-->

Senin, 02 April 2018



A. LETAK KERAJAAN DEMAK
Kerajaan Demak yang didirikan pada tahun 1475 M merupakan kerajaan Islam pertama sekaligus yang terbesar yang terdapat di pulau Jawa. Kerajaan Demak terletak pada lokasi yang sangat strategis sehingga memiliki pengaruh yang cukup signifikan di wilayah nusantara pada saat itu. Kerajaan ini terletak di tepi laut, spesifiknya di antara pelabuhan Bergota (pada masa itu merupakan pelabuhan dari kerajaan Mataram Kuno dan Jepara) sehingga menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dagang dari berbagai wilayah. Selain karena posisi yang strategis ini, kerajaan Demak pada masa itu juga memiliki daerah pertanian yang cukup luas sehingga mampu menjadikan kerajaan ini sebagai salah satu kerajaan yang memiliki peranan besar dalam aktivitas perekonomian antar pulau.

KERAJAAN DEMAK

B. AWAL BERDIRI DAN SILSILAH KERAJAAN DEMAK
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1475 M. Sebelum menjadi sebuah kerajaan, Demak sebenarnya merupakan bagian dari kerajaan Majapahit, yaitu sebagai sebuah Kadipaten dengan Raden Patah sebagai Adipatinya. Namun, pada masa dimana kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, Demak yang dipimpin oleh Raden Patah dibantu para pengikutnya mulai memberontak dan perlahan memisahkan diri dari kerajaan Majapahit, dengan puncaknya terjadi ketika Demak menyerang Majapahit dan kemudian berdirilah Kerajaan Demak dengan Raden Patah sebagai raja pertama. Raden Patah yang juga dikenal dengan nama Penambahan Timbun berhasil memimpin kerajaan Demak menjadi salah satu kerajaan terbesar di pulau Jawa setelah runtuhnya kerajaan Majapahit. Namun pada tahun 1507 M Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus yang memimpin kerajaan Demak hingga tahun 1521 M sebelum beliau wafat dan digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggana, dimana pada masa kepemimpinan Sultan Trenggana inilah kerajaan Demak berhasil mencapai puncak kejayaannya. Pada masa tersebut kerajaan Demak berhasil menguasai Banten, Sunda Kelapa (Jayakarta) dan Cirebon. Selain itu, mereka juga berhasil menyerang Portugis dan mematahkan hubungan Portugis dengan beberapa kerajaan, sehingga semua kerajaan di wilayah pantai utara Jawa tunduk pada Kerajaan Demak. Kerajaan Demak juga berperan penting dalam penyebaran syiar Islam pada masa itu. Dengan dukungan para Wali Songo mereka berhasil menjadi pusat penyebaran syiar Islam pada masa itu. Namun setelah Sultan Trenggana wafat pada tahun 1546, kerajaan Demak mulai diterpa konflik internal. Terjadi perebutan kekuasaan di antara sesama anggota keluarga kerajaan. Putra tertua Sultan Trenggana yaitu Sunan Prawata yang seharusnya menjadi ahli waris, dibunuh oleh Arya Penangsang yang kala itu menjadi Bupati Jipang, dan setelah itu ia menguasai tahta kerajaan Demak. Namun kemudian pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yang didukung oleh keluarga kerajaan yang tidak setuju atas tahta kerajaan yang dipegang oleh Arya Penangsang berhasil mengalahkan Arya Penangsang, sehingga berpindahlah tahta kerajaan Demak ke tangan Jaka Tingkir. Sejak saat itu, ibukota kerajaan Demak yang berada di Bintoro dipindahkan ke wilayah Pajang.




C. KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN PENINGGALAN KERAJAAN DEMAK
Pada masa keemasannya, kerajaan Demak menjadi salah satu wilayah yang menjadi pusat perekonomian di tanah air terutama dalam hal perdaganngan maritim. Banyak kapal-kapal barang yang membawa berbagai komoditas berlabuh di wilayah tersebut, keuntungan ini mampu dimanfaatkan dengan sangat baik oleh kerajaan Demak. Selain dari segi perdagangan maritim, wilayah kerajaan Demak juga memiliki lahan pertanian yang sangat luas sehingga mereka mampu menghasilkan berbagai jenis bahan makanan. Dari segi kehidupan sosial budaya, masyarakat Demak juga memiliki kehidupan yang sangat baik dan teratur. Dengan kehadiran para Wali Songo, mereka mampu menerapkan hukum syariat Islam dengan baik sebagai pedoman kehidupan mereka. Masjid Agung Demak yang merupakan lambang kebesaran kerajaan Demak merupakan peninggalan sejarah sekaligus bukti bagaimana kokohnya syariat Islam di kerajaan Demak. Selain Masjid Agung Demak, berikut beberapa peninggalan sejarah dari kerajaan Demak :
1. Masjid Agung Demak
Masjid ini dibangun oleh para Wali Songo pada tahun 1479 dan masih beridiri dengan kokoh hingga saat ini. Selain menjadi lambang kebesaran kerajaan pada masa itu, berbagai filosofis dan keunikan arsitektur yang terdapat di dalam Masjid Agung Demak ini juga merupakan salah satu bukti bagaimana kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran dan perkembangan agama Islam di Jawa pada masa itu.



2. Bedug dan Kentongan
Kedua alat ini juga merupakan peninggalan yang bersejarah dari kerajaan Demak. Pada masanya, bedug dan kentongan ini dipakai oleh masyarakat kerajaan Demak untuk memanggil orang-orang agar segera beranjak ke masjid untuk melaksanakan shalat 5 waktu setelah dikumandangkannya adzan.


3. Dampar Kencana
Dampar Kencana awalnya merupakan tempat singgasana para raja pada masa itu. Namun kemudian Dampar Kencana ini dipindahkan ke masjid Agung Demak dan dialih fungsikan menjadi mimbar khatib. Damapar Kencana ini masih ada dan terawat rapi hingga saat ini di dalam Masjid Agung Demak.


4. Piring Campa.
Piring Campa adalah piring pemberian dari ibu Raden Patah yang merupakan seorang putri dari Campa. Piring yang berjumlah 65 buah ini, hingga saat ini terpajang sebagai hiasan di dinding Masjid Agung Demak.

Kejayaan Kerajaan Demak
Sumber: http://www.berpendidikan.com/2015/06/sejarah-kerajaan-demak-lengkap.html 


Kerajaan Demak mengalami masa kejayaannya di awal abad ke-16. Pada masa itu Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di pulau Jawa. Bahkan tak ada satupun kerajaan lain di pulau Jawa yang mampu menandinginya dalam usahanya memperluas wilayah kekuasaannya. Hal ini dilakukan Kerajaan Demak dengan cara menundukkan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di Nusantara. Berdasarkan catatan sejarah, ada 2 pemimpin atau Raja Demak yang telah membawa Demak ke puncak keemasannya. Mereka adalah :
1. Pati Unus
Saat berada di bawah kekuasaan Pati Unus, Demak menjadi kerajaan yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar.Di masa kepemimpinannya, Demak pernah merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka yang dulu menjadi salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Demak. Saat itu, Pati Unus pun mengirimkan armada lautnya beberapa kali untuk menyerang Portugis di Malaka.
2. Sultan Trenggana
Sultan Trenggana merupakan Raja Kerajaan Demak yang dikenang jasanya atas penyebaran agama Islam di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti :
· Sunda Kelapa dari Kerajaan Pajajaran, serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana
· Tuban
· Madiun
· Surabaya
· Pasuruan
· Malang
· Kerajaan Blambangan, yaitu kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa
Sultan Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, seorang pemuda asal Pasai, Sumatera, yang juga menjadi menantuSultan Trenggana. Sementara itu, Maulana Hasanuddin putra Sunan Gunung Jati mendapat perintah dari Sultan Trenggana untuk menundukkan Banten Girang. Sedangkan Sunan Kudus yang merupakan imam di Masjid Demak juga menjadi pemimpin utama dalam penaklukan Kerajaan Majapahit sebelum pindah ke Kudus.
1.1 Runtuhnya Kerajaan Demak
Ada 4 faktor yang menyebabkan runtuhntya Kerajaan Demak, yaitu :
1. Konflik kekuasaan
Setelah Pati Unus wafat dan tidak memiliki penerus karena tidak memiliki keturunan maka terjadi perebutan tahta kekuasaan antara Trenggono dengan Pangeran Seda Lepen keduanya merupakan anak dari Raden Patah. Trenggono adalah anak dari Istri pertama namun lebih muda usianya sedang Pangeran Seda Lepen adalah anak dari Istri ketiga dan usianya lebih tua. Namun akhirnya kekuasaan jatuh ke tangan Trenggono yang menjadi Raja ketiga Demak. Setelah Sultan Trenggono wafat masih terus terjadi perebutan kekuasaan Kerajaan Demak.
2. Wilayah Kekuasaan
Masa pemerintahan Kerajaan Demak dikenal dengan daerah maritim karena berkuasa di pesisir pantai sehingga cenderung melupakan wilayah lain khususnya daerah pedalaman yang lama kelamaan mulai terpecah belah.
3. Pemberontakan karena sistem pemerintahan
Pemberontakan terjadi karena masalah politik yang ada kaitannya dengan para pemimpin setelah pemerintahan Majapahit yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan Demak yang baru. Kebanyakan dari mereka telah memeluk agama Islam aliran Syiah.
4. Pusat pemerintahan pindah ke Pajang
Setelah wafat Sultan Trenggono kembali terjadi perebutan dan pembunuhan untuk mendapatkan tahta kekuasaan Demak Perebutan kekuasaan antara saudara dan penerus tahta, dan polemik berkepanjangan yang akhirnya dimenangkan Jaka Tingkir yang selanjutnya ibukota Demak pindah ke Pajang. Namun kemenangan Jaka Tinggir yang tidak lain berdarah Majapahit merubah sistem pemerintahan dari Maritim menjadi Agraris.
sumber: 



Baca Artikel Terkait: