan, sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Metode Pembelajaran Ekspositori

Menurut Syarif Sumantri yang mempengaruhi metode pembelajaran ekspositori adalah: 

Pelajar (yang berbagai-bagai tingkat kematangan); 

Tujuan (yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya); 

 Situasi (yang berbagai-bagai keadaannya); 

 Fasilitas (yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya);

Pengajar atau guru (yang pribadi serta kemampuan profesionalnya berbeda-beda).


Pendekatan Heuristik

Pengertian Pendekatan Heuristik

Kata Heuristik berasal dari bahasa Yunani, yaitu, “Heuriskein” yang berarti saya menemukan. Menurut metode ini peserta didik sendiri yang harus menemukan fakta ilmu pengetahuan. Pendekatan Heuristik adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut. Implementasinyja dalam pembelajaran menggunakan meode penemuan dan inkuiri.

Pendekatan heuristik adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pengajaran menggunakan metode penemuan dan metode inkuiri. Metode penemuan didasarkan pada anggapan bahwa materi suatu bidang studi tidak saling lepas, tetapi ada kaitan antar materi-materi itu. Sedangkan pada metode inkuiri, para siswanya bebas menentukan masalah atau menyusun objek yang dipelajarinya, menentukan masalah, mengumpulkan data, analisis data, sampai pada siswa menemukan sendiri kesimpulannya.


Strategi  dalam Heuristik

Saat digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran, maka guru bisa memilih salah satu dari dua strategi heuristik. Yaitu: 

 Discovery (Penemuan) 

       Strategi yang pertama adalah discovery atau menemukan, yaitu suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, sebelum sampai pada generalisasi (Suryosubroto). Dalam metode ini, seorang pengajar akan fokus pada satu peserta didik untuk mengetahui masalah mereka dalam belajar. Sekaligus memastikan penyerapan materi pembelajaran bisa dilakukan dengan baik.

Inquiry (Penyelidikan)

       Dalam metode pembelajaran, inquiry adalah metode pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa pada proses berpikir secara kritis dan analitis (Wina Sanjaya).

Prinsip Pendekatan Heuristik

Aktifitas siswa menjaadi fokus perhatian utama dalam belajar .

Berfikir logisadalah cara yang paling utama dalam menemukan sesuatu.

Proses mengetahui dari sesuatu yang sudah diketahuinmenuju ke yang belum diketahui adalah jalan pelajaran paling rasional dalam pelajaran di sekolah.

Pengalaman yang penuh tujuan adalah tonggak dari usaha pembelajaran siswa kea rah belajar berbuat, bekerja, dan berusaha.

Perkembangan mental seseorang berlangsung selama ia berpikir dan belajar mandiri.


Pendekatan Kecerdasan

Pengertian Pendekatan Kecerdasan

Teori multiple inteligensi atau kecerdasan majemuk ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan professor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard Univercity, Amerika Serikat. Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa inteligensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam.

Gardner menekankan pada kemampuan memecahkan persoalan yang nyata, karena seseorang memiliki kemampuan inteligensi yang tinggi bila ia dapat menyelesaikan persoalan hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi inteligensinya. Penemuan Gardner tentang intelegensi seseorang telah mengubah konsep kecerdasan. 

Menurut Gardner, kecerdasan seseorang diukur bukan dengan tes tertulis, tetapi bagaimana seseorang dapat memecahkan problem nyata dalam kehidupan. Intelegensi seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan jumlahnya banyak, hal ini berbeda dengan konsep lama yang menyatakan bahwa inteligensi seseorang tetap mulai sejak lahir sampai kelak dewasa, dan tidak dapat diubah secara signifikan. Bagi Gardner suatu kemampuan disebut inteligensi bila menunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya.

Tujuh inteligensi/kecerdasan yang kemudian disebut multi inteligensi. Ketujuh jenis kecerdasan, yakni : (1) kecerdasan verbal-linguistik; (2) kecerdasan logis-matematik; (3) kecerdasan visual-spasial; (4) kecerdasan berirama-musik; (5) kecerdasan jasmaniah-kinestetik; (6) kecerdasan interpersonal; (7) kecerdasan intrapersonal; Gardner (Andi Ichsan Mahardika, 2011). 

Pada pengkajian lebih lanjut Gardner dalam Rose: 150 dan Hoerr 2007: 15, menambahkan satu inteligensi yang lain yaitu inteligensi naturalis. Kedelapan inteligensi tersebut dapat dijelaskan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

Kecerdasan Verbal-Linguistik 

       Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk bahasa ibu dan bahasa-bahasa asing, untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami orang lain. Menggunakan kata merupakan cara utama untuk berpikir dan menyelesaikan masalah bagi orang yang memiliki kecerdasan ini. Kecerdasan linguistik disebut juga kecerdasan verbal karena mencakup kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis serta kemampuan untuk menguasai bahasa asing. Mereka menggunakan kata untuk membujuk, mengajak, membantah, menghibur, atau membelajarkan orang lain. 

Kecerdasan Logis-Matematik 

       Kecerdasan matematik adalah kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan untuk mengeksplorasi pola-pola, kategorikategori dan hubungan dengan memanipulasi objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan teratur. Kecerdasan matematika disebut juga kecerdasan logis dan penalaran karena merupakan dasar dalam memecahkan masalah dengan memahami prinsip-prinsip yang mendasari sistem kausal atau dapat memanipulasi bilangan, kuantitas, dan ope rasi. Oleh karena itu, orang yang kuat dalam kecerdasan ini sangat senang berhitung, bertanya, dan melakukan eksperimen. 

Kecerdasan Visual-Spasial 

       Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk memahami gambar-gambar dan bentuk. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dengan gambar dan sangat baik ketika belajar melalui presentasi visual seperti film, gambar, video, dan demonstrasi yang menggunakan alat peraga. Mereka juga sangat menyukai aktivitas menggambar, mengecat, mengukir, dan biasa mengungkapkan diri mereka melalui aktivitas seni. Mereka juga sangat baik untuk membaca peta, diagram, dan menyelesaikan teka-teki jigsaw. Kecerdasan visual disebut juga kecerdasan spasial karena mencakup kemampuan untuk menggambar bentuk dan ruang suatu objek, kemampuan memikirkan bentuk sehingga memungkinkan seseorang untuk mengetahui di mana dia berada, dan kemampuan untuk memotret dunia. 

Kecerdasan Berirama-Musik

         Kecerdasan berirama-musik adalah kapasitas berpikir tentang musik seperti mampu mendengar, mengenal, mengingat, dan bahkan memanipulasi pola-pola musik. Orang yang memiliki kecerdasan musik dianggap memiliki apresiasi yang kuat terhadap musik, dengan mudah mengingat lagu-lagu dan melodi, mempunyai pemahaman tentang warna nada dan komposisi, dapat membedakan perbedaan antara pola nada dan pada umumnya senang terbenam dalam musik. Kemampuan memainkan instrumen datang dengan alamiah pada diri orang yang memiliki kecerdasan musik. Kecerdasan  musik juga meliputi kemampuan memersepsi dan memahami, mencipta dan menyanyikan bentuk-bentuk musikal dan para ahli mengakui bahwa musik merangsang aktivitas kognitif dalam otak dan mendorong kecerdasan.



Kecerdasan Jasmaniah-Kinestetik

         Kecerdasan jasmaniah-kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu. Orang yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan kinestetik cenderung mempunyai perasaan yang kuat dan kesadaran mendalam tentang geraka-gerakan fisik. Mereka mampu berkomunikasi dengan baik melalui bahasa tubuh dan sikap dalam bentuk fisik lainnya. Mereka juga mampu melakukan tugas dengan baik setelah melihat orang lain melakukannya terlebih dahulu, kemudian meniru dan mengikuti tindakannya. Namun, orang yang memiliki kecerdasan ini sering merasa tidak tenang ketika duduk dalam waktu yang relatif lama dan bahkan merasa bosan jika segala sesuatu yang dipelajari atau disampaikan tanpa disertai dengan tindakan yang bersifat demonstratif. 

Kecerdasan Interpersonal 

         Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membaca tanda dan isyarat sosial, komunikasi verbal dan non-verbal, dan mampu menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi melakukan negosiasi hubungan dengan keterampilan dan kemahiran karena orang tersebut mengerti kebutuhan tentang empati, kasih sayang, pemahaman, ketegasan, dan ekspresi dari kebutuhan dan keinginan. Orang seperti ini mengetahui bagaimana pentingnya berkolaborasi dengan orang lain, memimpin ketika diperlukan, mengikuti jika memang keikutsertaan sangat diperlukan, bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki keterampilan komunikasi yang berbedabeda. Kecerdasan interpersonal berhubungan dengan konsep interaksi dengan orang lain di sekitarnya. Interaksi yang dimaksud bukan hanya sekedar berhubungan biasa saja seperti berdiskusi dan membagi suka dan duka, melainkan juga memahami pikiran, perasaan, dan kemampuan untuk memberikan empati dan respons.  

Kecerdasan Intrapersonal 

       Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan yang bersumber pada pemahaman diri secara menyeluruh guna menghadapi, merencanakan, dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung memiliki kesadaran diri yang tinggi di mana mereka mampu memproses tujuan yang jelas tentang segala sesuatu yang dilakukan sekarang dan masa yang akan datang. Pada umumnya, mereka memilih untuk bekerja sendiri dalam menyelesaikan proyek-proyek meskipun kadang-kadang memerlukan perhatian ekstra. Mereka bukan hanya cenderung untuk selalu menyendiri dan tidak mau bergaul dengan yang lain, tetapi juga berhubungan dengan kemampuannya untuk merefleksi diri. Mereka dapat menghabiskan waktu dalam kehidupan sehari-hari untuk merefleksi diri memikirkan tujuan dan keberadaan diri mereka. Jika tidak memiliki tujuan tertentu yang harus dilakukan di luar, seperti pergi ke sekolah atau kegiatan lain, maka mereka mungkin tidak akan pernah meninggalkan rumah mereka selama beberapa waktu tertentu. 

Kecerdasan Naturalistik

        Kecerdasan naturalistik adalah kemampuan dalam mengenal dan mengklasifikasi berbagai spesies termasuk flora dan fauna dalam suatu lingkungan. Orang yang memiliki kecerdasan naturalistik yang kuat mempunyai ketertarikan pada dunia luar atau dunia binatang, ketertarikan ini mulai muncul sejak dini. Mereka menyukai subjek, cerita-cerita, dan pertunjukan yang berhubungan dengan binatang dan fenomena alam. Bahkan, mereka menunjukkan minat yang luar biasa pada mata pelajaran seperti biologi, ilmu hewan (zoology), ilmu tumbuh-tumbuhan (botany), ilmu tanah (geology), ilmu cuaca (meteorology), ilmu falak (astronomi), dan paleontologi. Kecerdasan naturalistik disebut juga cerdas alam karena sangat peka terhadap perubahan dalam lingkungan, sekalipun perubahan tersebut dalam hitungan menit dan sangat perlahan yang bagi orang lain pada umumnya sama sekali tidak merasakan. Hal ini terjadi karena tingkat persepsi sensori yang dimilikinya jauh lebih tinggi dari kebanyakan orang. Kekuatan perasaan yang berhubungan dengan alam dapat memberi pemahaman tersendiri dalam mengamati persamaan, perbedaan, dan perubahan pada alam jauh lebih cepat dibandingkan orang lain pada umumnya. Oleh karena itu, orang yang cerdas pada alam sangat mudah untuk mengategori dan membuat katalog terhadap sesuatu.

Aktivitas Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences

          Aktivitas pembelajaran dalam arti luas meliputi pendidikan praktik-praktik yang memperlakukan peserta didik bukan hanya sebagai pelaksana pembelajaran yang diberikan oleh pendidik, melainkan juga berperan sebagai agen tindakan kognitif yang didistribusikan antara pendidik dan peserta didik. Artinya, peserta didik dapat menyusun tujuan, mencari cara dan metode untuk mencapai tujuan, dan melibatkan diri untuk mengalami aktivitas pembelajaran serta melakukan evaluasi diri terhadap hasil yang diperolehnya. 

       Yaumi (2013) Dengan kata lain, aktivitas pembelajaran hendaknya memberi keleluasaan kepada peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitarnya kemudian menghubungkan dengan pengetahuan/pengalaman yang telah diperolehnya dan selanjutnya mereka diikutkan dalam menentukan sendiri tujuan pembelajaran dan cara untuk mencapai tujuan tersebut dengan pendidik sebagai fasilitator. 

       Berdasarkan definisi di atas, aktivitas pembelajaran berbasis kecerdasan jamak di sini adalah berbagai bentuk aktivitas yang didesain untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan memfasilitasi berkembangnya kecerdasan jamak (multiple intelligences) peserta didik. Yaumi (2013: 38) Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, peserta didik diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis kecerdasan yang dimilikinya. Mengingat karena sebagian besar peserta didik dapat memiliki beberapa jenis kecerdasan maka perlu diperhatikan untuk menghindari mengklasifikasi seorang anak hanya dalam satu jenis kecerdasan. 

       Dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan teori kecerdasan jamak memerlukan analisa bagaimana cara mengajar yang dapat mengakomodir seluruh jenis kecerdasan yang dimiliki peserta didik. 

 Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik pembelajaran. 

 Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 

Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. 

Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. 

Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. 

Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. 

Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 

Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. 

Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.



Pendekatan Kontekstual

Pengertian Pendekatan Kontekstual

       Kata kontekstual diambil dari Bahasa Inggris yaitu contextual kemudian diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi kontekstual. Kontekstual memiliki arti berhubungan dengan konteks atau dalam konteks. Konteks membawa maksud keadaan, situasi dan kejadian. Secara umum, kontekstual memiliki arti:

Berkenaan dengan, releven, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikut konteks; dan

Membawa maksud, makna dan kepentingan (meaningful).

Berdasarkan makna yang terkandung dalam kata kontekstual tersebut, maka terbentuk kaidah kontekstual. Kaidah kontekstual yaitu kaidah yang dibentuk berasaskan pada maksud kontekstual itu sendiri. Dalam pembelajaran yaitu mampu membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran (penguasaan materi pembelajaran) yang berkenaan atau releven bagi mereka, dan bermakna dalam kehidupannya.

Pendekatan kontekstual memiliki landasan pada falsafah belajar yakni konstruktivisme. Konstruktivisme menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, melainkan siswa mengkonstruksi pengetahuan di benaknya. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Artinya, pendekatan kontekstual bersifat pragmatis. Pembelajaran dengan CTL sebagai alternatif strategi belajar, siswa didiarahkan belajar melalui 'mengalami', bukan 'menghapal'.


Bentuk-Bentuk Pembelajaran Kontekstual

Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

Menurut Aqib (,2002: 67), CBSA adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap.

Pendekatan Proses

Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa dalam rangka menemukan fakta dan konsep serta menumbuhkan kembangkan sikap dan nilai. Melalui pendekatan keterampilan proses hendak dikembangkan kemampuan- kemampuan mengamati, mengelompokkan, memproyeksikan, menerapkan, menganalisis, melakukan penelitian sederhana, dan mengkomunikasikan hasil.

Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education)

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri (UURI No. 20 Th. 2003; pasal 26, ayat 3). Pendidikan kecakapan hidup harus terefleksikan dalam kegiatan pembelajaran, pada seluruh mata pelajaran. Kita ingat bahwa pada setiap kegiatan pembelajaran mengembangkan tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek efektif, dan aspek konatif.



 





























BAB III

PENUTUP


KESIMPULAN

Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus menyampaikan atau mengajarkan sesuatu bahan pada murid. Dalam bahan yang akan guru ajarkan pasti mempunyai sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya,maka untuk setiap jenis bahan memerlukan jenis belajar sendiri. Diantaranya Bahan yang memerlukan pengamatan, Bahan yang memerlukan keterampilan atau gerakan tertentu, Bahan yang mengandung materi hafalan, Bahan yang Mengandung Unsur Emosi.

Pendekatan eksplorasi merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk menggali ide-ide, argumen-argumen dan cara-cara yang berbeda dari siswa melalui sejumlah pertanyaan-pertanyaan terbuka dan perintah-perintah sehingga dapat mengantarkan siswa tersebut kepada pemahaman suatu konsep serta penyelesaian masalah-masalah. Manfaat pembelajaran kontekstual meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara kritis, logis, dan sistematis. Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama karena memahami dengan menerapkan. Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar.


B.SARAN

Dengan makalah ini diharapkan,bagi pembaca atau pendengar dapat memahami arti beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran agak menjadi lebih baik, mencakup pendekatan ekspoitasi, pendekatan heuristik, pendekatan kecerdasan, pendekatan kontekstual. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya.








DAFTAR PUSTAKA

STRATEGI PEMBELAJARAN KARANGAN HAUDI

http://novrielisabethhutauruk.blogspot.com › ...

Pendekatan Ekspository dan Heuristik - Novri Elisabeth Hutauruk (21/09/2018)

http://eprints.uny.ac.id › ...PDF

bab 2 - Lumbung Pustaka UNY (20/02/2020)

https://www.academia.edu › MAKA...makalah pendekatan kontekstual learning (ctl - Academia.edu (21/12/2011)

http://repository.iainambon.ac.id/578/2/BAB%20I%2C%20III%2C%20V_86.pdf (diakses, 18/03/2023, 14.22 WIB)

https://karyatulisku.com/penerapan-model-pemebelajaran_22/ (diakses, 18/03/2023, 14. 44 WIB)












HASIL PERSENTASI

Bagaimana penerapan pendekatan CTL pada pembelajaran siswa SD di Kelas Rendah? (Dya Miranda)

Apakah Pendekatan Ekspositori mampu meningkatkan kemampuan belajar siswa? (Anhar Ritonga)

Apa saja kendala yang mungkin terjadi jika guru menerapkan strategi pembelajaran kontekstual? (Anna Romadani)

Penyelesaian 

Penerapan CTL pada anak SD, yakni:

Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic

Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

Menciptakan masyarakat belajar

Menghadirkan model sebagia contoh belajar

Melakukan refleksi diakhir pertemuan.

Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Metode pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara ini waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan model pembelajaran ekspositori dengan pendekatan saintifik berbasis lesson study dapat meningkatkan motivasi, keaktifan, kemampuan memecahkan masalah, kolaborasi, dan hasil belajar siswa.

Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama. Kendala yang dihadapi oleh peneliti dalam menerapkan model pembelajaran CTL antara lain yaitu :

guru kurang optimal dalam memberikan bimbingan pada siswa dalam kegiatan diskusi, 

waktu pembelajaran yang digunakan guru tidak efektif, 

siswa sulit membuat kesimpulan materi pembelajaran pada saat kegiatan diskusi, 

Penambah 

Putri Anita Wahyuni

Pembelajaran kontekstual mengutamakan dan pengalaman atau dunia nyata berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar mengenakan, mengasikan, tidak membosankan dan menggunakan berbagai sumber belajar. Konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan Antara materi pembelajaran dengan dunia peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari – hari.




Nurul Mawaddah Pulungan

Proses efektif untuk di kelas rendah karena anak – anak mudah mengerti jika sudah mengalaminya. Contohnya ketika anak – anak mencampurkan warna primer kedua warna merah dicampur dengan warna biru menjadi ungu, mereka akan mengerti saat mengamati itu dan mudah diingat dikelas rendah. 

Murni Salmiah Harahap

Menjadikan guru dapat mempersiapkan dan menentukan tindakan apa yang akan dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung agar proses pembelajran berlangsung dapat berlangsung secara efektif

Rosni Harahap

Menarik perhatian siswa

Mengulang materi pembelajaran

Menjelaskan tujuan pembelajaran

Dan seorang pendidik itu perlu memiliki humor pada saat mengajar agar siswa tidak kaku dalam pembelajaran




Baca Artikel Terkait: