-->

Senin, 23 Januari 2023


Beberapa orang awam bertanya, kenapa sih lembaga dakwah ada departemen kemuslimahan, di BEM dan DPM aja ga ada. “Yaiyalah ga ada, fungsi dan sasaran lembaga nya juga beda.” Dalam hati. 

Saya masih ingat ketika menjadi calon ketua Salam UI 17, saya pernah ditanya oleh panelis tentang dakwah kemuslimahan. “Ary, coba satu kata untuk muslimah.” Panelis akhwat bertanya. “Muslimah itu sesuatu.” Jawab saya. Mungkin bagi orang yang menonton sesi eksplorasi caketum Salam UI, “Ini si ary jawab apaan sih ga jelas.” Terdengar suara penonton. Ya bagi saya muslimah itu sesuatu, maksudnya adalah mereka harus diperlakukan khusus dengan karakteristik yang ia punya. Saat pencalonan, saya punya ide untuk membuat konten Hijab Story di channel youtube SalamTV, mengundang bagi mereka yang mendapat hidayah untuk menceritakan kisah inspirasinya melalui media youtube. Sayangnya, ide itu tidak terlaksana, #curcol. 

Dalam memulai dakwah muslimah, kita harus mengisi amunisi sebelum terjun ke lapangan untuk “menembak” objek dakwah muslimah. Yeah saya memang suka untuk bilang, “Kita perlu data mereka (muslimah) .” Berapa perempuan yang Islam, perempuan yang pakai jilbab dan tidak, perempuan pakai jilbab syar’I (menutupi dada), kenapa perempuan tidak pakai jilbab syar’I, kenapa perempuan berjilbab memutuskan melepas jilbabnya, konten kebutuhan dakwah muslimah, dan sebagainya. Hal ini yang harus departemen kemuslimahan lembaga dakwah perhatikan dengan jeli agar dakwahnya tidak begitu-begitu saja. 

Lembaga dakwah kampus juga sudah kreatif untuk memberikan apresiasi hadiah jilbab dengan bungkus cantik, walau masih ada sisa jilbab yang menumpuk di sekretariatnya, hehe. Lembaga dakwah juga memberikan challenge kepada perempuan untuk menggunakan jilbab dalam waktu tertentu, keliling kampus untuk mempromosikan hari jilbab internasional, dan sebagainya. Gerakan-gerakan kreatif itu hanya menjadi euforia belaka tanpa lembaga dakwah memiliki data riil tentang muslimah itu sendiri. Akhirnya, gerakan kreatif dakwah muslimah kurang sistematis dan terukur, tetapi mungkin bisa dibilang masif.

Departemen Kemuslimahan juga harus berbasis data dalam mengincar objek dakwahnya. Walaupun dengan acara seminar pranikah, acara tersebut pasti dipadati oleh muslimah karena menyangkut masa depannya. Dalam bergerak dakwah muslimah, ada tiga karakter utama, yakni ia bisa membentuk perempuan menjadi Ummul Madrasah (sekolah peradaban, Jauzatul Muthiah (Istri yang taat), Mar’atus Sholihat (perempuan sholehah). 

Pembentukan karakter ini tidak hanya diwujudkan melalui program dakwah saja, tetapi juga sudah saatnya dakwah muslimah bisa sedikit lebih serius, dalam arti mengelola objek dakwahnya secara sistematis, terstruktur, dan terukur. Dengan membuat analisis dakwah muslimah yang sesuai dengan karakter utama nya dikaitkan dengan kondisi perempuan kampus masing-masing yang memiliki tindaklanjut pada setiap program yang dilakukan. 

Permasalahan perempuan makin kesini makin kompleks, maka dari itu poin kolaborasi juga dengan institusi perempuan lainnya menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan, seperti Hijabers, @UkhtySally, @FilmMakerMuslim, @Islamicparenting, ormas perempuan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan sebagainya agar dakwah kemuslimahan bisa massif dan inklusif.
Ary Maulana, S.Sos
(suaraislam)




Baca Artikel Terkait: