-->

Rabu, 07 Juni 2023

 MAKALAH

 KRITERIA INSTRUMEN EVALUASI

Dosen Pengampu : Afdhal Ilahi, S.Pd.I.M.Pd



DISUSUN OLEH :


KELOMPOK 10

Nurmaisyah Pulungan : 20140124

Nurul Padilah Sitanggang :20140126





PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

 FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA 

INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN

 2023


KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makala“Kriteria Instrumen Evaluasi” tepat waktu.. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan yang diberikan oleh Dosen Bapak “Afdhal Ilahi S.Pd.I.,M.Pd”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Afdhal Ilahi S.Pd.I.,M.Pd. Selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang study yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini , yang bersifat membangun,agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.





Padangsidempuan,14Mei 2023



Pemakalah,







DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I : PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan  Masalah 2

Tujuan 2

BAB II : PEMBAHASAN 2

Kriteria Instrumen Evaluasi 2

Faktor Instrument Evaluasi  5


BAB III : PENUTUP 10

A. Kesimpulan 10

B. Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG.

Dalam proses evaluasi pembelajaran atau penilaian proses dan hasil belajar, Anda tentu sering menggunakan alat ukur tertentu, baik tes maupun nontes. Alat ukur ini mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam rangka mengetahui keefektifan proses pembelajaran di sekolah. Mengingat begitu  pentingnya suatu alat ukur dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, maka suatu alat ukur harus memiliki syarat-syarat tertentu sekaligus merupakan karakteristik alat ukur yang baik. Dalam praktik di madrasah, seringkali guru membuat alat ukur tanpa mengikuti aturan-aturan tertentu.Ada guru yang membuat alat ukur (seperti soal-soal ulangan atau ujian akhir semester) yang langsung mengambil dari buku sumber.Padahal kita tahu banyak buku sumber yang tidak sesuai dengan silabus yang telah ditetapkan.Apa jadinya bila soal yang digunakan tidak sesuai dengan materi yang disampaikan. Ada juga guru yang menggunakan soal-soal lama yang belum diketahui kualitasnya.Hal ini semua sebagai akibat dari kekurangpahaman guru terhadap suatu alat ukur yang baik.

Analisis kualitas tes merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik secara keseluruhan maupun butir soal yang menjadi bagian dari tes tersebut.Dalam penilaian hasil belajar, tes diharapkan dapat menggambarkan sempel perilaku dan menghasilkan nilai yang objektif serta akurat.Jika tes yang digunakan guru kurang baik, maka hasil yang diperoleh pun tentunya kurang baik.Hal ini dapat merugikan peserta didik itu sendiri.Artinya, hasil yang diperoleh peserta didik menjadi tidak objektif dan tidak adil.Oleh sebab itu, tes yang digunakan guru harus memiliki kualitas yeng lebih baik dilihat dari berbagai segi.Tes hendaknya disusun sesuai dengan prinsip dan prosedur penyusunan tes.Setelah digunakan perlu diketahui apakah tes tersebut berkualitas baik atau kurang baik.Untuk mengetahui apakah suatu tes yang digunakan termasuk baik atau kurang baik, maka perlu dilakukan analisis kualitas tes. Yaitu dengan mengetahui Kriteria pemilihan instrument Evaluasi.

B.     Rumusan Masalah

1.      mengetahui  karakteristik instrumen evaluasi !

2.      apa sajan Kriteria Instrumen evaluasi !


C.     Tujuan 

1.      Untuk mengetahui karakteristik instrumen evaluasi.

2.      Untuk mengetahui kriteria instrumen evaluasi.

BAB II

 PEMBAHASAN

Kriteria Instrumen Evaluasi

Dalam Evaluasi terdapat Kriteria dimana kata Kriteria yang dimaksud adalah ukuran yang menjadika dasar penilaian atau penetapan sesuatu.Kriteria juga dapat didefenisiskan sebgai sesuatau patokan sifat atau karakteristik yang ditetapkan sebagai alat pembandingan bagi karakteristik-karakteristik lainnya.Misalnya validitas tes Intelegensi adalah suatu pengukuran tentang intelegensi,dan tentang lainnya.

Kriteria Instrumen Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai.Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.Sedangan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk.Dalam suatu belajar mengajar melaksanakan Evaluasi adalah guru,yaitu orang yang merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.Guru sebagai figur yang selalu berinteraksi dengan murid memerlukan evaluasi secara teratur agar dapat memperbaiki atau menyempurnakan proses pembelajaran yang di lakasakan.

Analisis kualitas tes merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik secara keseluruhan maupun butir soal yang menjadi bagian dari tes tersebut.Dalam penilaian hasil belajar, tes diharapkan dapat menggambarkan sampel perilaku dan menghasilkan nilai yang objektif serta akurat.Jika tes yang digunakan guru kurang baik, maka hasil yang diperoleh pun tentunya kurang baik.Hal ini dapat merugikan peserta didik itu sendiri.Artinya, hasil yang diperoleh peserta didik menjadi tidak objektif dan tidak adil.Oleh sebab itu, tes yang digunakan guru harus memiliki kualitas yang lebih baik dilihat dari berbagai segi, Tes disusun hendaknya disusun sesuai dengan prinsip dan prosedur penyusunan tes.Setelah digunakan perlu diketahui apakah tes tersebut berkualitas baik atau kurang baik.Untuk mengetahui tes yang digunakan termasuk baik atau kurang baik, maka perlu dilakukan analisis kualitas tes.

mengemukakan karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah “valid, reliabel, relevan, representatif, praktis, deskriminatif”.

Valid, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Misalnya, alat ukur matapelajaran Ilmu Fiqih, maka alat ukur tersebut harus betul-betul dan hanya mengukur kemampuan peserta didik dalam mempelajari Ilmu Fiqih, tidak boleh dicampuradukkan dengan materi pelajaran yang lain. Validitas suatu  alat ukur dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain validitas ramalan  (predictive validity), validitas bandingan (concurent validity), dan validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan lain-lain. Penjelasan tentang validitas ini dapat Anda baca uraian modul berikutnya.

Reliabel, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel atau handal jika ia mempunyai hasil yang taat asas (consistent). Misalnya, suatu alat ukur diberikan kepada sekelompok peserta didik saat ini, kemudian diberikan lagi kepada sekelompok peserta didik yang sama pada saat yang akan datang, dan ternyata hasilnya sama atau mendekati sama, maka dapat dikatakan alat  ukur tersebut mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi.

Relevan, artinya alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan standar  kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan. Alat ukur juga harus sesuai dengan domain hasil belajar, seperti domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Jangan sampai ingin mengukur domain kognitif menggunakan alat ukur non-tes. Hal ini tentu tidak relevan.

Representatif, artinya materi alat ukur harus betul-betul mewakili dari seluruh materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilakukan bila guru menggunakan silabus sebagai acuan pemilihan materi tes. Guru juga harus memperhatikan proses seleksi materi, mana materi yang bersifat aplikatif dan mana yang tidak, mana yang penting dan mana yang tidak.

Praktis, artinya mudah digunakan. Jika alat ukur itu sudah memenuhi syarat tetapi sukar digunakan, berarti tidak praktis. Kepraktisan ini bukan hanya dilihat dari pembuat alat ukur (guru), tetapi juga bagi orang lain yang ingin menggunakan alat ukur tersebut.

Deskriminatif, artinya adalah alat ukur itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun. Semakin baik suatu alat ukur, maka semakin mampu alat ukur tersebut menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk mengetahui apakah suatu alat ukur cukup deskriminatif atau tidak, biasanya didasarkan atas uji daya pembeda alat ukur tersebut.

Spesifik, artinya suatu instrumen disusun dan digunakan khusus untuk objek yang dievaluasi. Jika instrumen tersebut menggunakan tes, maka jawaban tes jangan menimbulkan ambivalensi atau spekulasi.

Proporsional,  artinya  suatu  instrumen  harus  memiliki  tingkat  kesulitan  yang  proporsional antara sulit, sedang, dan mudah. 

Kriteria Instrumen Evaluasi harus dilakukan secara kontinui (Terus-Menerus).Dengan Evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh gambaraan yang lebih jelas tentang keadaan siswa.Tes yang diadakan secara one the spot dan hanya satu adau dua kali,tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan peserta didik.Faktor kebetulan,akan sanagat menggu hasilnya ada seorang anak yang sebetulnya padai,tetapi pada waktu guru mengadakan tes dia sedang dalam kondisi yang jelek karena semalaman merawat ibunya yang sedang sakit,maka ada kemungkinan nilai tesnya jelek pula.

Evaluasi harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh) yang dimaksud dengan evaluasi yang komprehensif disini adalah atas sebagai segi peninjuan,yaitu:

Mencakupi Keseluruhan materi.

Mencakup sebagai aspek berpikir (Ingatan,pemahaman,aplikasi,dan sebagainya).

Melalui berbagai cara yaitu tes tertulis,tes lisan,tes perbuatan,pengamtan insidental,dan  sebagainya.

Validitas

Sebelum Anda menggunakan suatu tes, Anda hendaknya mengukur terlebih dahulu derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu. Dengan kata lain, untuk melihat apakah tes tersebut valid (sahih), Anda harus membandingkan skor peserta didik yang didapat dalam tes dengan skor yang dianggap sebagai nilai baku. Misalnya, nilai ujian akhir semester peserta didik dalam salah satu mata pelajaran dibandingkan dengan nilai ujian akhir semester pada mata pelajaran yang lain. Semakin mendekati kedua skor tersebut, maka semakin soal ujian akhir tadi dapat dikatakan valid.Validitas suatu tes erat kaitannya dengan tujuan penggunaan tes tersebut.Namun demikian, tidak ada validitas yang berlaku secara umum.Artinya, jika suatu tes dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka tes itu valid untuk tujuan tersebut.

Ada dua unsur penting dalam validitas ini.Pertama, validitas menunjukkan suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang sedang, dan ada pula yang rendah.Kedua, validitas selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan yang spesifik. Sebagaimana pendapal R.L. Thorndike dan H.P. Hagen (1977: 56) bahwa “validity is always in relation to a specific decision or use”. Sementara itu, Gronlund (1985 : 79-81) dalam buku Evaluasi Pembelajaran Karya Zainal Arifin mengemukan ada tiga faktor yang mempengaruhi validitas hasil tes, yaitu “faktor instrumen evaluasi, faktor administrasi evaluasi dan penskoran, dan faktor dari jawaban peserta didik”.

Faktor Instrument Evaluasi 

Mengembangkan instrumen evaluasi memang tidaklah mudah, apalagi jika seorang evaluator tidak atau kurang memahami prosedur dan teknik evaluasi itu sendiri.Jika instrumen evaluasi kurang baik, maka dapat berakibat hasil evaluasi menjadi kurang baik. Untuk itu, dalam mengembangkan instrumen evaluasi, seorang evaluator harus memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi validitas instrumen dan berkaitan dengan prosedur penyusunan instrumen, seperti silabus, kisi-kisi soal, petunjuk mengerjakan soal dan pengisian lembar jawaban, kunci jawaban, penggunaan kalimat efektif, bentuk alternatif jawaban, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan sebagainya.

Faktor jawaban dari peserta didik

Dalam praktiknya, faktor jawaban peserta didik justru lebih banyak berpengaruh daripada dua faktor sebelumnya. Faktor ini meliputi kecenderungan peserta didik untuk menjawab secara cepat tetapi tidak tepat, keinginan melakukan coba-coba, dan penggunaan gaya bahasa tertentu dalam menjawab soal bentuk uraian.

Validitas permukaan

Validitas ini menggunakan kriteria yang sangat sederhana, karena hanya melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Artinya, jika suatu tes secara sepintas telah dianggap baik untuk mengungkap fenomena yang akan diukur, maka tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi syarat validitas permukaan, sehingga tidak perlu lagi adanya judgement yang mendalam.

Validitas isi

Validitas isi sering digunakan dalam pengukuran hasil belajar. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui hinggamana peserta didik menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan, dan perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada diri peserta didik tersebut setelah mengalami proses pembelajaran tertentu. Jika dilihat dari segi kegunaannya dalam penilaian hasil belajar, validitas isi ini sering disebut juga validitas kurikuler dan validitas perumusan.Validitas kurikuler berkenaan dengan pertanyaan apakah materi tes relevan dengan kurikulum yang sudah ditentukan.

Pertanyaan ini timbul karena sering terjadi materi tes tidak mencakup keseluruhan aspek-aspek yang akan diukur, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, tetapi hanya pengetahuan yang bersifat fakta-fakta pelajaran tertentu. Diharapkan dengan validitas kurikuler ini timbul ketelitian yang jelas dan totalitas dengan menjelajahi semua aspek yang tercakup dalam kisi-kisi dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang bersangkutan. Validitas kurikuler ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain mencocokkan materi tes dengan silabus dan kisi-kisi, melakukan diskusi dengan sesama pendidik, atau mencermati kembali substansi dari konsep yang akan diukur.

pola kriteria khusus yang dikorelasikan dengan hasil tes itu. Sehubungan dengan kriteria khusus, Anastasi dalam Conny Semiawan Stamboel (1986 : 50), mengemukakan ada delapan kriteria sebagai bahan bandingan untuk merumuskan apa yang hendak diselidiki oleh suatu tes, yaitu “diferensiasi umur, kemajuan akademis, kriteria dalam pelaksanaan latihan khusus, kriteria dalam pelaksanaan kerja, penilaian, kelompok yang dipertentangkan, korelasi dengan tes lain, dan konsistensi internal”.

Kriteria yang paling utama dalam Instrumen evaluasi adalah umur.Kebanyakan tes intelegens baik yang dipakai di madrasah maupun tes pra-madrasah, senantiasa dibandingkan dengan umur kronologis untuk menentukan apakah angka bertambah dengan bertambahnya umur. Jika suatu tes dianggap valid, maka nilai tes bagi peserta didik akan naik dengan bertambahnya umur. Namun, anggapan ini tidak berlaku bagi perkembangan semua fungsi dalam hubungannya dengan bertambahnya umur secara konsisten (ini terbukti dari beberapa tes kepribadian).Suatu hal yang juga perlu dicermati adalah corak kondisi lingkungan tempat tes itu dibakukan.Kriteria peningkatan umur tidak bersifat universal tetapi tidak dapat juga dikatakan bahwa ini berlaku bagi corak masing-masing kebudayaan.

Pada umumnya tes intelegensi divalidkan dengan kemajuan akademis.Juga sering dikatakan bahwa makin lama seseorang belajar di sekolah, makin tinggi pendidikannya, makin tinggi pula kemajuan akademisnya.Padahal, setiap jenis dan jenjang pendidikan itu bersifat selektif.Bagi peserta didik yang tak sanggup meneruskan, biasanya termasuk dropout.Namun demikian, banyak pula faktor non-intelektual yang ikut mempengaruhi keberhasilan pendidikan seorang peserta didik. Dengan kata lain, berhasil tidaknya pendidikan seseorang tidak hanya dilihat dari faktor intelektual tetapi juga faktor non-intelektual. Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif dan holistik tentang hal ini perlu diada kan penyelidikan yang lebih jauh.

Dalam Instrumen Evaluasi terdapat  Kriteria pelaksanaan latihan khusus.Corak kriteria dalam pengembangan tes bakat khusus didasarkan atas  prestasi dalam latihan tertentu secara khusus. Beberapa tes bakat profesi (profesional aptitude test) telah divalidkan dengan tes hasil belajar dalam bidang-bidang tersebut.Misalnya, tes untuk memasuki profesi kedok teran, hukum, dan sebagainya.Ada beberapa tes untuk memasuki si tertentu yang disebut tailor-made test, yaitu tes yang telah dibuat khusus untuk keperluan tersebut, seperti tes penerbangan.

Dalam Kriteria Instrumen Evaluasi terdapat Penilaian,Pengertian penilaian disini adalah teknik untuk memperoleh informasi  tentang kemajuan belajar peserta didik di madrasah. Selain itu, juga mencakup pe kerjaan yang memerlukan latihan khusus ataupun sukses dalam penilaian pribadi oleh seorang pengamat terhadap berbagai fungsi psikologis.Misalnya, kondisi-kondisi, orijinalitas, kepemimpinan, atau kejujuran. Jika kondisi-kondisi pengenalan dalam situasi tempat kemampuan yang khusus itu dinyatakan, maka perlu disertai skala penilaian yang dipersiapkan secara teliti.Dan dalam Kriteria Instrumen Evaluasi juga terdapat  Korelasi dengan tes lain,Korelasi antara tes baru dengan tes lama merupakan perbandingan kriteria dalam menyelidiki perilaku yang sama. Dalam hal ini suatu tes verbal tertulis bisa dibandingkan dengan tes individual atau tes kelompok. Untuk mengukur apakah suatu tes yang baru memiliki validitas dan bebas dari pengaruh faktor lain, maka dipergunakan tes jenis lain dalam membandingkannya. Jadi, kadang-kadang tes kepribadian dikorelasikan dengan tes internal atau tes hasil belajar.Nilai yang diperoleh pada waktu ulangan juga terdapat pada tes,bukan menggambarkan partisipasi tetapi menggabarkan prestasi belajar.Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan ditekankan pada tes itu tersendiri tetapi pada hasil pengetesan dan dari hasil pengalaman.

Messick (1993) menyatakan bahwa validitas secara tradisional terdiri dari 

Validitas isi,yaitu ketetapan materi yang diukur dalam tes;

Validitas Sriterion-related,yaitu membandingkan tes dengan satu atau lebih Kriteria;

Validitas Prediktif,yaitu ketetapan hasil pengukuran dengan alat lain yang dilakukan kemudian;
























BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN 

Kriteria Instrumen Evaluasi harus dilakukan secara kontinui (Terus-Menerus).Dengan Evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh gambaraan yang lebih jelas tentang keadaan siswa.Tes yang diadakan secara one the spot dan hanya satu adau dua kali,tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan peserta didik.Faktor kebetulan,akan sanagat menggu hasilnya ada seorang anak yang sebetulnya padai,tetapi pada waktu guru mengadakan tes dia sedang dalam kondisi yang jelek karena semalaman merawat ibunya yang sedang sakit,maka ada kemungkinan nilai tesnya jelek pula.

Sehubungan dengan kriteria khusus, Anastasi dalam Conny Semiawan Stamboel (1986 : 50), mengemukakan ada delapan kriteria sebagai bahan bandingan untuk merumuskan apa yang hendak diselidiki oleh suatu tes, yaitu “diferensiasi umur, kemajuan akademis, kriteria dalam pelaksanaan latihan khusus, kriteria dalam pelaksanaan kerja, penilaian, kelompok yang dipertentangkan, korelasi dengan tes lain, dan konsistensi internal”.

Jika kondisi-kondisi pengenalan dalam situasi tempat kemampuan yang khusus itu dinyatakan, maka perlu disertai skala penilaian yang dipersiapkan secara teliti.Dan dalam Kriteria Instrumen Evaluasi juga terdapat  Korelasi dengan tes lain,Korelasi antara tes baru dengan tes lama merupakan perbandingan kriteria dalam menyelidiki perilaku yang sama.


SARAN 

Kami dari pemakalah menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini.Untuk itu kami meminta kritik dan saran untuk pembentukan makalah dan materi yang lebih baik lagi.Semoga makalah ini dapat menambah wawasan nagi setiap pembacanya dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

http://sriwildaningsih22.blogspot.com/2018/01/kriteria-instumen-evaluasi.html di akses 24 Mei 2023

Stufflebeam, D.L. 1974b. Meta Evaluation. (Paper No.3). Kalamazoo, M.L: Weestern Michignan     

University Evaluation Center.

Isaac, S and Michael, W.B.1981.Handbook in Research and Evaluation. San Diego,C. A,: Edits.


















Yang bertanya

1.Ainun Siregar

Alat evaluasi dikatakan memiliki kualitas yang baik dapat di tinjau dari segi apa? 


jawaban:Alat evaluasi yang baik dapat di tinjau dari hal hal berikut yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda, derajat kesukaran, efektivitas option, objektivitas dan praktibilitas. suatu alat evaluasi disebut valid dikatakan apabila alat tersebut mampu meng evaluasi apa yang seharusnya di evaluasi oleh seorang guru. 


2.Mutiara Tapsel Siregar

Mengapa peneliti harus menyiapkan instrumen  dalam penelitiannya apa kegunaan dan manfaatnya? 


jawaban:Karena instrumen penelitian adalah alat bantu yank digunakan untuk mendapatkan penelitian. tanpa instrumen kita tidak akan busa mengumpulkan data yang perlukan dalam penelitian. biladata tersebut tidak ada. maka penelitian pun tidak akan bisa di lakukan. 


3.Nur Aisyah

apa yang dilakukan jika beberapa soal tidak valid, apa perlu di ganti atau cukup menggunakan butir soal yang valid saja? 


jawaban:Menurut kami, dibuang saja karena jika ada butir memiliki validasi indikator. oleh karena itu buat soal minimal 2 butir atau indikator. jika butir-butir yang tidak valid tersebut dianggap tidak penting maka perlu lagi perbaikan setelah di ganti perlu di lakukan uji validitas eksternal kembali


4.Rachel Intan Agustina

Apabila Instrumen telah dapat mengukur, apa yang seharusnya di ukur agar dapat di katakan instrumen tersebut telah di validasi


jawaban:Apabila Instrumen yang di katakan valid berartu instrumen tersebut dapat di gunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila di gunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama




Baca Artikel Terkait: