MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam
Dosen Pengampu : Afdhal Ilahi S.Pd, M.Pd
Oleh :
Nama : Ifan Juliardy Ritonga
Revalina Harahap
Mazida Tunna Zami Siregar
Farhan Aziz Hutasuhut
Semester : I – PGSD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS PERGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Segala puja dan puji semoga tetap senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kita nikmat kesehatan,kesempatan serta umur yang panjang sehingga kita dapat berkumpul di sekolah / kampus kita yang tercinta ini. Tidak lupa juga Shalawat serta salam kita panjatkan ke ruh baginda Nabi Muhammad Saw, Yang berlafadzkan Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Ali Sayyidina Muhammad.
Makalah ini berisi tentang Konsep keberadaan manusia maupun hal hal yang berkaitan dengan judul makalah ini. Makalah ini dibuat sebagai syarat dan juga tuntutan akademik dan diharapkan memberikan pengetahuan baru bagi kita untuk lebih mengetahui pemikiran yang ada di tengah masyarakat. Dan tentunya, Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari segala kekurangan, penulis telah berusaha meminimalisir sesuatu yang menjadi kekurangan dalam makalah ini. Oleh karenanya, para pembaca sangat di harapkan untuk meluangkan waktunya dalam memberikan kiritik maupun saran demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi penyusun tulisan ini.
Padangsidimpuan, September 2023
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 3
Pendahuluan 3
Rumusan Masalah 3
BAB II PEMBAHASAN 4
Keberadaan Manusia. 4
Hakikat Manusia 6
Martabat Manusia Dalam Pandangan Islam 8
Fungsi Dan Peranan Manusia Dalam Pandangan Islam 9
Tanggung Jawab Manusia 12
BAB III PENUTUP 14
Kesimpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, menurut kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran, bahwa Allah menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang diembannya.
Islam menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari tanah,kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk Allah SWT yang paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan.
Allah SWT sudah menciptakan manusia ahsanu taqwim, yaitu sebaik-baik cipta dan menundukkan alam beserta isinya bagi manusia agar manusia dapat memelihara dan mengelola serta melestarikan kelangsungan hidup di alam semesta ini.
Dalam tulisan ini penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang bagaimana Islammemandang Manusia baik dari sisi dari apa manusia diciptakan, bagaimana proses penciptaanya? bagaimana tugas manusia diciptakan, kemudian bagaimana kedudukan manusia di hadapan Allah SWT.
B. Rumusan masalah
a. Keberadaan manusia
b. Hakikat manusia
c. Martabat manusia dalam pandangan islam
d. Fungsi dan peranan manusia dalam pandangan islam
e. Tanggung jawab manusia
C. Tujuan Penulisan
a. untuk mengetahui tentang keberadaan manusia
b. untuk mengetahui tentang hakikat manusia
c. untuk mengetahui tentang martabat manusia
d. untuk mengetahui tentang fungsi dan peranan manusia
e. untuk mengetahui tanggung jawab manusia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Keberadaan Manusia
A. Pengertian Manusia
Al-Quran tidak memaparkan secara rinci asal-usul manusia tercipta. Al-Quran hanya menerangkan tentang prinsipnya saja. Terdapat Ayat-ayat al-Quran mengenai penciptaan Manusia terdapat pada beberapa surat surat Nuh: 17, surat Ash-Shaffat ayat 11, surat Al-Mukminuun 12-13, surat Ar-Rum ayat : 20, Ali Imran ayat: 59, surat As-Sajdah: 7-9, suratAl-Hijr ayat: 28, dan Al-Hajj ayat: 5.
Q.S. Al–Mukminuun : 12
وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ سُلٰلَةٍ مِّنۡ طِيۡنٍ ۚ
wa laqad khalaqnal-insāna min sulālatim min ṭīn
Artinya: "Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah."
Q.S. Al-Mukminuun : 13
ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ ۖ
ṡumma ja'alnāhu nuṭfatan fī qarārim makīn
Artinya: "Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)."
Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-macamistilah, seperti : Turaab, Thieen, Shal-shal, dan Sulalah. Dapat diartikan sesungguhnyaAllah menciptakan jasad manusia dari berbagai macam unsur kimiawi yang ada pada tanah.Adapun tahapan-tahapan dalam proses berikutnya tidak terdapat dalam Al-Quran secara rinci.
Ayat-ayat Quran yang menyebutkan manusia diciptakan dari tanah, pada umumnya hanyadipahami secara lahiriah saja. Menimbulkan pendapat sesungguhnya manusia diciptakan olehAllah SWT berasal dari tanah, karena Allah maha kuasa, segala sesuatu pasti dapat terjadi.Disisi lain sebagian dari umat Islam memiliki asumsi bahwa Nabi Adam AS. Bukanmanusia yang pertama diciptakan. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa: Ayat-ayat
Quran yang menerangkan tentang manusia diciptakan berasal dari tanah bukan berarti bahwaseluruh unsur kimia yang ada pada tanah turut mengalami reaksi kimia. Hal itu sebagaimana pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan merupakan bahan makanannya berasal dari tanah, sebab semua unsur kimia yang ada pada tanah tidak semua ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya sebagian saja.Oleh karenanya bahan-bahan yang membentuk manusia disebutkan dalam al-Qur’anmerupakan petunjuk bagi manusia disebutkan dalam al-Quran, sebenarnya bahan-bahan yangmembentuk manusia yaitu menthe, air, dan ammonia terdapat pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk ‘’ (mungkin yangdimaksud adalah bahan-bahan yang ada pada Lumpur hitam, kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia).
b. Manusia Dalam pandangan Islam
Dalam al-Qur’an Allah SWT. menciptakan manusia dari saripati yang berasal dari tanah:Firman Allah Swt yang Artinya : Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yangdisimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging.
Kemudian kamijadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. ( QS. Al-Mukminun 12-16).
Dalam pandangan Islam, manusia didefinisikan sebagai makhluk, mukalaf, mukaram, mukhaiyar, dan mujizat. Manusia adalah makhluk yang mempunyai nilai-nilai fitri dan sifat-sifat insaniah, seperti dha’if ‘lemah’ (an – Nisaa’: 28), jahula ‘bodoh’ (al – Ahzab: 76 ), faqir ‘ketergantuntangan atau kebutuhan’ (Faathir: 15 ), kafuroo ‘sangat mengingkari nikmat’ (al – Israa’: 67), syukur (al – Insaan: 3), serta fujur dan taqwa (asy – Syamsy: 8).
Selain itu juga tugas manusia diciptakan yaitu untuk mengimplementasikan tuga – tugas Ilahiaah yang mengandung banyak kemaslahatan dalam hidupnya. Manusia membawa amanah dari Allah yang mesti diimplementasikan pada kehidupan nyata. Keberadaan manusia di dunia memiliki tugas yang mulia, yaitu sebagai khilafah Keberadaannya tidak lah untuk sia- sia dan tanpa ‘tujuan’.
Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk ciptaan-Nya yang lainnya, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia, seperti akal manusia yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, kemudian memilihnya. Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya cipta (ahsanutaqwim), dan menundukkan alam semesta baginya agar dia dapat memakmurkan dan memelihara kemudian melestarikan keberlangsungan hidup di alam semesta ini.
Dengan hatinya manusia dapat memutuskan sesuatu sesuai dengan petunjuk Robbnya, dengan raganya, diharapkan aktif untuk menciptakan karya besar dan tindakan yang benar, hingga ia tetap pada posisi kemuliaan yang sudah diberikan Allah kepadanya seperti ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan lain-lain.
Maka, dengan semua sifat kemuliaan dan semua sifat insaniah yang ada dengan kekurangan dan keterbatasan, Allah SWT menugaskan misi khusus kepada umat manusia untuk menguji dan mengetahui mana yang jujur, beriman dan dusta dalam beragama. “Apakah manusia itu bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman “, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang – orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetehahui orang – orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang – orang yang dusta.” ( Al – Ankabuut: 2-3).Oleh karena itu manusia haruslah mampu mengimplementasikan kehendak Allah dalam setiap risalah dan misi yang diembannya.
2. Hakikat Manusia
Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman modern ini juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki manusia dari berbagai sudut pandang, ada yang memandang manusia dari sudut pandang budayadisebut Antropologi Budaya, ada juga yang memandang dari segi hakikatnya disebut Antropologi Filsafat.
Memikirkan dan membicarakan mengenaihakikat manusia inilah, yang menyebabkan orang tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia itu nantinya. Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari yaitu :
Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat atau materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi dan manusia adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi.
Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh.Adapun zat itu adalah manifestasi daripada roh didunia ini.
Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini menganggap bahwa manusia itupada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asalnya, tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad dan roh, yang keduanya berintegrasi membentukyang disebut manusia.
Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya aliran ini memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara beradanya manusia itu sendiri didunia ini.
Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam Islam sendiri, hakikat manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri.
Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari diciptakannya manusia yang telah diberiamanat untuk mengatur bumi (Khalifah) yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWTsebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdikepada-Ku.”
Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Manusia tidak mempunya peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuan manusia itumerupakan peringatan bagi manusia.
Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang tuanya, suku atau bangsa dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari atas ketentuan – ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya :
Manusia adalah makhluk yang keberadaanya didunia ini untuk mengadakan sesuatu, artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia,artinya manusia ada untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari sanalah muncul segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di dalam kehidupanya.
Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya kebebasan manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan melalui kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.
Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya. Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi.
Manusiaadalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia adalah makhluk mulia.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam sebagai makhluk yang istimewa.
3. Martabat Manusia Menurut Agama Islam
Martabat adalah harga diri tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat, dan martabat saling berkaitan dengan maqam, maksudnya adalah secara dasarnya maqam merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalik-Nya, yang juga merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya pada saat dalam perjalanan spritual dalam beribadah kepada Allah SWT.
Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam tersebut, secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba yang menempuh perjalanan dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan isi dari maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhah dzikir pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa proses sebagai berikut :
Taubat;
Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram;
Merasa miskin diri dari segalanya;
Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap tuhan yang maha esa;
Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;
Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan ingatan kepadaNya;
Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah SWT saja.
4. Fungsi Dan Peranan Manusia Dalam Islam
Menurut Al-Qur’an, manusia menempati kedudukan dengan posisi yang istimewa di alam jagad raya ini. Manusia adalah khalifah Tuhan di muka bumi. Sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Baqarah : 30 :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah ) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?, Tuhan berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Secara etimologi kata khalifah diambil dari kata kerja “khalafa” yang berarti menggantikan dan melanjutkan. Sedangkan yang dimaksud khalifah adalah person yang menggantikan person lain. Dengan demikian dapat kita yakini bahwa manusia itu adalah salah satu tujuan diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Secara filosofis kata khalifah ditafsirkan ke dalam tiga definisi: Pertama, karena menggantikan Allah. Kedua, segolongan manusia menggantikan segolongan manusia. Ketiga, menggantikan selain manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Yunus:14:
“Kemudian kami jadikan kamu pengganti (khalifah)di muka sesudah mereka untuk kami buktikan bagimana kamu berbuat.” (QS.Yunus:14)
Sebagai penguasa di bumi, manusia berkewajiban memberdayakan alam ini guna menyiapkan kehidupan bahagia. Tugas dan kewajiban ini merupakan bagian fungsi diciptakannya manusia oleh Allah SWT sebagai khalifah di bumi. Tugas dan kewajiban ini merupakan ujian Tuhan kepada manusia, siapa yang paling baik menunaikan amanah-Nya itu.
Dalam melaksanakan kewajiban ,amanah, dan fungsinya itu sama berdasar bidang dan keahlian masing-masing. Jadi manusia ini tidaklah lain merupakan khalifah Allah SWT di atas muka bumi. Khalifah adalah wakil Tuhan di atas muka bumi ini dengan tuntunan Al-Qur’an berfungsi sebagai penerjemah sifat-sifat Tuhan ke dalam realitas kehidupan dan penghidupan manusia sehari-hari dalam batas-batas kemanusiaan yang diridhoi Allah. Jadi manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi mempunyai tugas atau fungsi sebagai berikut:
a. Mewujudkan Kemakmuran
“Dia (Allah) telah menciptakan kamu (manusia) dari tanah dan meminta kamu untuk memakmurkannya”.(QS.Hud:61)
Ibnu Katsir menafsirkan khalifah sebagai pemakmur bumi ialah: “Ia (Allah) menjadikan kamu untuk memakmurkan bumi dari generasi ke generasi, dari kurun waktu ke kurun waktu lainnya untuk menggantikan yang sudah lama (menjadi generasi yang lebih baik)”. Perwujudan kemakmuran yang dilemban manusia di bumi sebagai fungsinya adalah melaksanakan kegiatan baik berupa amal ibadah, kaya kreatif, segala usaha untuk memberdayakan alam guna mencapai kesejahteraannya sendiri.
b. Mewujudkan Kebahagiaan
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan keselamatan, dan ( dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS .Al-Maidah:16)
Kebahagiaan yang dimaksud untuk manusia merupakan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pencapaian kebahagiaan di dunia dan akhirat harus dibekali dengan ilmu pengetahuan.
Allah telah memberikan fungsi dan peranan kepada manusia sesuai dengan petensi dan keunggulan – keunggulan komparatif yang dikaruniakannya. Sebagai makhluk sempurna, melebihi makhluk – makhluk lainnya.
Fungsi dan peranan manusia sebagai hamba Allah, merupakan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan, lalu dinilai dan diperhitungkan oleh Allah Yang Maha Adil. Setiap peranan yang baik akan mendapatkan balasan yang baik, berupa kebahagiaan yang abadi, sedangkan peranan yang buruk akan mendapatkan balasan yang buruk dalam bentuk kesengsaraan yang kekal. Firman Allah yang artinya:
105. Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan Izin-Nya; maka diantara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. 106. Adapun orang – orang yang celaka, maka ( tempatnya ) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas ( dengan merintih).
(QS.Hud:105-106).
5. TANGGUNG JAWAB MANUSIA
Manusia sebagai khalifah perlu menyadari bahwa ia diciptakan di muka bumi ini mempunyai tanggung jawab yang penuh atas segala hal yang dilakukannya baik dengan bersifat pribadi maupun bersifat umum. Sebagai khalifah senantiasa haruslah bekerja ,mengambil dan memanfaatkan kekayaan alam ini sebaik- baiknya dalam bentuk yang positif yang berpedoman kepada ajaran – ajaran yang terdapat dalam Al – Qur ‘an dan Al-Hadist
Prof. Abbas Mahmud Al-Aqqad mendefenisikan ; manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab , yang diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan. Defenisi ini mengandung tiga unsur pokok, yaitu;
Manusia sebagai ciptaan Allah
Manusia bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya,menurut Al-Quran akan di pertanggung jawabkan nanti di hadapan Tuhan di akhirat
Manusia diciptakan dengan sifat-sifat Ketuhanan. Beberapa sifat ketuhanan yang ada pada manusia, seperti pemurah, pemaaf, pengasih, penyayang, dan lain-lain.
Dalam hubungan dengan Tuhan, manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan Tuhan penciptanya. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia menghambakan diri pada Allah dengan sepenuh hatinya. Kesetian manusia untuk menghamba kepada Allah dengan sepenuh hatinya, akan mencegah penghambatan manusia terhadap manusia , baik dirinya atau sesamanya.
Konsekuensi manusia sebagai hamba Allah, dia harus senantiasa beribadah hanya kepada-Nya. Hanya Allah –lah yang disembah dan hanya kepada Allah-lah manusia memohon pertolongan. Beribadah kepada Allah merupakan prinsip hidup yang paling hakiki bagi orang Islam, sehingga perilakunya sehari-hari senantiasa mencerminkan pengabdian itu di atas segala-galanya.
Menyembah Allah semata, artinya hanya kepada Allah-lah segala pengabdian ditujukan. Allah adalah Tuhan Yang Maha Pencipta. Pencipta segala makhluk, tiada sekutu bagi-Nya baik sebagai Tuhan yang disembah maupun Tuhan pemelihara alam semesta.
Pengingkaran manusia dalam penghambaan diri kepada Allah akan mengakibatkan dia menghamba pada dirinya, menghmab kepada hawa nafsunya,atau menghamba kepada sesame makhluk Allah. Menyembah memohon perlindungan, atau apa saja perbuatan yang menyerupakan Tuhan denganmakhluk, atau mengangkat makhluk berkedudukan sebagai Tuhan diebut Syirik.
Perbuatan syirik adalah kezaliman terbesar di sisi Allah jika dilakukan dalam rangka pengabdian kepada-Nya. Maksudnya seringkali ada perbuatan yang tampak dilakukan dalam urusan duniawi ( seperti berdagang, bertani, mengajar, menuntut ilmu, dan urusan duniawi lainnya ) jika dilakukan dengan niat dan maksud ibadah kepada-Nya , maka seseorang telah melakukan dua fungsi (sebagai hamba dan khalifah ) sekaligus.
Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga. Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap dirinya sendiri , karena memelihara diri sendiri berkaitan dengan peritah memelihara iman keluarga. Oleh karena itu, dalam Al-Qur’an dinyatakan denganققُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارً( jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman, dari neraka).
Kewenangan manusia sebagai khalifah Allah dibasi oleh aturan- aturan dan ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu Allah. Ketentuan yang dimaksud berupa hukum-hhukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci ( ayt- ayat qur’aniyah) maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai dengan keberadaan kontrak sosial di dalamnya .Manusia tidak dapat menjalani kehidupannya secara sendiri-sendiri, oleh karena itu harus ada saling menghargai antar sesama dan saling menjaga hak-hak orang lain.
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai tugas utama, yaitu :
1. Sebagai Abdullah, yakni hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan dan kehendakNya serta mengabdi hanya kepadaNya.
2. Sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang meliputi pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, dalam keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan terhadap alam.
Martabat manusia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hambaNya, bahwa Dialah menciptakan, menghidupkan, dan menjaga kehidupan manusia. Tujuan diciptakan manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah SWT dan memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman bahwa fungsi dan peranan manusia adalah sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi.
Tanggung jawab manusia adalah kesadaran manusia dengan tingkah lakunya terhadap perbuatannya yang di sengaja maupun tidak disengaja.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat memperoleh pengetahuan yang luas, bertanggung jawab serta amanah. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih mengembangkan ilmu pengetahuan agama Islam dan dapat pula mengerti dan paham akan martabat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Anindahan, 2019. Hakikat Martabat dan Tanggung Jawab Manusia. (http://anindahan.blogspot.com/2019/02/hakikat-martabat-dan-tanggung-jawab.html.) diakses 27 september 2023
Arifin, H.M, dkk. 2015. Bahan Ajar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam 1. Jakarta: Unindra Press.
Asrofi, Muhammad Ihsan. 2019. Hakikat Manusia Menurut Islam. (https://www.researchgate.net/publication/335825647-Hakikat-Manusia-Menurut-Islam) diakses 28 September 2023.
Rustam, Rusyja . 2018. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Aminah. 2017. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi: Yogyakarta. ANDI.