-->

Minggu, 08 Mei 2016


Selain taqiyyah(kebolehan berdusta), senjata utama Syiah dalam menyebar ideologinya adalah menyusupkan syubhat (kerancuan) dalam ajaran agama.

Demi tujuan itu, tak segan para imam Syiah berani mengobok-obok isi al-Qur’an dan Hadits Nabi sekehendak mau mereka.

Hal tersebut diingatkan kepada para juru dakwah yang mengikuti daurah “Naqd Aqaid as-Syiah al-Imamiyah (Membantah Aqidah-aqidah Syiah Imamiyah)” di Hotel Balairung, Jakarta, belum lama ini.

Namun, kata Syaikh Ali Abdullah al-Ammari, pemateri dalam kegiatan tersebut, seringkali perkara itu diingkari oleh pengikut Syiah dengan berbagai macam alasan.

Salah satunya mereka berdalih bahwa jika isi al-Qur’an itu diubah oleh para ulama dan imam Syiah, maka itu berarti umat Islam sendiri tidak meyakini ayat yang menyatakan bahwa Allah menjamin al-Qur’an akan terjaga hingga hari Kiamat.

“Kalau ahlu sunnah menuduh Syiah suka mengubah ayat-ayat, berarti kalian sendiri tidak yakin dengan isi al-Qur’an?” demikian dalih Syiah seperti ditiru oleh Ali al-Ammari.

Menurut peneliti dan pegiat anti Syiah tersebut, yang pertama harus dipahami adalah mengapa Syiah mengubah sebagian al-Qur’an dan meriwayatkan hadits-hadits yang berbeda dengan dalilahlu sunnah.

Karena, jelas Ali al-Ammari, “Syiah itu belum menemukan dalam al-Qur’an apa yang menjadi keyakinan mereka, makanya harus diubah.”

Tips Hadapi Syiah

Kepada 200 peserta daurah, pembina lembaga Jaringan Pembela Sunnah (Syabakah Difa’ ‘an as-Sunnah) ini lalu berbagi tips dan pengalaman dakwah dalam menghadapi Syiah.

Umumnya, jelas Ali al-Ammari, seseorang itu dihukumi sesuai dengan pegangan keyakinannya. Jika Muslim itu dihukumi dengan al-Qur’an dan Hadits Nabi, maka aliran Syiah dihukumi sesuai kitab-kitab rujukan mereka sendiri juga.

“Ternyata itu diakui dalam rujukan utama Syiah. Termasuk di kitab induk al-Kafi karya al-Kulaini itu,” ungkap Ali al-Ammari.

Meski begitu, lanjutnya, masih saja sebagian pengikut Syiah menolak klaim tersebut. Mereka mengaku hal itu hanya terdapat dalam kitab saja, berbeda dengan realitasnya.

“Kalau seperti itu, tanyakan ke mereka, bukankah imam kalian makshum(terjaga dari salah)? Bukankah seluruh perkataan mereka (para imam Syiah) tidak bisa ditolak?” tanya Ali al-Ammari dengan nada heran.

“Lalu siapa rujukan kalian (pengikut Syiah. Red) kalau begitu? Sebab (dalam) doktrin Syiah itu, riwayat dari imammakshum tidak bisa ditolak apalagi diingkari,” terangnya.

Untuk diketahui, dalam acara daurah tentang Syiah tersebut, Ali al-Ammari banyak menukil perkataan-perkataan para ulama Syiah dari rujukan induk mereka. Sesekali peserta daurah juga diperlihatkan video-video terbaru ceramah pengakuan dan doktrin para imam Syiah.*/ Hidayatullah




Baca Artikel Terkait: