-->

Selasa, 15 September 2015

Ingatkan Pemerintah, MUI: Kesabaran Ada Batasnya, Jangan Sampai Rakyat Marah




Kabut asap menyelimuti kota Pekanbaru, Riau dan menyebabkan 25.000 warga menderita ISPA. (kopas.com)

dakwatuna.com – Pekanbaru. Lambatnya penanganan kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan oleh pemerintah pusat menuai kekecewaan dari masyarakat termasuk Majelis Ulama Indinesia Riau. Seharusnya Presiden Jokowi tanggap dan cepat dalam penanganan bersama.

“Rakyat selama ini terus bersabar, walau pemerintah pusat lambat dalam penanggulangan bencana asap. Masyarakat Riau, terutama sudah cukup bersama melihat sikap pusat. Tapi ingat, kesabaran manusia ada batasnya. Jangan sampai rakyat marah,” kata kata Ketua MUI Riau Nazir sebagaimana dilansir detikcom

Bencana asap, lanjut Nazir, jelas merupakan kesalahan manusia yang sudah berlangsung selama 18 tahun di Riau. Kesalahan itulah, yang dianggap kelalaian bersama, antara pemerintah baik pusat dan daerah termasuk masyarakat.

“Tapi saya tak yakin, jika masyarakat kecil melakukan pembakaran sampai ribuan hektare. Itu pasti dalangnya pengusaha besar. Karena sejak dulu nenek moyang kita membuka lahan dengan sistem dibakar. Namun caranya arif, tidak serampangan. Mereka menjaga api, agar tidak melebar ke mana-mana,” kata Nazir.

Karena itu, MUI Riau mengajak semua komponen masyarakat, termasuk pejabat baik pusat dan daerah, untuk sama-sama bertobat. Bagi pelaku pembakar lahan, selain bertobat, juga harus dihukum.

“Tegakan hukum di negara ini. Jangan ada lagi yang mempermainkan hukum,” tegas Nazir.

Lebih jauh Nazir juga menegaskan bahwa Asap imbas kebakaran lahan bukan azab yang ditimpa Allah SWT. Tapi musibah ini merupakan azab dari ulah manusia sendiri.

“Allah SWT dalam Alquran sudah tegas disebutkan, janganlah kamu berbuat kebinasaan di muka bumi. Karena sesungguhnya nanti kita sendiri yang akan merasakan kebinsaan itu. Nah sekarang inilah buktinya, kebakaran lahan yang berimbas pada asap berdampak buruk bagi kesehatan kita sendiri,” ungkap Nazir.
Menurut Nazir, asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan, merupakan ulah manusia. Perbuatan mereka yang melakukan pembakaran lahan dimata Islam merupakan perbuatan mungkarat.

“Perbuatan mereka (pembakar lahan) sudah menyengsarakan manusia yang sulit bernapas. Tak cuma manusia, sesungguhnya mahluk ciptaan Allah SWT lainnya, yakni binatang sama-sama merasakan hal yang sama. Karena anatomi manusia dan binatang itu sama,” kata Nazir.

Sementara itu akibat kabut asap yang melanda Sumatera khususnya Pekanbaru menyebabkan hampir 25 ribu warga terserang penyakit saluran pernafasan akut atau ISPA.

Dikutip dari liputan6.com, ratusan pasien mengantre pada Senin (14/9/15)  siang, untuk mendapat layanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau. Mayoritas merupakan rujukan dari puskesmas yang terdiri dari anak-anak, orang dewasa hingga lansia.

Para pasien ini banyak mengeluhkan kabut asap yang menyebabkan kondisi sesak napas, perih di mata dan sakit di tenggorokan.

Untuk mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dokter rumah sakit mengimbau agar warga mengonsumsi air dan buah-buahan untuk mengeluarkan oksidan negatif dari dalam tubuh.

Asap tebal di Riau terus meningkat, yang mengakibatkan angka penderita ISPA mencapai 25.000 jiwa. (sbb/dakwatuna/afdhalilahi)




Baca Artikel Terkait: