-->

Rabu, 10 Juni 2015

11 Ciri Orang Bahagia Menurut Rasulullah [2]

Sambungan artikel PERTAMA

Oleh: Ali Akbar bin Aqil

Keenam, orang yang banyak beristighfar

Beristighfar berasal dari bahasa arab: istaghfara, yastaghfiru, istighfaaran. Artinya memohon ampunan atas segala perbutan dosa kepada Allah Subhanahu Wata’al. Beristighfar adalah bentuk pertaubatan seseorang atas segala noda dosa dan kesalahan yang ia lakukan.

Setiap hari, Rasul beristighfar kepada Allah tidak kurang 100 kali. Padahal, beliau sudah diampuni oleh Allah. Namun, beliau tahu diri dan tetap mengharap ampunan Allah yang tidak terbatas. Selama hayat masih dikandung badan, selama nyawa masih belum sampai di kerongkongan, permohonan ampun seorang hamba tidak akan diabaikan oleh Allah Subhanahu Wata;ala. Allah Maha Pengampun atas segala dosa, dosa besar atau kecil.

Semakin banyak memohon ampun semakin besar kesempatan menjadi orang yang bahagia, secara lahir maupun batin. Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Berbahagialah orang yang dalam catatan amalnya terdapat banyak istighfar.” (HR. Ibnu Majah).

Ketujuh, orang yang hidup Sederhana

Hidup sederhana tidak berarti membeci harta dan lari dari kekayaan. Dalam Islam, harta bukan menjadi tujuan tapi perantara untuk memuluskan langkah kehidupan dalam mengabdi kepada Allah. Titik tekannya adalah bagaimana menjalani kehidupan di dunia yang sementara dengan tidak sombong, boros dan berlebih-lebihan.

Hidup sederhana adalah hidup yang bersahaja. Memuji Allah atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Tidak mengeluh dan putus asa atas apa yang belum didapatkan dari keinginan. Bersyukur kepada Allah merupakan kunci orang yang ingin hidup sederhana. Menurut Nabi Subhanahu Wata’ala, Orang kaya bukanlah orang banyak harta. Demikian orang miskin bukanlah orang yang tidak berharta. Orang kaya adalah orang yang hatinya diisi dengan rasa syukur. Orang miskin adalah orang yang sempit jiwanya karena tidak memiliki rasa syukur.

Berbahagialah orang yang hidup sederhana, bersahaja, pandai mensyukuri nikmat Allah, sedikit atau banyak.“Berbahagialah orang yang diberi petunjuk kepada Islam, hidupnya sederhana, dan ia rela atasnya.” (HR. Turmudzi).

Kedelapan, orang yang panjang umur dan beramal baik

Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata dalam Kitabul Hikam, “Sesungguhnya modalmu hanyalah umur. Maka isilah ia dengan perbuatan terpuji dan kemuliaan amal shalih.”

Ada tiga golongan manusia dalam mengisi umurnya. Pertama, orang yang diberi umur (modal) yang ia manfaatkan dengan berhati-hati. Ia sadar benar bahwa modal ini hanya sementara maka ia gunakan sebagai sarana melakukan amal shalih. Inilah orang yang akan memeroleh keuntungan.

Kedua, orang yang malas dalam menjalankan dan memanfaatkan modalnya. Ia mendiamkan modalnya begitu saja. Tidak memanfaatkannya sebagaimana mestinya sehingga ia menjadi orang yang rugi, tanpa memeroleh manfaat.

Ketiga, golongan yang gemar menghambur-hamburkan modalnya. Baginya, modal hanya diperuntukkan untuk kepuasaan dan kesenangan. Dalam pandangannya, modal umur hanya bermanfaat jika digunakan untuk hal-hal yang mengasyikkan hingga menyeretnya kepada kerugian yang besar.

Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassallam menyampaikan, “Berbahagialah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” (HR. Thabrani).*/(bersambung)




Baca Artikel Terkait: