-->

Sabtu, 17 Desember 2016

TOKOH-TOKOH FILSAFAT / PEMIKIR DALAM ISLAM

Mata Kuliah Filsafat

A.    AL-KINDI (185 – 252 H / 806 – 873 M)

Hidup dan karya-karyanya

Nama aslinya Abu Yusuf Bin Ishak dan terkenal dengan sebutan “Filsafat Arab”, keturunan arab asli dan silsilah nasabnya sampai kepada ya’kub bin Qahthan yaitu nenek pertama suku Arabia selatan. Ayahnya Al-Kindi pernah menjadi gubernur Kufah pada pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Ar Rasyid

Karangan-karangannya yang terkenal ditemukan oleh seorang ahli ketimuran jeram, yaitu Hillmuth Ritter, di perpustakaan Aya Sofia, Istambul dan terdiri dari 29 risalah. Risalah-risalah ini membicarakan soal-soal alam dan filsafat, antara lain ke Esaan Tuhan, akal, jiwa, filsafat pertama dan sudah diterbitkan di Mesir oleh M Abdul Hindi Aburaidah

Filsafat Al-Kindi

Bahwa filsafat adalah ilmu yang termulia serta terbaik dan tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang yang berfikir. Al-Kindi meninjau filsafat secara internal dan eksternal,s ecara internal mengikuti pendapat filosof-filosof besar tentag arti kata filsafat. Secara eksternal memberikan definisi filsafat.

Menurut Al-Kindi, filsafat ialah ilmu tentang hakekat kebenaran segala sesuatu menurut kesanggupan manusia, yang mencakup ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyyah), ilmu keutamaan (fadhilah), semua cara meraih luas lahat dan menghindar dari madharat. Tujuan seseorang filsafat bersifat teoritis, yaitu mengetahui kebenaran praktis dan mewujudkan kebenaran tersebut dalam tindakan. Semakin dekat kepada kebenaran, semakin dekan pula kepada kesempurnaan.

Filsafat Fisiki

Al Kindi mengatakan bahwa ala mini dalah illat-Nya (sebab) yang jauh dan menjadikan sebagian illat bagian yang lain. Oleh karena itu, ala mini asalnya tidak ada, kemudian menjadi ada karena diciptakan oleh Tuhan. Dan karena pula, ia tidak dapat membenarkan qadimnya alam.

Al Kindi mengatakan bahwa benda-benda langit mempunyai kehidupan serta mempunyai indra-indra yaitu indra penglihatan dan indra pendengaran saja sebagai indra yang diperlakukan untuk berfikir dan membedakan. Oleh karena itu, benda-benda langit adalah benda-benda yang berfikir dan bisa membedakan tiap-tiap gerak berarti merupakan bilangan masa benda, oleh karena itu gerak hanya terdapat pada apa yang mempunyai zaman. Berdasarkan hal ini, gerak itu ada, apabila ada benda, karena tidak mungkin ada benda jika semula diam kemudian bergerak. Sebab benda alam ini adakalanya baru/qodim. Wujudnya dari tiada adalah kejadian, sedangkan kejadian merupakan salah satu macam gerak. Jadi, barunya benda alam adalah gerakan, maka baru dan gerak selalu bergandengan. Jika benda itu qodim dan diam mungkin bisa bergerak, kemudian bergerak sesudah itu. Hal ini berarti bahwa sesuatu yang azali mengalami perubahan, akan tetapi yang qodim tidak mungkin mengalami perubahan,

Metafisika

Pembicaraan dalam soal ini meliputi:

a.       Hakikat Tuhan

Tuhan adalah wujud yang hak (benar) yang bukan asalnya tidak ada kemudian ada, ia selalu mustahil tidak ada. Ia selalu ada akan selalu ada.

b.      Bukti-bukti wujud Tuhan

Beliau menggunakan jalan, yaitu

1)      Barunya alam

Alam ini baru dan ada permulaan waktunya, karena alam terbatas. Tidak mungkin ada benda yang ada dengan sendirinya

2)      Keanekaragaman dalam wujud

Al Kindi mengatakan bahwa dalam alam ini baik alam indrawi maupun alam lain yang menyamainya, tidak mungkin ada keragaman tanpa keseragaman

3)      Kerapian alam

Yaitu kerapian alam dan pemeliharaan tuhan terhadapnya.

Sifat-Sifat Tuhan

Di antara sifat-sifat Tuhan ialah keesaan, suatu sifat yang paling khas bagi-Nya. Tuhan itu satu zat-Nya dan satu hitungan. Karena itu pula sifat Tuhan ialah yang Maha Tahu, Yang Maha Berkuasa, Yang Maha Hidup dan seterusnya.

Kesimpulannya ialah bahwa Tuhan adalah sebab pertama (first Cause) dimana wujud-Nya bukan karena sebab yang lain. Ia adalah zat yang menciptakan, tetapi bukan diciptakan, menciptakan segala sesuatu dari tiada. Ia adalah zat yang menyempurnakan, tetapi bukan disempurnakan (A. Hanafi, 199 : 78)

B.     AL-FARABI (257 – 337 H / 870 – 950 M)

Hidup dan Karya-Karyanya

Nama aslinya Abu Nasr Muhammad Bin Muhammad Bin Tharkhan, sebutan Al Faribi diambil dari nama kota Arab. Ia dilahirkan pada tahun 257 H (870). Ayahnya adalah seorang Iran dan menikah dengan seorang wanita Turkestan kemudian ia menjadi perwira tentara Turkestan. Oleh karena itu, al Farabi dikatakan berasal dari Turkestan dan kadang-kadang juga dikatakan dari keturunan Iran.

Menurut Massiqnon, orientaslis Perancis, al Farabi adalah seorang filsafat islam pertama dengan penuh arti kata, sebelum beliau memang al Kindi telah membuka pintu filsafat Yunani bagi dunia islam. Akan tetapi ia tidak menciptakan sistem (madzhab) filsafat tertentu, sebaliknya al Farabi telah menciptakan suatu sistem filsafat yang lengkap dan memainkan peran penting dalam dunia islam, seperti peranan yang dimiliki plotinus bagi dunia barat, begitu juga al Farabi menjadi guru bagi Ibnu Sina, Ibnu dan filsafat-filsafat islam lain yang datang sesudahnya. Oleh karena itu ia mendapat gelar “Guru Kedua” (Al Mu’allim Ats Tsani) sebagai kelanjutan dari aristoteles yang mendapat gelar “Guru Pertama” (Al Mu’allim Al Awwal).

Di antara karangan-karangannya adalah : 

a.       aghradhu ma ba’da ath-thabi’ah

b.      Al-Jam’u baina Ra’yai Al Hakimain (mempertemukan pendapat kedua filsafatm maksudnya Plato dan Aristoteles)

c.       Tahsil as sa’adah (mencari kebahagiaan)

d.      ‘Uyun ul-Masail (pokok-pokok persoalan) 

e.       Arau ahl-il madinah al fadhillah (pikiran-pikiran penduduk kota utama negeri utama)

f.       Il sha’u al ulum (statistik ilmu)

Dalam buku terakhir ini al Farabi membicarakan macam-macam ilmu (bagian-bagiannya, yaitu ilmu bahasa, ilmu mantik, ilmu matekatika, fisika, ketuhanan, fiqih, perkotaan dan ilmu kalam)

Al-Farabi dan Kesatuan Filsafat

Filsafat al Farabi sebenarnya merupakan campuran antara filsafat aristoteles dan neoplatoisme dengan pikiran keislaman yang jelas dan corak aliran syiah imamiah. Misalnya dalam soal etika dan politik, ia mengikuti plato dan dalam soal metafisika, ia mengikuti plotinus, selain itu al Farabi adalah seorang filsafat sinkretisme (pamanduan) yang percaya akan kesatuan (ketunggalan) filsafat.

Pemanduan yang menonjol tampak jelas pada usahanya untuk mempertemukan hasil-hasil pemikiran plato dengan pemikiran aristoteles di satu pihak dan mempertemukan hasil-hasil pemikiran filsafat dengan wahyu di lain pihak, dengan bersenjatakan takwil (interpetensi bathin) (Al Hanafi, 1991 : 83)

Logika

Tampaknya dalam lapangan logika al Farabi banyak mengikuti Aristoteles. Adalah : 

a.       Definisi logika ialah ilmu tentang pedoman (peraturan) yang dapat menegakkan pikiran dan menunjukkan pada kebenaran dalam lapangan yang tidak bisa dijamin kebenarannya.

b.      Guna logika, maksudnya logika ialah agar kita dapat membetulkan pikiran orang lain, atau agar orang lain dapat membenarkan pemikiran kita, atau kita dapat membetulkan pemikiran diri kita sendiri

c.       Lapangan lgika, lapangannya ialah segala macam pemikiran yang bisa diutarakan dengan kata-kata dalam kedudukannya sebagai alat menyatakan pemikiran.

d.      Bagian-bagian logika, yaitu kategori (al-ma’qulat al ‘asyr); kata-kata (al ibaroh, termas); analogi pertama (al qiyas); analogi kedua (al burhan); jadal (debat; sofistika; retorika dan poetika (syair), pembagian qiyas ada lima yaitu

1)      kias meyakinkan (qiyas – burhani), yaitu kias memberi keyakinan

2)      qiyas jadali, yaitu kiyas yang terdiri dari hal yang sudah dikenal dan bisa diterima (al-masyhurat wal musallamat)

3)      kias sofistika ialah kias yang menimbulkan sangkaan bahwa sesuatu yang tidak benar kelihatan benar dan sebalinya.

4)      Qiyas-khatabi, yaitu kias yang menimbulkan dugaan yang tidak begitu kuat

5)      Qiyas syi’I, yaitu kias yang memakai perasaan dan khayalan untuk dapat menarik orang lain

(A. Hanafi, 1991 : 89)

Filsafat Metafisika

Hal-hal yang dibicarakannya adalah : 

a.       Tuhan

Al faribi terlebih dahulu membagi wujud yang ada pada hakikat Tuhan dan sifat-sifat-Nya

1)      wujud yang mumkin atau wujud yang nyata karena lainnya (wajib ligharbi) seperti wujud cahaya yang tidak akan ada, kalau tidak ada matahari.

2)      Wujud yang nyata dengan sendirinya (wajib al wujud lidzatih). Wujud adalah wujud yang tabiatnya itu sendiri menghendaki wujud-Nya)

b.      Hakekat Tuhan

Allah adalah wujud yang sempurna dan ada tanpa suatu sebab, karena kalau ada sebab bagi-Nya berarti ia tidak sempurna, sebab bergantung kepadanya, ia adalah wujud yang paling mulia dan yang paling dahulu adanya. Oleh karena itu, tuhan adalah zat yang azali (tanpa permulaan) yang selalu ada zat-Nya itu sendiri sudah cukup menjadi sebab bagi keabadian wujud-Nya. Wujud-Nya tidak berarti terdiri dari Hule (matter, benda dan shurroh). Yaitu dua bagian yang terdapat pada makhluk, kalau itu terjadi dari kedua perkara tersebut, tentunya akan terdapat susunan (bagian-bagian pada zat-Nya)

c.       Sifat-sifat tuhan

Sifat Tuhan tidak berbeda dari Zat-Nya, karena tuhan adalah tungal. Juga zat tuhan menjadi objek pemikiran tuhan sendiri (ma’qul) karena yang menghalang-halangi sesuatu untuk menjadi objek pemikiran ialah benda itu pula. Tuhan juga adalah zat yang Maha Mengetahui (‘alim) tanpa memerlukan sesuatu yang lain untuk dapat mengetahui.

Tuhan sangat puas terhadap keagungan dan kesempurnaan zat-Nya. Oleh karena itu ia mencintai dan merindukan zat-Nya sendiri dengan demikian, tuhan itu adalah zat yang merindukan dan yang dirindukan pula (al-‘asyiq dan al-ma’syuq)

Teori al Farabi yang menyatakan bahwa tuhan tidak mengetahui alam dan tidak memikirkannya pula. Yakni tidak menjadikan alam sebagai objek pemikiran-Nya, diambil dari Aristoteles. Pendapat tersebut didasarkan atas anggapan bahwa alam terlalu rendah tingkatannya untuk dijadikan objek pemikiran Tuhan, zat yang Maha Sempurna dan Maha Agung. Jadi pemikiran Tuhan terhadap alam ini tidak langsung. Melainkan cukup melalui zat-Nya, yakni dalam kedudukan-Nya sebagai sebab adanya alam beserta segala perstiwanya. Pendapat al Farabi itu menjadi dasar Ibnu Rusyd yang berpengaruh luas di kalangan dunia piker islam (A. Hanafi, 1991 : 91-92

Emanasi

Emanasi ialah teori tentang keluarnya suaru wujud yang mukmin (alam makhluk) dan zat yang wajib-ul-wujud (zat yag mesti adanya; Tuhan)

C.    AL-GHAZALI

Nama lengkapnya abu hamid Muhammad ibn Muhammad al-ghazali, ath thusi, merupakan orang Persia asli yang dilahirkan pada tahun 450 H/1058 M di Thus (dekat Mashed) dan wafatnya di nisbur pada tahun 505 H/1111 M dalam usia 54 tahun (Moh fauzan, 2002 : 30)

Karya-karya al-ghazali

Sulaiman dunya menyatakan dan mencatat bahwa karya tulis imam al-ghozali mencapai kurang lebih 300 buah, meliau mengarang dari umur 25 tahun yang di antaranya

a.       Ilmu Kalam Dan Filsafat

1)      Maqashid Al Falasifah

2)      Tahafut Al Falasifah

3)      Al Iqtishad Fi Al I’tiqad

4)      Al Muqid Min Adh Dhalal

5)      Maqashid Asma Fi Al Ma’ani, Asma Al Husna

6)      Faial Al Mustaqim, dll

b.      Kelompok fiqih dan ushu; fiqih

1)      Al Basith

2)      Al Wasith

3)      Al Wajiz

4)      Al Khulashah Al Mukhtashar

5)      Al Mustashfa

6)      Al Mankul

7)      Syifakh Al Alifi Qiyas Wa Ta’lil

8)      Adz Dzari’ah Ila Makarim Al Syari’ah

c.       Kelompok tafsir meliputi

1)      Yaqul At Ta’wil Fi Tafsir At Tanzil

2)      Tawahir Al-Qur’an

d.      Kelompok ilmu tasawuf dan akhlak secara integral bahasannya ilmu kalam, fiqih dan tasawuf antara lain:

1)      Ihya’ ‘Ulum Ad-Din

2)      Mizan Al Amanah

3)      Kimya As Sa’adah

4)      Misykat Al Anwar

5)      Muh As Syafat Al-Qulub

6)      Minhaj Al Abiding

7)      Ad Dar Fiqhiratfi Kasyf’ulum

8)      Al Aini Fi Al Wahdat

9)      Al Qurbat Illa Alah Azza Wajalla

10)  Akhlak Al Abrarwa Najat Min Al Asrar, dll

Pandangan Al-Ghazali tentang Taukhid dan Kalam

Ilmu ini membahas tentang dzat Allah, siat-sifatnya yang eternal (al qadimah), yang aktif kreatif (al’fi’liyyah) yang esensial, dengan nama-nama yang sudah dikenal, juga membahas, keadaan para Nabi, para pemimpin umat sesudahnya dan para shabat. Beliau begitu pula membahas tentang keadaan mati dan hidup. Keadaan di bangkitkan dari kubut (al ba’ats), berkumpul di mahsyar, perhitungan amal dan melihat tuhan.

Al ghazali dalam kitabnya ihya’ ‘ulum ad0din menyesalkan adanya pergeseran istilah “tauhid” pada “kalam” tauhid yang berarti mengesakan Allah merupakan isti akidah islam yang dibawa nabi Muhammad SAW, sedangkan kalam yang beratti perkataan, hanya merupakan cara yang digunakan dalam membahas masalah-masalah aqidah.

Menurut al ghazali pengertian tauhid pada masa salaf yang terfokus pada kalimat. “La Ilaha Illa Allah” (tidak ada Tuhan selain Allah), ditanggapi dan dihayati bervariasi oleh umat waktu itu. Ada orang munafik yang bertauhid itu dihatinya dan mengucapkannya dengan sadar.

D.    IBNU SINA

Hidup dan karyanya

Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan, ketika kalifah abbasyiyah mengalami kemunduran dan negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khalifat tersebut mulai melepaskan diri satu per satu untuk berdiri sendiri. Ibnu Sina dilahirkan di Afsyana, daerah Bukhara pada tahun 340 H (980 M) di Bukhoro, ia menghafal Al-Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu-ilmu astronomi katika usianya baru 10 tahun, kemudian mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya seorang Masehi. Hidup beliau sepenuhi dengan kesibukan, seperti bekerja di pemerintahan, mengarang, menulis, dll.

      Karya-karyanya yang terkenal

a.       Asy-syifa terdiri dari logika fisika, matematika dan metafisika (ketuhanan)

b.      An najat

c.       Al-isyarat wat-tanbihat

d.      Al-hikmah al-masyriqiyyah mengenai tasawuf tetapi menurut carlos nallino, berisi filsafat timur sebagai imbangan filsafat barat

e.       Al-qonun

Dasar-dasar fisika

Ibnu Sina seperti halnya al Farabi, mengambil teori tersebut dari Aristoteles, dengan mengatakan bahwa benda alam terdiri darinya (maddah) sebagai tempat dan dari shurat sebagai perkara yang bertempat padanya. Pertalian benda shurah sama dengan pertalian perunggu dengan patuh, jadi benda alam mempunyai tambahan (perkara yang mengikutinya) yaitu aradh (sifat-sifat) seperti gerak, diam dan lain-lain.

Perbedaan shurah dengan aradh ialah kalau aradh terdapat sesudah ada benda, sedangkan shurah terdapat sebelum benda,

Gerak dan diam menurut Ibnu Sina “tiap-tiap gerak terdapat perkara yang bisa bertambah atau berkurang. Sedangkan Jauhar (benda kecil/atom) tidak demikian keadaannya (tidak mengenal gerak). Dengan demikian perpindahan dari satu tempat ke tempat lain adalah gerak, begitu pula perpindahan dari putih ke hitam (dalam bahasa arab disebut istihalah) dan bertambah atau berkurangnya sesuatu bentik dikarakan juga gerak (a. hanafi, 1991 : 118)

E.     IBNU RUSYD (520 – 595 H / 1126 – 1198 M)

Hidup dan karyanya

Ia adalah abdul walid Muhammad bin ahmad ibn Rusyd, kelahiran Cordova pada tahun 520 H, berasal dari kalangan keluarga besar yang terkenal di Andalusia (Spanyol), ayahnya seorang hakim, dan neneknya terkenal dengan sebutan “Ibn Rusyd nenek” (aljadd) kepala hakim Cordova.

Karangannya meliputi berbagai macam ilmu seperti fiqih usul, bahasa, kedokterean, astronomi, politik, filsafat, dan buku-bukunya : 

a.       Bidyatul mujtahidin (ilmu fiqih) yaitu berisi perbandingan madzhab

b.      Fashlul-maqalfi ma baina al hikmati was-syariat min al-ittisal (ilmu kalam)

c.       Manahij al-adillah fi aqaid ahl-al millah (ilmu kalam)

d.      Tashafur at-thohatut (filsafat dan ilmu kalam

Dalil wujud Tuhan

Ibnu Rusyd menerangkan dalil-dalil wujud tuhan menurut syara yang meyakinkan yaitu dalil ‘inayah (pemelihara) dan dalil ihtira’ (penciptaan), yang kedia-duanya terdapat dalam al-Qur’an, menurut beliau Al-Qur’an bisa dibagi menjadi 3 golongan, Pertama, ayat berisi peringatan terhadap dalil ‘inayah. Kedua, ayat-ayat yang berisi peringatan terhadap dalil ikhtira’. Ketiga, ayat-ayat yang berisi peringatan kedua dalil tersebut bersama.

Dalil inayah apabila ala mini kita perhatikan kita akan mengetahui apa yang ada di dalamnya sesuai dengan kehidupan dan makhluk-makhluk lainnya. Persesuaian ini bukan terjadi secara kebetulan. Tetapi menunjukkan adanya penciptaan yang rapi dan teratur, yang didasarkan atas ilmu dan kebijakan, sebagaimana yang ditunjukan oleh ilmu pengetahuan modern.

Dalil iktira’, seperti halnya dengan dalil ‘inayah mendorong kita untuk mengikuti keilmuan sejauh mungkin. Dalil tersebut lebih berguna pada dalil atom / dalil wajib-mumkin dan lain-lain. Kelebihan dalil ikhtira’, ialah karena ia dipakai oleh syara’ dan menguatkan adanya kebijakan Tuhan. Banyak ayat yang berisi dalil ikhtira’ tersebut. Diantaranya ayat 5-6, surat At Thariq.

Dalil gerak yang diambil dari Arsitoteles bahwa alam semesta ini bergerak dengan sesuatu gerakan yang abadi dan gerakan ini mengandung adanya penggerak pertama yang tidak bergerak dan tidak berbenda yaitu Tuhan, tetapi juga Ibnu Rusyd mengatakan bahwa benda-benda langit beserta gerakannya dijadikan oleh tuhan dari tiada dan bukan dalam zaman, karena zaman tidak mungkin mendahului wujud cara yang bergerak, selama zaman itu kita anggap sebagai ukuran geraknya. Jadi, gerakan menghendaki adanya penggerak pertama / sesuatu sebab yang mengeluarkan dari tiada menjadi wujud (A. Hanafi; 1991 : 172)
Sourche: serbamakalah.blogspot.co.id




Baca Artikel Terkait: